Peluit Panjang dari Lapangan Hijau akibat Covid-19
›
Peluit Panjang dari Lapangan...
Iklan
Peluit Panjang dari Lapangan Hijau akibat Covid-19
Dunia sepak bola turut terdampak wabah Covid-19. Sejumlah pertandingan domestik hingga internasional harus ditunda. Para pemain hingga pelatih di liga elite Eropa juga tak luput dari penyebaran virus korona baru.
Oleh
Dedy Afrianto
·4 menit baca
Dunia sepak bola turut terdampak wabah Covid-19. Sejumlah pertandingan domestik hingga internasional harus ditunda. Para pemain hingga pelatih di liga elite Eropa juga tak luput dari penyebaran virus korona baru. Kondisi hampir serupa pernah terjadi saat wabah SARS menyebar pada sejumlah negara tahun 2003 silam.
Ibarat peluit panjang pada pertengahan babak pertama dalam sebuah pertandingan sepak bola, sejumlah liga elite di Benua Eropa akhirnya terhenti sementara akibat meluasnya wabah Covid-19. Liga Premier Inggris, Serie A Italia, Bundesliga Jerman, La Liga Spanyol, dan Eredivisie Belanda memutuskan menunda pertandingan.
Liga Premier Inggris menunda pertandingan hingga 4 April mendatang. Keputusan ini diambil pada 13 Maret lalu saat jumlah penderita Covid-19 di Inggris Raya mencapai 594 kasus. Keputusan ini diambil setelah Manajer Arsenal Mikel Arteta dan pemain muda Chelsea, Callum Hudson-Odoi, terinfeksi Covid-19.
Dalam keterangannya, Kepala Eksekutif Liga Premier Inggris Richard Masters mengatakan, esehatan pemain, staf, dan penonton adalah prioritas sehingga liga harus dihentikan. Keputusan ini adalah lanjutan dari imbauan pada 5 Maret lalu agar para pemain tidak saling jabat tangan sebelum pertandingan dimulai.
Keputusan untuk menunda pertandingan juga dilakukan oleh Serie A Italia pada 10 Maret lalu. Ini dilakukan pada saat 9.172 orang di Italia positif Covid-19. Berbeda dengan Inggris, pemain Serie A cukup banyak yang terjangkit Covid-19, seperti Daniele Rugani (Juventus), Albin Ekdal (Sampdoria), dan Dusan Vlahovic (Fiorentina).
Di Jerman, sejumlah pemain juga tak luput dari kasus positif Covid-19. Dari Bundesliga atau liga kasta tertinggi di Jerman, terdapat Luca Kilian dari klub SC Paderborn 07 yang dinyatakan positif Covid-19. Sementara pada kasta kedua Liga Jerman, terdapat Timo Hubers dan Jannes Horn dari Hannover 96 yang juga dinyatakan positif Covid-19.
Selain liga domestik, pertandingan internasional di Eropa juga tak luput dari dampak Covid-19. Liga Champions dan Liga Europa yang telah memasuki babak 16 besar harus ditunda hingga waktu yang belum ditentukan.
Banyaknya liga elite di ”Benua Biru” yang terdampak terbilang wajar. Pasalnya, terdapat 45.000 kasus positif Covid-19 hingga 15 Maret lalu di Benua Eropa. Jumlah ini mencapai 29 persen dari total kasus positif Covid-19 di dunia.
Asia
Di Benua Asia, pada saat yang sama terdapat sekitar 104.000 kasus positif Covid-19 atau 68 persen dari total kasus positif di dunia. Kondisi ini juga berdampak pada kompetisi sepak bola yang harus dihentikan.
Di kawasan Asia Timur, misalnya, liga elite seperti K-League Korea Selatan, Liga Super China, dan Liga Jepang harus diberhentikan. Tidak ada pertandingan apa pun yang dilaksanakan hingga akhir Maret ini. Jepang bahkan memperpanjang kebijakan untuk menunda pertandingan. Setelah memutuskan menunda selama beberapa waktu pada 25 Februari lalu, pada 12 Maret Jepang kembali memperpanjang jangka waktu penundaan pertandingan hingga akhir bulan ini.
Hal serupa dilakukan liga sepak bola di Asia Tenggara. Liga 1 Thailand telah memutuskan menunda semua pertandingan pada 3 Maret lalu. Pertandingan dijadwalkan akan kembali dilakukan pada 18 April. Namun, pada 31 Maret nanti akan kembali diberikan pengumuman jika terjadi perubahan sesuai dengan situasi terbaru.
Thailand merupakan negara pertama di Asia Tenggara yang mengonfirmasi kasus positif Covid-19. Hingga 15 Maret lalu telah terdapat 75 kasus positif Covid-19 di Thailand tanpa adanya laporan kasus kematian.
