Dag-dig-dug Jadi Penerjemah Raja dan Ratu Belanda
Wartawan Kompas, Denty Piawai Nastitie, punya pengalaman istimewa saat Raja dan Ratu Belanda berkunjung ke Indonesia. Ia ditunjuk sebagai penerjemah bagi Ratu dan Raja di acara pameran foto di Erasmus Huis.
Kedatangan Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima di Indonesia memberikan pengalaman berkesan untuk wartawan Kompas, Denty Piawai Nastitie, yang bertugas sebagai penerjemah dan pendamping pasangan kerajaan itu ketika berkunjung ke Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Berikut ceritanya.
Kesempatan untuk bertemu dan berbincang langsung dengan pasangan kerajaan saya dapatkan sebagai salah satu alumnus Permata Photojournalist Grant (PPG), sebuah program yang didedikasikan untuk mengembangkan ilmu dan talenta pewarta foto di Indonesia. Setiap tahun, PPG memberikan pelatihan fotografi yang diikuti oleh 10 pewarta foto terpilih dan memberikan grant untuk menyelesaikan proyek foto bertutur (photo story). Hasil workshop peserta selanjutnya dipresentasikan melalui pameran dan penerbitan buku foto.
Tahun ini, Erasmus Hui membuat pameran foto berjudul ”Inovasi”, karya 10 jurnalis foto yang berpartisipasi dalam program PPG 2019. Pameran menjadi istimewa karena bertepatan dengan hari jadi ke-50 Erasmus Huis. Selain itu, Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima juga datang melihat pameran. Kehadiran Raja dan Ratu bertepatan dengan kunjungan kenegaraan di Indonesia.
Saya menerima informasi mengenai rencana kunjungan pasangan kerajaan beberapa bulan lalu. Ketika itu, Direktur Erasmus Huis Yolande Melsert, Deputy Head Culture and Communication Joyce Nijssen, Project Manager Bob Wardhana, dan Brand Management Corporate Affairs Permata Bank Adi Yudistira mengajak saya bertemu dan memberi tahu rencana kedatangan royal couple.
Kami meminta kamu, mewakili alumni Permata Photojournalist Grant, untuk bertemu dengan pasangan kerajaan.
”Kami meminta kamu, mewakili alumni Permata Photojournalist Grant, untuk bertemu dengan pasangan kerajaan,” kata Adi Yudistira. Ia juga menjelaskan, nantinya saya bersama mentor PPG 2019 Yoppie Pieter bertugas menjelaskan proyek fotografi yang dikerjakan pewarta foto yang berpameran.
”Kamu, kan, oke tuh bahasa Inggris-nya. Jadi, nanti kalau ada fotografer yang kesulitan berbicang dengan Raja dan Ratu, kamu juga membantu mereka berbicara,” ujarnya.
Mendengar kata-kata dari Pak Adi, jujur saja, jantung saya terasa mau copot karena saya tidak menyangka mendapat kepercayaan ini. Di sisi lain, saya merasa senang karena ini merupakan kesempatan emas untuk bertemu dengan tamu kenegaraan.
Sejak jauh-jauh hari, saya sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Raja Willem-Alexander dan Ratu Maxima. Persiapan itu antara lain memahami aturan protokoler untuk bertemu pasangan kerajaan. Beberapa aturan protokoler itu seperti menyapa pasangan kerajaan dengan sebutan Your Majesties atau menyapa Raja atau Ratu dengan sebutan Your Majesty. Saya juga bisa memanggil Raja dengan kata ”Sir” (meneer) dan Ratu dengan kata ”Madam” (mevrouw).
Begitu pasangan kerajaan datang, saya tidak boleh mengulurkan tangan lebih dulu untuk bersalaman. Inisiatif untuk berjabat tangan sebagai tanda persahabatan harus datang dari pasangan kerajaan. Selain itu, tidak boleh membawa telepon genggam atau meminta swafoto saat bersama dengan Raja dan Ratu.
Saya merasa kecewa karena tidak boleh berswafoto bersama Raja dan Ratu. Padahal, saya ingin memamerkan foto pertemuan ini kepada keluarga di rumah atau anak-cucu saya kelak. Tetapi, kemudian saya berpikir, ”Ah, tidak boleh foto tidak apa-apa. Setidaknya masih bisa salaman. He-he-he-he.”
