Agus Harimurti Yudhoyono terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020-2025 dalam Kongres V Partai Demokrat di Jakarta, Minggu (15/3/2020).
Oleh
·3 menit baca
Agus Harimurti Yudhoyono terpilih menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, memimpin Partai Demokrat. Demokrat diingatkan agar tak bergantung pada figur tertentu.
JAKARTA, KOMPAS — Agus Harimurti Yudhoyono terpilih secara aklamasi sebagai Ketua Umum Partai Demokrat periode 2020-2025 dalam Kongres V Partai Demokrat di Jakarta, Minggu (15/3/2020). Agus menggantikan ayahnya, Susilo Bambang Yudhoyono, yang menjadi Ketua Umum Partai Demokrat sejak 2013.
Sebagai ketua umum yang baru, Agus punya tugas menguatkan pelembagaan partai agar tak bergantung pada figur tertentu. Dalam sidang kongres yang berlangsung tertutup, sebanyak 34 Dewan Pimpinan Daerah dan 514 Dewan Pimpinan Cabang Demokrat memberikan suara bulat untuk Agus. Agus menjadi calon tunggal dalam pemilihan ketua umum Demokrat 2020-2025.
Dalam pidatonya, Agus menyebutkan sepuluh program yang akan diwujudkannya selama memimpin Demokrat. Sepuluh program dimaksud, antara lain, memperkuat kepemimpinan dan manajemen yang efektif, memperkuat komunikasi politik, meningkatkan program-program pengabdian masyarakat, memenangkan suara generasi muda, menyukseskan Pilkada 2020 dan 2024, serta Pemilu 2024.
Agus juga menyinggung perdebatan antarpartai politik mengenai besaran ambang batas parlemen. Dia menolak kenaikan ambang batas parlemen karena hal itu berpotensi mengeliminasi dan membatasi peran parpol dalam membangun bangsa.
Adapun Susilo Bambang Yudhoyono dalam pidato terakhirnya sebagai Ketua Umum Demokrat, ketika membuka kongres, mengingatkan agar Demokrat mendengarkan dan memperjuangkan harapan rakyat. Oleh karena itu, kader Demokrat harus mengerti perasaan, persoalan, dan harapan rakyat. ”Pikiran kita tidak boleh disconnect (terputus) dengan pikiran rakyat,” katanya.
Terkait suksesi kepemimpinan di Demokrat, Presiden ke-6 RI itu menekankan, sekalipun pemimpin-pemimpin baru lahir melalui kongres, pemimpin lama tidak akan pergi. ”Kami akan tetap di sini dan berjuang bersama. Justru partai kita akan makin kuat,” ujarnya.
Pelembagaan
Pengajar dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, Arya Budi, mengatakan, agar Demokrat bisa tetap eksis dalam perpolitikan nasional, Agus punya tugas menguatkan pelembagaan partai di internal Demokrat. Selama ini, pelembagaan kurang optimal lantaran terlalu bergantung pada figur Yudhoyono.
”Tugas pelembagaan partai ini, antara lain, dilakukan dengan melakukan kaderisasi yang kuat,” katanya. Sementara itu, peneliti utama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Siti Zuhro, mengkritik hadirnya calon tunggal dan mekanisme aklamasi dalam pemilihan ketua umum partai.
Seharusnya, menurut Siti, partai mendorong lahirnya kontestasi yang sehat, transparan, dan akuntabel. Dengan demikian, kader akan membawa nilai tersebut saat berkontestasi dalam pemilu. Dari kontestasi yang sehat, transparan, dan akuntabel juga akan lahir pemimpin yang teruji kapasitas dan kapabilitasnya.
Proses demokrasi di internal partai juga seharusnya diperhatikan oleh partai karena hal itu menjadi penilaian publik. ”Partai jangan hanya memikirkan internal, tetapi bagaimana dibacanya di eksternal, di publik. Publik itu akan membaca apa? Nilai-nilai budaya apa di internal partai yang dikembangkan, nilai-nilai patronase, dinasti politik, atau politik kekerabatan, ya, itu yang akhirnya dibaca,” katanya. (REK/BOW)