Sepak bola tidak hanya tentang perebutan gelar, pertandingan, dan rivalitas, tetapi juga tentang solidaritas, termasuk saat menghadapi wabah Covid-19.
Keputusan untuk menghentikan liga juga dilakukan oleh Malaysia dan Indonesia. Malaysia mengeluarkan kebijakan penghentian liga sepak bola pada 13 Maret lalu saat jumlah kasus positif Covid-19 mencapai 129 kasus. Sehari setelahnya, giliran Indonesia yang menghentikan liga domestik. PSSI memutuskan menunda kompetisi selama dua pekan setelah kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 96 kasus.
Selain liga domestik, kompetisi sepak bola internasional di Benua Asia juga tak luput dari dampak Covid-19. Beberapa pertandingan Liga Champions Asia dan AFC Cup ditunda. Berbeda dengan Eropa yang telah memasuki babak 16 besar, Liga Champions Asia dan AFC Cup di Benua Asia baru memasuki fase penyisihan grup.
Pertandingan kualifikasi Piala Dunia 2022 yang telah memasuki putaran kedua babak penyisihan grup juga harus mengalami penundaan. Tim nasional Indonesia yang sedianya akan melawat ke Thailand dan menjamu Uni Emirat Arab pada Maret ini ditunda pada Oktober mendatang.
Terulang
Dampak persebaran virus pada dunia sepak bola bukanlah hal yang pertama kali terjadi. Pada 2003, pertandingan sepak bola pada sejumlah negara juga terdampak penyebaran wabah penyakit severe acute respiratory syndrome (SARS).
Jika saat ini Liga Champions Asia ditunda pada fase grup, pada 2003 pertandingan kompetisi yang sama harus ditunda saat memasuki fase semifinal. Saat itu, babak semifinal putaran kedua antara Dalian Shide (China) dan Al Ain (Uni Emirat Arab) harus ditunda dari jadwal semula bulan April.
Sama halnya dengan wabah Covid-19, kemunculan wabah SARS pada 2003 juga bertepatan dengan persiapan negara-negara di dunia menghadapi Olimpiade. Kondisi ini turut berdampak pada persiapan tim sepak bola di sejumlah negara.
Indonesia, misalnya, gagal mendapatkan lawan tanding dari negara lain. Uji coba sulit dilakukan karena setiap negara membatasi diri di tengah wabah SARS. Sementara Turkmenistan memutuskan menolak bertanding dengan Malaysia pada pertandingan Pra-Olimpiade.
Kewaspadaan
Efek wabah SARS dan Covid-19 terhadap dunia sepak bola menunjukkan bahwa persebaran virus akan memberikan dampak yang luas jika tidak diantisipasi secara serius. Tanpa memandang batas administratif dan latar belakang sosial, wabah penyakit bisa saja berdampak kepada siapa pun, termasuk olahragawan sekali pun.
Dalam dunia sepak bola, kewaspadaan telah ditunjukkan oleh sejumlah negara melalui berbagai tindakan preventif untuk mencegah penyebaran virus korona baru. Selain menunda kompetisi, upaya penyebaran informasi terkait dengan Covid-19 juga dilakukan.
Indonesia, misalnya, telah memberikan informasi secara langsung tentang wabah Covid-19 bagi pemain tim U-16Indonesia. Informasi ini diberikan oleh dokter tim saat pemusatan latihan di Bekasi, Jawa Barat, pada 12 Maret lalu.
Di Inggris, penyebaran informasi untuk menenangkan masyarakat juga disampaikan secara langsung oleh Manajer Liverpool Juergen Klopp. Dalam pesannya yang disampaikan melalui laman resmi klub, Klopp menyampaikan bahwa kesehatan individu adalah hal yang utama dibandingkan dengan pertandingan sepak bola sepenting apa pun. Klopp pun mendukung keputusan penundaan Liga Inggris meski Liverpool sudah sangat dekat dengan gelar juara liga setelah menunggu selama dua dekade.
Jika menilik berdasarkan data dari WHO, jumlah kasus baru terinfeksi Covid-19 setiap hari sejak 12-16 Maret lalu mencapai 9.778 kasus. Tingginya angka kasus baru di dunia bisa saja berdampak pada beberapa kompetisi besar, seperti Piala Eropa dan Olimpiade 2020.
Walakin, imbauan Klopp setidaknya membuka mata pencinta sepak bola bahwa kesehatan bersama adalah hal utama. Sepak bola tidak hanya tentang perebutan gelar, pertandingan, dan rivalitas, tetapi juga tentang solidaritas, termasuk saat menghadapi wabah Covid-19. (LITBANG KOMPAS)