Namun, beberapa hari menjelang kedatangan Raja dan Ratu, aturan protokoler kerajaan diubah menjadi tidak boleh ada jabatan tangan. Jabatan tangan diganti dengan gerakan mengatupkan kedua telapak tangan di dada, seperti gerakan namaste di India, atau sembah salut di Pulau Jawa. Aturan ini dibuat untuk mengantisipasi penyebaran virus korona baru di seluruh dunia. Pupus sudah harapan saya untuk bersalaman dengan keluarga kerajaan!
Persiapan lain yang saya lakukan adalah memahami proyek fotografi yang dibuat oleh peserta PPG 2019. Beberapa kali saya hadir dalam workshop peserta untuk mengetahui ide dan jalan cerita foto yang mereka buat. Ini bukanlah tugas yang mudah karena setiap peserta membuat karya foto dengan tema beragam, mulai dari pertanian, lingkungan, transportasi, hingga perkembangan media sosial. Saya harus membahami cerita agar nantinya bisa menceritakan ulang kepada Raja dan Ratu.
Untuk memudahkan tugas ini, saya membuat catatan pendek. Rencananya, catatan ini akan saya bawa ketika bertemu Raja dan Ratu. Sebelum bertemu dengan Raja dan Ratu, peserta PPG 2019 dan semua pihak yang terlibat juga beberapa kali melakukan geladi kotor untuk mengetahui posisi berdiri selama acara berlangsung.
Tegang berat
Hari yang ditunggu akhirnya tiba. Kedatangan Raja dan Ratu di Erasmus Huis direncanakan pukul 19.00. Saya sudah berada di arena sejak pukul 18.00 atau satu jam sebelum acara. Terlihat wajah-wajah tegang dari peserta workshop, mentor, juga pihak Erasmus Huis, yang menjadi tuan rumah kegiatan ini.
Pukul 18.10, peserta workshop, mentor, juga pihak Erasmus Huis melakukan geladi bersih. Setelah itu, sekitar pukul 19.30 teman-teman dan saya makan malam bersama. Mentor PPG 2019 Yoppie Pieter menyantap sup dengan nikmat.
”Sup ini enak banget! Kamu enggak makan?” tanya Yoppie. Saya hanya bisa tersenyum sambil menggeleng. Ketika itu, saya merasa sangat tegang sehingga tidak nafsu makan.
Beberapa saat kemudian, Deputy Head Culture and Communication Joyce Nijssen masuk ke ruang tunggu. Ia menginformasikan bahwa Raja dan Ratu Belanda datang ke Erasmus Huis lebih cepat 15 menit dari jadwal semula.
”Itu artinya, lima menit lagi pasangan kerajaan sampai di sini,” ujarnya. Saya dan Yoppie langsung bertatapan, tegang. Yoppie segera menyelesaikan makan malam. Lalu, kami bersama-sama jalan ke ruang pertemuan.
Ada empat orang yang bertugas menyapa Ratu dan Raja ketika masuk ke ruang pameran, yaitu Direktur Kepatuhan Permata Bank Dhien Tjahajani, Managing Director Panna Foto Institute Ng Swan Ti, Yoppie Pieter, dan saya. Kami berdiri di dekat pintu masuk, menunggu tamu kenegaraan datang dengan hati berdebar-debar.
Sambil menunggu, saya mengeluarkan catatan yang berisi contekan tentang pameran fotografi ini. Saya membaca dan menghafal potongan cerita, juga istilah-istilah berkaitan dengan proyek fotografi peserta. ”Ayo, masukkan catatannya,” kata Ng Swan Ti. Saya tertawa, kemudian menyelipkan catatan ke dalam tas.
Keramahan Raja dan Ratu sudah terasa sejak awal mereka masuk ke dalam ruang pameran. Mulanya saya berpikir pasangan kerajaan datang dengan wajah lelah mengingat sepanjang hari mereka menjalani agenda yang sangat padat, seperti bertemu Presiden Joko Widodo dan Ibu Negara Nyonya Iriana Joko Widodo.
Kepada Raja Willem dan Ratu Maxima, saya memperkenalkan diri sebagai wartawan Kompas.
