Layanan pusat panggilan atau ”call centre” disiapkan untuk dibentuk di Nusa Tenggara Timur. Hal ini sebagai langkah awal antisipasi penanganan wabah Covid-19 di provinsi tersebut.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Layanan pusat panggilan atau call centre disiapkan untuk dibentuk di Nusa Tenggara Timur. Hal ini sebagai langkah awal antisipasi penanganan wabah Covid-19 di provinsi tersebut. Pusat panggilan ini dilengkapi dengan tim medis dan ambulans penjemput pasien.
Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) Marius Ardu Jelamu, di Kupang, NTT, Senin (16/3/2020), mengatakan, program Brigade Kupang Sehat (BKS) yang dibentuk pada Februari 2017 oleh Pemkot Kupang menjadi proyek percontohan (pilot project) penanggulangan Covid-19 di NTT. BKS menyediakan pusat panggilan melalui nomor telepon 0380-82777 dan 0813398077377 atau 085858891920.
”Call centre ini diinstruksikan untuk dibentuk di 21 kabupaten yang belum memiliki. Ketika mencurigai ada pasien dengan gejala mirip korona, atau orang bersangkutan kembali dari negara dengan riwayat terinfeksi korona, masyarakat dapat menghubungi nomor di pusat panggilan tadi,” kata Jelamu.
Hal ini terungkap dalam pertemuan para unsur pimpinan organisasi perangkat daerah Pemprov NTT, Kepala Badan Intelijen Daerah NTT, Komandan Korem Wirasakti Kupang, Kapolda NTT, Konsulat Jenderal Timor-Leste, perwakilan tokoh agama, tokoh pemuda, dan perwakilan mahasiswa.
Kantor pusat panggilan itu nantinya juga diperkuat oleh tim khusus, lengkap dengan fasilitas perlindungan diri yang memadai, baik petugas medis, sopir, maupun ambulans. Mereka siap sedia 24 jam di kantor itu, atau setidaknya mudah bergerak melayani panggilan dari warga.
Tim ini langsung ke rumah kediaman pasien yang diduga terjangkit Covid-19, kemudian membawanya langsung ke ruang isolasi di rumah sakit rujukan yang telah ditentukan. Dengan demikian, pasien tidak diantar pihak keluarga atau naik angkutan umum, antre bersama pasien lain, atau bergerak dan berpapasan dengan semua orang yang ada di rumah sakit sehingga mencegah risiko penyebaran virus tersebut.
Gubernur NTT menegaskan, isolasi diri itu cara termurah dan efektif untuk NTT karena sarana dan prasarana kita terbatas.
Untuk mencegah Covid-19 di NTT, Gubernur NTT Viktor Laiskodat melarang semua unsur pimpinan organisasi perangkat daerah (OPD) dan staf atau PNS di lingkup pemprov dan pemkot/pemkab melakukan perjalanan dinas ke luar NTT. Semua jenis urusan dinas dapat dilakukan melalui media elektronik, seperti Whatsapp, Facebook, Skype, atau e-mail.
”Pelarangan ini untuk menghindari masuknya virus korona dari daerah tertular virus korona, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta, Solo, dan Denpasar. Gubernur NTT menegaskan, isolasi diri itu cara termurah dan efektif untuk NTT karena sarana dan prasarana kita terbatas,” kata Jelamu.
Provinsi ini sangat rentan jika virus itu mulai masuk dan merebak. Pengetahuan masyarakat sangat rendah, daya tahan tubuh juga rendah karena kemiskinan yang membuat daya beli masyarakat terbatas.
Selain itu, sejumlah budaya dan ritual adat yang mewajibkan berkumpul bersama di NTT juga dihentikan sementara. Cara bersalaman tradisional suku tertentu dengan mencium atau menanduk hidung sementara ditiadakan.
Saat ini telah terpasang sembilan thermal scanner atau alat pemindai suhu tubuh di Bandara El Tari Kupang, Bandara Komodo di Labuan Bajo, pintu masuk perbatasan Motaain dan Timor-Leste, Pelabuhan Tenau Kupang, Waingapu, serta Maumere. Sementara itu thermogun disiapkan di Kantor Pemprov NTT, Bandara El Tari Kupang, dan Bandara Komodo di Labuan Bajo.
Kepala Badan Perbatasan Pemprov NTT Linus Lusi mengatakan, dalam pertemuan itu, Pemprov NTT sepakat menutup semua titik perbatasan RI dengan Timor-Leste, seperti Motaain-Batugade, Motamasin-Suai, Wini-Oecussi, Turiskain-Bobonaro, dan Napan-Oecussi.
Penutupan itu berlaku untuk lalu lintas orang dari Timor-Leste ke NTT. Namun, mobilisasi barang dari Timor Barat (Kupang, Atambua, Kefamenanu, Malaka, dan Kabupaten Kupang) tetap dibuka. Timor-Leste sangat bergantung pada Timor Barat untuk memenuhi sejumlah barang kebutuhan hidup.
”Penutupan ini juga disetujui Timor-Leste, di mana Konsulat Jenderal Timor-Leste Kupang hadir dalam pertemuan itu. Mobilisasi manusia kedua negara akan dibuka kembali setelah kasus korona mereda di Indonesia,” kata Lusi.
Pengalaman masuknya virus african swine fever (ASF) atau demam babi afrika di NTT, Desember 2019 sampai hari ini, pertama kali berasal dari Timor-Leste. Timor-Leste sendiri terinveksi ASF dari China pada Juli 2019.
Anggota Komisi V DPRD NTT, Ana Kolin, mengatakan, yang paling penting bagi pemprov, pemkot, dan pemkab adalah implementasi dari kesepakatan bersama itu di lapangan. Aplikasi di lapangan itu sangat sulit dijalankan sebagaimana pengalaman selama ini. Kasus-kasus yang seharusnya dapat dihindari dengan kebijakan dan keputusan bersama itu ternyata muncul di masyarakat karena pelaksanaan di lapangan tidak berjalan dengan baik.