China Kirim Tenaga dan Peralatan Medis ke Sejumlah Negara Pusat Wabah
›
China Kirim Tenaga dan...
Iklan
China Kirim Tenaga dan Peralatan Medis ke Sejumlah Negara Pusat Wabah
Alat dan tenaga kesehatan China dikirimkan ke sejumlah negara untuk membantu penanganan Covid-19. Bantuan ini dikirimkan setelah China relatif dapat menangani wabah itu.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
BEIJING, SABTU — Setelah menurunkan laju infeksi di dalam negeri, kini China mulai membantu negara lain menghadapi wabah virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Tenaga dan peralatan kesehatan dikirimkan ke sejumlah negara yang kini menjadi pusat wabah.
Kantor berita Xinhua, Sabtu (14/3/2020), melaporkan bahwa Presiden China Xi Jinping menghubungi koleganya di Korea Selatan, Italia, dan Iran untuk menawarkan bantuan dan menyatakan simpati. Sementara tenaga dan alat kesehatan dari China telah tiba di sejumlah negara.
Belgia, Iran, dan Italia dilaporkan telah menerima pasokan alat kesehatan dari China. Sejumlah dokter China juga telah tiba di Iran dan Italia untuk menangani wabah di sana. ”Kami akan mendirikan unit perawatan intensif bagi pasien Covid-19. Kami membawa peralatan yang teruji dan sesuai standar Italia,” kata Chen Haitao, salah satu dokter yang ikut bertolak ke Italia.
Beijing juga menggelar telekonferensi video dengan petugas kesehatan sejumlah negara. Lewat telekonferensi itu, Beijing berbagi pengalaman menghadapi wabah yang pertama kali menyebar di Wuhan, China, tersebut. ”China telah menjalankan langkah mengagumkan dalam menangani wabah ini,” kata Helena Maltezou, Direktur Pengawasan Penyakit Menular Yunani.
Bersama sejumlah pakar penyakit menular dari beberapa negara, ia mengikuti telekonferensi yang digelar Beijing. Pengalaman yang dibagi China lewat telekonferensi itu dinyatakan bisa membantu negara lain menghadapi Covid-19.
Kesuksesan China menangani wabah, antara lain, ditandai dengan penutupan 11 dari 14 rumah sakit darurat yang didirikan untuk menangani pasien Covid-19. Jumlah kasus baru di China saat ini juga terus menurun.
Tutup perbatasan
Sebaliknya, jumlah penularan Covid-19 di beberapa negara terus melonjak. Karena itu, berbagai langkah dilakukan, seperti menghentikan penerbangan internasional, menutup perbatasan, hingga menolak pendatang dari sejumlah negara.
Arab Saudi menghentikan seluruh penerbangan internasional. Adapun Amerika Serikat hanya melarang penerbangan dari dan ke Eropa. Adapun sejumlah negara lain, seperti Kamboja dan Turki, hanya melarang penerbangan dari negara tertentu di Eropa dan Asia.
Negara-negara lain, seperti Kolombia, Denmark, Austria, Rusia, dan Swiss, mulai menutup perbatasannya untuk mengendalikan laju infeksi. ’Kami menghadapi sesuatu yang belum pernah ada,’ kata Perdana Menteri Denmark Mette Frederiksen, seraya menegaskan langkah pengendalian akan sepadan dengan dampaknya.
Denmark memang belum seperti Italia yang memberlakukan isolasi seluruh negeri. Dengan korban tewas lebih dari 1.000 orang dan yang terinfeksi melebihi 10.000 orang, isolasi di Italia dinilai belum berhasil. ”Untuk menghadapi virus, China tidak hanya mengisolasi Wuhan. Pergerakan orang dan barang hingga ke desa-desa di seluruh China juga dibatasi. Uni Eropa kurang berkoordinasi,” kata Wang Yiwei, Direktur Kajian Eropa pada Renmin University di Beijing.
Ia menyebutkan, isolasi model Italia hanya memperlambat laju infeksi. Isolasi tidak menghentikan penularan di Eropa yang kini ditetapkan sebagai pusat wabah.
SARS-CoV-2 juga banyak menulari warga Jepang. Meskipun demikian, PM Jepang Shinzo Abe menegaskan, belum waktunya menyatakan keadaan darurat bagi Jepang. Jumlah penularan di Jepang relatif rendah dibandingkan negara lain meski negara itu tetap harus waspada.
Keputusan Abe berbeda dengan Presiden AS Donald Trump. Pada Sabtu dini hari WIB, Trump menyatakan AS dalam keadaan darurat karena virus korona baru. Spanyol juga mengumumkan hal senada. Seluruh warga Spanyol diperintahkan mengarantina diri di rumah. (AFP/REUTERS)