Akan tetapi, di Erasmus Huis, Raja dan Ratu justru terlihat ramah, semangat, dan antusias. Kepada Raja Willem dan Ratu Maxima, saya memperkenalkan diri sebagai wartawan Kompas. Kami berbincang-bincang sebelum mulai upacara inti, yaitu pembukaan pameran. Begitu upacara pembukaan selesai, Yoppie mendampingi Raja Willem-Alexander untuk berkeliling melihat pameran. Sementara saya mendampingi Ratu Maxima.
Saya sangat terkesan dengan bagaimana Ratu memperhatikan setiap foto peserta dengan detail dan kritis. Ratu juga kerap melontarkan pujian terhadap foto-foto yang menarik. Ketika melihat karya pewarta foto lepas asal Banda Aceh, Riska Munawarah, Ratu memuji karya itu karena mampu menunjukkan perjuangan dan kerja keras petani. ”Apakah petani ini menghadapi kesulitan karena ada pembangunan jalan raya?” Ratu bertanya.
Saya kemudian menjelaskan bahwa karya fotografi Riska memang menceritakan perjuangan petani urban di Jakarta yang harus berhadapan dengan tantangan berupa merosotnya luas lahan pertanian. Lahan pertanian sebagian besar berada di sebelah pembangunan infrastruktur. Petani harus hidup dengan pendapatan yang sangat kecil.
”Saya mengerti. Dari foto-foto terlihat betapa menakjubkan perjuangan mereka. Petani juga harus hidup bersama keluarga dengan sederhana,” kata Ratu.
Sebagai Advokat Khusus Sekretaris Jenderal PBB Keuangan Inklusif untuk Pembangunan (UNSGSA), jabatan yang sudah dijalani sejak 2009, Ratu Maxima bertugas mendorong terciptanya layanan keuangan yang dapat diakses semua orang, termasuk petani, serta kelompok berpenghasilan rendah dan sektor usaha kecil dan menengah. Itulah sebabnya, Ratu Maxima mempunyai kepedulian terhadap masyarakat dengan penghasilan yang rendah.
Ratu Maxima juga memuji karya CNNIndonesia.com, Bisma Septalisma, yang membuat karya mengenai kurir sepeda. ”Saya bisa membayangkan bagaimana kurir sepeda ini harus berjuang menembus kemacetan Jakarta dan menghadapi polusi udara. Foto yang sangat kuat,” ujarnya.
Kepada para fotografer, Ratu bertanya mengenai proyek fotografi yang akan mereka buat setelah pameran foto ini. Pewarta foto lepas Iqbal Septian Lubis mengatakan, dirinya tertarik memotret kisah kaum urban dan isu-isu sosial di Jakarta. ”Itu sangat bagus. Sebaiknya, fotografer memang tidak berhenti begitu selesai pameran foto ini. Fotografer harus terus membuat karya dan menghasilkan cerita dalam bentuk lain, seperti buku foto,” tutur Ratu.
Ketika sedang menceritakan foto Adi Maulana Ibrahim (Katadata.co.id) yang mengangkat profil tokoh Instagram, Bude Sumiyati, saya terkejut karena tiba-tiba Raja Willem-Alexander ada di sebelah saya sehingga saya berdiri diapit oleh pasangan kerajaan. Raja ikut mendengarkan penjelasan saya dan bertanya mengenai beberapa hal. Yoppie Pieter juga bergabung untuk berbincang-bincang dengan Raja dan Ratu.
Selanjutnya, Direktur Erasmus Huis Yolande Melsert memberi tahu bahwa Raja dan Ratu harus melanjutkan ke agenda berikutnya, yaitu pertemuan dengan Komunitas Belanda. Raja mengucapkan terima kasih kepada Yoppie dan saya.
Ketika Raja dan Ratu bersiap melangkahkan kaki untuk meninggalkan ruangan, Ratu berhenti sesaat. Ia kemudian membalikkan badan dan mencondongkan badan ke saya. Ia mengatakan, ”Terima kasih, ya, kamu sudah mengajak saya berkeliling melihat pameran foto ini. Sebuah pertemuan yang menyenangkan,” katanya, memberikan sentuhan personal dalam perjumpaan singkat kami.
Bagi saya, bertemu dengan Raja dan Ratu Belanda merupakan suatu pengalaman yang selamanya tidak akan terlupakan!