Peristiwa tenggelamnya bocah 10 tahun di kolam renang Ponorogo akhir Desember 2019, tenggelamnya seorang pastor di Pantai Situbondo, warga dimangsa buaya, dan beberapa murid SMPN 1 Turi, Yogyakarta, yang terseret air sungai, sungguh memprihatinkan.
Negara dan semua pihak yang berkepentingan seharusnya hadir melindungi warga. Salah satunya dengan konsep water safety atau keselamatan dalam air.
Keselamatan di kolam renang, pantai/tempat wisata, atau sungai yang berisiko tinggi, karena ada buaya, ombak dan arus besar, perlu diatasi dengan menerapkan keselamatan di dalam air. Konsep ini mencakup pengetahuan individu dan keluarga agar sadar bahaya, juga petugas terlatih atau penjaga keselamatan (lifeguard).
Para penjaga keselamatan di negara maju—misal Australia dan Amerika Serikat—dikerjakan secara paruh waktu oleh anak-anak muda yang bersertifikat water safety. Walaupun di Indonesia sudah ada penjaga keselamatan, kondisinya sangat terbatas, baik dari personel maupun perlengkapan. Keterbatasan di Indonesia terlihat seperti penggunaan ban dalam mobil sebagai pelampung dan keterbatasan informasi tentang prakiraan cuaca atau lingkungan sekitar, termasuk arus sungai.
Keselamatan di air juga memerlukan infrastruktur lain seperti batas bendera, simbol, dan tanda pengingat adanya bahaya. Perlengkapan lain, seperti tandu dan tongkat penolong wajib ada, plus informasi suhu udara, arus, peringatan di sungai tempat buaya hidup, tanda lokasi aman di pantai, dan ketersediaan alat keselamatan.
Semua pihak bahu-membahu menjamin kelangsungan tidak hanya pemerintah. Di Australia, misalnya, ada organisasi nonprofit penyelenggara kursus bersertifikat, seperti Life Save Victoria, lsv.com.au, dan komunitas (YMCA, victoria.ymca.org.au). Di Indonesia mungkin perlu dipelopori Badan SAR Nasional (Basarnas).
Menurut saya, harus ada pelatihan rutin dan berkesinambungan untuk lifeguard, baik di kolam renang, sungai, maupun pantai. Perlu penyebaran informasi lebih luas tentang keselamatan dalam air kepada masyarakat. Semoga semua peristiwa buruk itu tidak terjadi lagi.
Swasta Priambada
PhD Candidate Swinburne University of Technology,
Melbourne, Australia
Rakyat yang Pintar
Menghadapi Pemilu Kepala Daerah 2020, semakin bergelora partai-partai politik berkampanye untuk meraih kemenangan (Kompas, 23 Februari 2020).
Saya mengusulkan cara lain agar wong cilik lebih bersuara dan tidak dipengaruhi partai. Caranya dengan mengusulkan mereka berkumpul dan menganalisis para calon tanpa intervensi partai dan penguasa.
Biarlah mereka menganalisis calon pemimpin berdasarkan kecakapan, pergaulan dengan rakyat, kejujuran, dan lain-lain. Biarlah wong cilik mengatakan, ”Mari saudara-saudara, kita pilih calon bupati yang sesuai untuk kita.”
Semoga rakyat diberikan kesempatan untuk pintar.
Titi Supratignyo
Tangerang Selatan
Kecewa Sepeda Listrik
Saya membeli sepeda listrik lipat Mr Jackie, 25 Januari 2018, dengan garansi baterai enam bulan. Janjinya, baterai setelah diisi penuh bisa untuk 30 km. Kenyataannya, hanya 15 km. Setelah tiga bulan, baterai mati. Sepeda di Ciputat, Tangsel. Saya melapor ke Mr Jackie, petugas datang. Namun, stok baterai pengganti tidak ada. Saya menunggu.
Barang baru ada setelah lebih dari setahun, akhir 2019. Petugas mengganti dua dari tiga baterai. Baterai ketiga baru datang tiga bulan kemudian, 28 Januari 2020. Petugas meminta bayaran dengan alasan sudah lama baru dilaporkan. Padahal, mereka yang terlambat mengganti.
Odjak L Sihombing
Jl Sutomo,
Gunungsitoli 22816