Aliansi Indonesia-Belanda akan mengantarkan pengusaha Belanda mempunyai mitra yang tahu kondisi pasar Asia. Sebaliknya, pengusaha Indonesia akan mempunyai mitra untuk menembus pasar Eropa.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
Aliansi Indonesia-Belanda akan mengantarkan pengusaha Belanda mempunyai mitra yang tahu kondisi pasar Asia. Sebaliknya, pengusaha Indonesia akan mempunyai mitra untuk menembus pasar Eropa.
Diiringi ratusan pengusaha Belanda, Raja Willem-Alexander akhirnya melawat ke Indonesia, 10-13 Maret 2020. Lawatan itu, antara lain, menghasilkan kesepakatan bisnis, dukungan pada industri sawit, dan kerja sama bidang pendidikan.
Total 31 kesepakatan bisnis bernilai total 1,5 miliar euro ditandatangani di sela lawatan tersebut. Sebagian masuk ke Belanda, sebagian lagi mengalir ke Indonesia. Sektor pertanian hingga penerbangan menjadi obyek dari berbagai kesepakatan itu.
Sebagian pihak yang terlibat merupakan perusahaan yang telah lama beroperasi di Indonesia, seperti FrieslandCampina, perusahaan yang berbisnis susu dan aneka produk turunannya, atau Thales, perusahaan bidang teknologi. Indonesia menargetkan kontrak-kontrak itu terwujud dalam sembilan bulan mendatang.
Indonesia juga membuka kesempatan bagi Belanda untuk terlibat dalam pengelolaan bandara hingga sumber daya air. Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini berharap Belanda mau terlibat dalam pengelolaan air minum di Surabaya. ”Kalau ada investasi itu, air yang diterima warga bisa langsung diminum sehingga mengurangi pengeluaran untuk mengolah sebelum bisa diminum,” katanya.
Indonesia-Belanda, sekali lagi, juga meneguhkan kerja sama di bidang perkebunan sawit. Belanda akan membantu peningkatan pengetahuan dan teknologi para petani sawit di Indonesia.
”Itulah tujuan yang ingin kami capai, bekerja sama dengan petani guna meningkatkan pengetahuan dan teknologi mereka, mengajarkan mereka, serta membuat mereka mampu menghasilkan sawit secara berkelanjutan,” kata Menteri Perdagangan Luar Negeri dan Kerja Sama Pembangunan Belanda Sigrid Kaag.
Sementara itu, Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Mochamad Ashari dan Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Panut Mulyono menekankan soal kerja sama penelitian Indonesia-Belanda. ITS dan sejumlah perusahaan Belanda bekerja sama di bidang kemaritiman dan pengelolaan sampah.
Panut mengatakan, Indonesia-Belanda saling membutuhkan dalam kerja sama di antara lembaga pendidikan. Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang sangat kaya. Keanekaragaman itu bisa dimanfaatkan untuk keperluan pembuatan obat, energi, dan sebagainya. Dibutuhkan penelitian yang intensif agar pemanfaatan keanekaragaman hayati itu bisa maksimal.
”Indonesia memiliki banyak sekali tumbuhan dan hewan yang bisa dijadikan sumber-sumber untuk obat, energi, dan lain-lain. Ini yang juga kita kembangkan bersama-sama dengan ilmuwan dari Belanda,” kata Panut.
Kejutan
Raja Willem-Alexander datang ke Indonesia untuk memenuhi undangan Presiden Joko Widodo. Putra Ratu Beatrix itu memulai lawatan di Indonesia dengan cara yang mengejutkan banyak pihak, yakni berziarah ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, lalu meminta maaf atas kekerasan tentara Belanda di Indonesia. ”Permohonan maaf dari Kerajaan Belanda itu dapat membangun persahabatan yang baru di masa kini,” kata sejarawan Candrian Attahiyat.
Dalam persiapan kunjungan, tidak disinggung soal permohonan maaf itu. Menteri Luar Negeri Belanda Stef Blok menekankan kerja sama pendidikan, kebudayaan, dan ekonomi sebagai misi utama lawatan tersebut. Ia menyebut kunjungan itu sebagai permata dalam hubungan Jakarta-Amsterdam.
Hal yang secara khusus ditekankan Blok adalah dukungan Belanda pada sawit berkelanjutan di Indonesia. Raja Willem-Alexander pun menekankan demikian.
Namun, Raja memberikan hadiah tak kalah penting berupa permohonan maaf. Permohonan itu menjadi modal penting untuk meningkatkan hubungan Indonesia-Belanda di masa depan. Pernyataan Raja meluruhkan hambatan psikologis dalam hubungan kedua negara yang pernah saling berhadapan dan kini berusaha mengeratkan persahabatan.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengatakan, kerja sama dengan Belanda penting di tengah perlambatan perekonomian global. Kerja sama ini diharapkan bisa membantu Indonesia memasarkan produknya ke Eropa dan berbagai belahan dunia lain.
VNO-NCW, lembaga sejenis Kamar Dagang dan Industri (Kadin) di Belanda, berharap Indonesia-Belanda bisa membentuk aliansi dagang. Aliansi yang membuat pengusaha Belanda mempunyai mitra yang tahu kondisi pasar Asia. Sebaliknya, pengusaha Indonesia akan mempunyai mitra untuk menembus pasar Eropa. Indonesia bisa memanfaatkan pengusaha Belanda yang memahami seluk-beluk aturan dagang di Eropa. Aliansi itu dimulai dengan kesepakatan 1,5 miliar euro.