Manggis Purwakarta Jajaki Pasar Eropa dan Timur Tengah
›
Manggis Purwakarta Jajaki...
Iklan
Manggis Purwakarta Jajaki Pasar Eropa dan Timur Tengah
Manggis asal Purwakarta, Jawa Barat, berpeluang menggaet pasar Eropa dan Timur Tengah. Kedua kawasan itu menjadi alternatif pemasaran setelah China, sebagai pasar utama, terpuruk akibat Covid-19.
Oleh
·4 menit baca
PURWAKARTA, KOMPAS — Manggis asal Purwakarta, Jawa Barat, berpeluang menggaet pasar Eropa dan Timur Tengah. Kedua kawasan itu menjadi alternatif pemasaran setelah China, sebagai pasar utama, terpuruk akibat Covid-19.
Hal itu menjadi benang merah yang muncul dalam acara Festival Manggis Purwakarta 2020, Sabtu (14/3/2020). Festival ini berlangsung di Desa Parakan Garokgek, Kecamatan Kiarapedes. Dalam acara itu, ribuan buah manggis disediakan gratis bagi warga.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto yang hadir dalam acara itu menyampaikan, ada perlambatan kondisi pasar tahun ini karena terdampak coronavirus disease (Covid)-19 meski tidak signifikan. Sebab, hal itu juga dialami beberapa negara lainnya. Komoditas pertanian dalam negeri, dinilainya, bisa menyelamatkan kondisi perlambatan ini.
Manggis Purwakarta, menurut dia, bisa jadi andalan. Dalam pengembangan manggis ke depan, pihaknya akan menjajaki ekspor ke negara-negara Timur Tengah dan Eropa. Selama ini, mayoritas produksi manggis banyak diekspor ke China.
”Sejak dibuka kembali keran ekspor manggis ke China tahun 2018, jumlah ekspor meningkat signifikan hingga 300 persen atau 38.800 ton. Pada 2017, kami hanya mengekspor 9.200 ton,” ucap Prihasto.
Prihasto mengutip data Badan Pusat Statistik tahun 2019, jumlah produksi manggis nasional 242.000 ton. Angka tersebut meningkat 6,2 persen dibandingkan dengan setahun sebelumnya, yaitu 228.000 ton.
Produksi manggis di Jabar tercatat 75.000 ton atau 31 persen dari produksi manggis nasional. Manggis Purwakarta berkontribusi 6 persen atau 4.452 ton produksi manggis di Jawa Barat.
Untuk sementara, penyerapan pasar dalam negeri menjadi prioritas utama. Setelah berkurangnya wabah tersebut, Kementan akan menggenjot ekspor kembali.
”Kami berupaya mencari pasar ekspor dari negara mitra potensial di seluruh dunia dan bersinergi dengan instansi terkait untuk mendorong diplomasi perdagangan bilateral,” katanya.
Mahmud Tohir (60), Ketua Kelompok Tani Mukti di Desa Cibuntu, Kecamatan Wanayasa, menuturkan, manggisnya tahun ini tidak diekspor ke China, tetapi mulai dikirim ke negara-negara Timur Tengah. Pada 2019, jumlah manggis yang diekspor 20 ton. Selain rasa manis dan asam yang khas, keunggulan manggis dari Purwakarta saat bisa disimpan hingga 28 hari.
Kami berupaya mencari pasar ekspor dari negara mitra potensial di seluruh dunia dan bersinergi dengan instansi terkait untuk mendorong diplomasi perdagangan bilateral.
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika mengatakan, surutnya ekspor akibat Covid-19 tak boleh dibiarkan berlarut-larut. Hal itu seharusnya dijadikan dorongan menjajaki pasar dalam negeri.
”Selama ini, sebagian masyarakat Purwakarta dan sekitarnya tidak pernah tahu manggis berkualitas ekspor milik Purwakarta itu seperti apa. Ini kesempatan bagi manggis Purwakarta menjadi primadona di daerah sendiri,” ucapnya.
Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 571/Kpts/SR.120/9/2006 disebutkan sejumlah karakteristik buah manggis (Garcinia mangostana L) varietas Wanayasa, yakni berukuran relatif besar dengan diameter berkisar 4,5-5 sentimeter. Jumlah siung 6-7 per buah dan berbobot 90-110 gram per buah. Daging buah rasanya manis dan asam serta memiliki warna kulit buah merah keunguan.
Selama ini, sebagian masyarakat Purwakarta dan sekitarnya tidak pernah tahu manggis berkualitas ekspor milik Purwakarta itu seperti apa. Ini kesempatan bagi manggis Purwakarta menjadi primadona di daerah sendiri.
Karantina ekspor
Kekhawatiran masyarakat terhadap produk sayur dan buah impor dan ekspor yang diduga dapat menyebarkan virus korona jenis baru tidaklah tepat. AM Adnan, Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati, Badan Karantina Pertanian di Kementan, mengatakan, produk pangan, misalnya buah-buahan, bukanlah pembawa virus korona. Meski begitu, penanganan bahan ekspor dan impor menerapkan standar yang ditetapkan.
Penanganan komoditas pangan, misalnya manggis yang akan diekspor, menerapkan standar internasional Sanitari and Phytosanitari (SPS) dan harus memenuhi persyaratan negara tujuan. Pertama, pemilik buah manggis mengajukan permohonan pemeriksaan karantina (PPK daring) dengan menyertakan dokumen pelengkap.
Selanjutnya, pemeriksaan kesehatan untuk memenuhi persyaratan negara tujuan pada manggis tersebut. Pengambilan sampel buah manggis sebanyak 2 persen dari total yang diekspor dilakukan untuk memastikan manggis bebas kutu putih, semut, serangga lainnya, atau kotoran.
Dalam keranjang manggis yang dijadikan sampel dibuka dan diperiksa satu per satu buahnya. Apabila masih ditemukan kutu atau semut, buah harus dibersihkan lagi. Manggis yang sudah bersih harus dsimpan terpisah untuk menghindari kontaminasi.
Jika belum dimasukkan ke kontainer, manggis disimpan dulu dalam ruangan berpendingin dengan suhu sekitar 15 derajat celsius. Manggis yang dinyatakan bersih dan tidak ditemukan kutu putih, semut, dan kotoran lainnya akan direkomendasikan untuk dibuatkan Phytosanitary Certificate (PC).
”Ada pengalaman, kami mengirim komoditas lada ke Vietnam dan mereka menemukan seekor semut di dalam kontainer. Mereka menolak produk tersebut dan mengirimkan Notification of Non Complience (NNC). Bahkan, China lebih ketat lagi. Jika otoritas setempat menemukan live insect dalam satu komoditas, maka mereka akan melarang semua komoditas pertanian yang kita ekspor ke China,” kata Adnan.