Dedikasi Jaga Bumi
Kegelisahan terhadap kondisi bumi yang didera pemanasan global dan kerusakan lingkungan tak henti memantik kreativitas.
Kegelisahan terhadap kondisi bumi yang didera pemanasan global dan kerusakan lingkungan tak henti memantik kreativitas. Lewat karyanya pada label busana siap pakai 2Madison Avenue, Maggie Hutauruk Eddy mengusung kepedulian pada bumi ke ajang New York Fashion Week 2020.
Dalam perjalanannya, industri mode turut andil dalam kemelut perubahan iklim yang kini terjadi. Menurut United Nations Climate Change, produksi pakaian secara global menyumbang sekitar 10 persen emisi gas rumah kaca.
Limbah tekstil mencapai 1,4 juta triliun serat plastik, dihasilkan dari pembuatan dan perawatan baju. Limbah tersebut juga teridentifikasi mencemari lautan.
Hal ini tak dapat dilepaskan dari ketergantungan pada bahan yang mengandung serat plastik, seperti poliester, akrilik, dan nilon. Tanpa disadari, penggunaan hingga tahap pencucian pakaian dengan bahan semacam ini mengikis sedikit demi sedikit serat plastik. Jika dikalkulasikan secara global, pengikisan itu menghasilkan setengah juta ton limbah serat plastik yang mengalir ke lautan tiap tahun.
Di sisi lain, kampanye antisipasi perubahan iklim terus bergulir. Salah satunya diinisiasi oleh seorang gadis remaja asal Swedia Greta Thunberg. Greta memulai aksi mogok sekolah dengan duduk di depan Gedung Parlemen Swedia pada Agustus 2018. Sosok Greta pun sangat khas dengan jaket berwarna kuning dilengkapi tudung kepala saat berada di lokasi itu.
Rangkaian fenomena ini mendorong Maggie membesut sejumlah rancangan bernuansa chic dan kasual dalam koleksi bertajuk Liga yang dipamerkan kembali di Studio 3 Hotel Intercontinental Pondok Indah, Jakarta, beberapa pekan lalu. Sebelumnya, koleksi tersebut ikut mewarnai Pekan Mode New York pada awal Februari 2020.
”Ini kali ketiga, saya kembali ke New York Fashion Week. Saya harus bawa pesan yang more than just fashion.Selama ini, banyak keresahan di pikiran saya. Salah satunya tentang lingkungan. Bagaimana ternyata industri fashion dan juga pola hidup kita saat ini berkontribusi terhadap penumpukan limbah,” ungkap Maggie seusai pergelaran peragaan busana itu.
Untuk itu, sebanyak 16 koleksi yang ditunjukkan dalam landas peraga dikreasikan dengan bahan dasar scuba, bahan daur ulang yang ramah lingkungan, bahan brokat, ulos sisa, hingga potongan karung. Motif karakter tokoh yang menjadi ciri khas dari tiap keluaran jenama (brand) miliknya dicetak secara digital sehingga tidak banyak menimbulkan limbah air dan pewarna.
Lebih beragam
Pada rancangan sebelumnya, karakter tokoh yang ditampilkan Maggie adalah sosok legendaris yang telah mangkat, seperti Andy Warhol, Marilyn Monroe, serta Frida Kahlo. Namun pada rancangan kali ini, muncul wajah Greta, Presiden Joko Widodo, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, hingga Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Semua tokoh itu digambarkan menggunakan jaket kuning bertudung kepala milik Greta.
”Ini pesannya agar para pemimpin ini coba dulu pakai hoodie-nya Greta agar dapat berpikir yang sama dengan dia. So, they will put on the same concern.Bisa berada di satu sisi dan memberikan dukungan. Karena pemimpin seperti mereka yang semestinya mengambil peran dan memimpin perubahan ini. Harapannya lahir anak-anak muda lain yang juga peduli dan bergabung dalam sebuah Liga,” tutur Maggie.
Pilihan warna dalam produk kali ini didominasi warna kuning dan biru yang menggambarkan keragaman hayati, terumbu karang, dan laut Indonesia. Ada sebagian yang berwarna hijau dan toska yang juga terpengaruh unsur alam Tanah Air.
Namun, tren mode jalanan yang mengedepankan kenyamanan tetap diandalkannya. Sweater, kemeja, dan long coat dikombinasikan dengan celana kargo didesain untuk pria. Pilihan jenis model ini disesuaikan dengan tema musim gugur dan musim dingin. ”Walau kalau di Indonesia, sweater dan celana ini tetap dapat digunakan kapan saja,” ujar Maggie.
Koleksi yang diperuntukkan bagi perempuan lebih beragam. Seorang model membuka peragaan pagi itu dengan kaus bergambar wajah Greta dipadu celana pendek bermodel balon berwarna kuning diberi aksen ikat pinggang biru. Jaket panjang ditambahkan dalam gaya model yang melenggang pertama ini.
Selanjutnya, bergantian para peragawati bermunculan. Mereka dibalut dengan koleksi cropped sweater dan cropped jacket dipadu dengan rok pendek bergelembung dan rok maxi dengan aksen kaya rimpel. Kaus dengan wide leg pants dan rok lebar bersiluet A-line juga ditampilkan sebagai wujud gaya kasual yang cocok dikenakan dalam berbagai macam suasana atau sekadar berjalan-jalan di pusat perbelanjaan.
Di sela-sela rentetan tampilan segar, Maggie menyelipkan sejumlah gaun mirip dengan ballgown yang dibuat simpel dan dapat dijadikan pilihan untuk menghadiri pesta. ”Selama ini, saya sengaja memilih desain yang ringan. Pemilihan gaun ini juga menunjukkan kemampuan yang lain,” ungkap Maggie.
Selain gaun, setelan kemeja dan celana untuk perempuan yang aktif juga hadir dalam rangkaian koleksi kali ini. Gaya mode perempuan tahun 1980-an seperti kemeja dengan kerah tinggi dan aksen gelembung di lengan dihadirkan. Ada juga blazer dengan shoulder pads yang memberi kesan semiformal.
Kendati demikian, khas tabrak warna tetap dipertahankan dalam desain Maggie. Untuk melengkapi karyanya, berbagai aksesori dengan ungkapan yang menunjukkan kepedulian pada lingkungan dikombinasikan dalam tiap tampilan pada koleksi ini. Di antaranya, kalung dan anting dengan aneka statement seperti ”Forest Keeper”, ”Pro Earth”, dan ”No More Plastic”.
Sudah waktunya memang peduli lingkungan tak hanya sekadar kata, tetapi juga diejawantahkan dalam gaya dan beragam aspek aksi nyata.