Seorang Pasien Positif Covid-19 di Cirebon, Wali Kota Liburkan Sekolah
›
Seorang Pasien Positif...
Iklan
Seorang Pasien Positif Covid-19 di Cirebon, Wali Kota Liburkan Sekolah
Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis bakal meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah setelah seorang pasien yang dirawat di RSD Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, terinfeksi penyakit Covid-19.
Oleh
Abdullah Fikri Ashri
·4 menit baca
CIREBON, KOMPAS — Wali Kota Cirebon Nashrudin Azis bakal meliburkan kegiatan belajar mengajar di sekolah setelah seorang pasien yang dirawat di Rumah Sakit Daerah Gunung Jati, Kota Cirebon, Jawa Barat, terinfeksi penyakit Covid-19. Namun, pihaknya masih membahas detail kebijakan tersebut.
Keputusan tersebut diambil dalam rapat jajaran Pemerintah Kota Cirebon di rumah dinas wali kota, Sabtu (14/3/2020) petang. Direktur Rumah Sakit Daerah (RSD) Gunung Jati Ismail Jamaludin, sejumlah kepala dinas, hingga para lurah hadir dalam pertemuan itu.
”Setiap kebijakan pasti ada risiko. Kami ambil risiko yang paling kecil. Korona ini menyangkut nyawa dan penyebarannya luar biasa. Yang diutamakan nyawa masyarakat. Belajar di rumah, bukan di sekolah, adalah jalan yang terbaik,” tutur Azis.
Menurut dia, langkah tersebut untuk menghindari kerumunan orang dalam satu tempat, termasuk sekolah. ”Kapan waktunya (sekolah diliburkan) dimulai? Ini perlu persiapan. Besok kami akan rapat lagi,” ucapnya.
Azis yang berdiri dan mengeraskan suaranya meyakinkan satuan kerja perangkat daerah untuk mendukung keputusan itu. Dia juga meminta jajarannya mengantisipasi dampak keputusan tersebut, seperti berkurangnya penumpang sopir angkot. Bahkan, ia siap menghadapi sopir angkot yang demo karena kebijakan tersebut.
Pihaknya juga mengimbau masyarakat menunda bepergian ke luar daerah, bahkan luar negeri, jika tidak terlalu penting. Terkait penutupan tempat pariwisata dan mal, Azis belum berpikir ke arah sana. Padahal, dengan letak yang strategis di antara Jawa Barat dan Jawa Tengah, Cirebon kerap dikunjungi wisatawan nusantara dan mancanegara.
Tahun lalu, lebih dari 1,7 juta wisatawan mendatangi destinasi wisata di kota seluas 37 kilometer persegi tersebut. Selain tiga keraton yang berusia ratusan tahun, Cirebon juga punya Goa Sunyaragi dan sejumlah masjid kuno. Pengunjung juga acap kali berwisata kuliner di Cirebon.
Menurut Azis, kebijakan agar siswa belajar di rumah ditempuh setelah pihaknya menerima informasi seorang pasien di RSD Gunung Jati positif Covid-19 yang disebabkan virus korona baru. ”Dia bukan warga Kota Cirebon, tetapi warga salah satu daerah di Ciayumajakuning,” ucapnya.
Ciayumajakuning merupakan sebutan untuk Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan. Azis tidak menampik, pasien tersebut punya riwayat perjalanan di Kota Cirebon. Saat ditanyai apakah akan membuka riwayat perjalanan pasien itu ke publik, ia menjawab, ”Kami akan lihat urgensinya, apakah baik untuk warga dan pasien. Intinya, warga jangan panik.”
Masyarakat agar menunda bepergian ke luar daerah, bahkan luar negeri, jika tidak terlalu penting.
Direktur RSD Gunung Jati Ismail mengatakan, pasien yang positif merupakan pasien nomor 10. Lima hari lalu, sampel swab tenggorokan pasien telah dikirim ke Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Hasilnya, positif terjangkit Covid-19.
Selain pasien nomor 10, sebanyak empat pasien juga tengah menjalani perawatan isolasi di RSD Gunung Jati. ”Kondisi pasien 10, 11, 12, 13, dan 14 dalam kondisi stabil. Sekarang, mereka sudah tidak demam, batuk, dan sesak napas,” paparnya.
Nomor tersebut menunjukkan RSD Gunung Jati telah dan sedang menangani 14 pasien terkait virus korona tipe baru. Namun, saat ini tersisa lima pasien yang dirawat tiga sampai lima hari terakhir.
Ismail tidak menjelaskan lebih detail terkait latar belakang dan kronologi kelima pasien tersebut dengan alasan menghargai privasi pasien. Namun, ia mengakui, beberapa pasien merupakan buruh migran Indonesia yang baru pulang dari luar negeri.
Ismail memastikan, perawat yang menangani pasien tersebut sudah sesuai dengan prosedur standar operasi. Mereka dilengkapi alat pelindung diri dan mendapatkan siraman disinfektan setelah menangani pasien. ”Nanti, kami akan siapkan ruang isolasi khusus untuk perawat agar memastikan kondisi mereka sehat saat pulang ke rumah,” ujarnya.
Terkait ketersediaan alat pelindung diri (APD), Ismail mengklaim masih cukup. Setiap hari, pihaknya membutuhkan sedikitnya 18 APD. Jika kurang, pihaknya akan mengusulkan APD baru ke Dinas Kesehatan Jabar.
Beberapa pasien merupakan buruh migran Indonesia yang baru pulang dari luar negeri.
RSD Gunung Jati merupakan salah satu rumah sakit rujukan yang menangani penyakit Covid-19. Kapasitas ruangan isolasi sebanyak enam pasien. ”Kalau ruangan kami penuh, pasien akan dirujuk ke rumah sakit daerah yang telah ditetapkan sebagai rujukan penanganan korona,” lanjutnya.
Ismail mengingatkan, pengelola tempat keramaian harus menyiapkan cairan pembersih tangan (handsanitizer), pengukur suhu tubuh, bahkan tempat untuk isolasi bagi warga yang punya gejala di tempat keramaian. Masyarakat juga diimbau menghindari jabat tangan.
”Di tangan, Covid-19 bisa hidup 10 sampai 15 menit menurut penelitian. Virus ini akan mati pada suhu 26 sampai 27 derajat celsius. Covid-19 juga bisa hidup di pakaian kita sekitar 12 jam dalam suhu ruangan. Jadi, kita harus menjaga kebersihan diri,” paparnya.