BUMN Manfaatkan Aset untuk Penanganan Kasus Covid-19
›
BUMN Manfaatkan Aset untuk...
Iklan
BUMN Manfaatkan Aset untuk Penanganan Kasus Covid-19
Aset BUMN dimanfaatkan untuk mendukung penanganan kasus-kasus Covid-19. Pemerintah juga berupaya mengimpor bahan pembuatan masker, alat perlindungan diri, dan alat uji.
Oleh
Agnes Theodora
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah akan memanfaatkan aset-aset perusahaan BUMN untuk menambah kapasitas penanganan kasus-kasus Covid-19. Empat rumah sakit dan satu hotel akan dialihfungsikan menjadi tempat rujukan penanganan kasus Covid-19. Peralatan medis seperti alat uji, masker, serta alat perlindungan diri juga akan ditambah bulan ini.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Kartika Wirjoatmodjo saat dihubungi di Jakarta, Rabu (18/3/2020), menyampaikan sedang mendata dan menyiapkan lokasi yang kesiapannya paling optimal sebagai tempat rujukan penanganan korona. Rumah Sakit Pertamina Jaya di Cempaka Putih, Jakarta Pusat, sedang disiapkan untuk menambah kapasitas hingga 150 orang.
RS Pertamina Jaya berkapasitas 65 tempat tidur yang terdiri dari 20 tempat tidur untuk perawatan setingkat intensive care unit (ICU) dan 45 non-ICU. Kapasitas ditambah 90 tempat tidur dalam dua pekan mendatang.
Adapun Hotel Patra Comfort Jakarta milik anak usaha PT Pertamina (Persero) juga akan disulap menjadi tempat penanganan orang dalam pemantauan (ODP) pasien korona tipe baru. Hotel ini berkapasitas 52 tempat tidur. Langkah ini diambil untuk mengatasi kekurangan kapasitas rumah sakit rujukan coronavirus disease (Covid)-19 pemerintah saat ini, sedangkan jumlah pasien terus melonjak.
”Kami akan all out menyiapkan rumah sakit BUMN untuk menambah kapasitas penanganan. Kami juga sedang mengupayakan menambah test kit, alat perlindungan diri, dan masker secara optimal,” kata Kartika.
Menurut Staf Khusus Kementerian BUMN Arya Sinulingga, selain RS Pertamina Jaya, ada tiga rumah sakit lain yang sedang disiapkan untuk penanganan korona, yaitu RS Pelni di Petamburan, Jakarta, RS Lavalette di Malang, Jawa Timur, dan RS PHC di Surabaya, Jawa Timur. Nantinya akan ada 31 rumah sakit yang dikerahkan, tetapi untuk sementara ini empat rumah sakit tersebut dianggap sudah siap menampung pasien.
Saat ini, induk rumah sakit BUMN, Indonesia Healthcare Corporation (IHC), sedang mengajukan izin kepada pemerintah terkait pemenuhan standar sejumlah rumah sakit itu untuk menangani kasus khusus seperti korona.
Alat perlindungan diri
Selain menambah rumah sakit rujukan pasien korona, Kementerian BUMN juga akan menambah pasokan masker, alat uji virus korona (test kit), serta alat perlindungan diri (APD). Melalui PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), BUMN memesan 500.000 alat rapid test korona dari China. Namun, saat ini masih menunggu izin dari Kementerian Kesehatan sehingga belum masuk ke Indonesia. Izin diajukan sejak 10 Maret 2020.
”Mereka sanggup produksi sampai 150.000 alat per hari. Kita belum bisa produksi, apalagi waktunya mepet banget. Kita butuh alat itu untuk mempercepat deteksi,” katanya.
Arya menolak menginformasikan detali nilai anggaran untuk memesan alat rapid test tersebut. Namun, ia menjamin pemeriksaan dengan alat tersebut akan jauh lebih murah dibandingkan dengan tes yang dijalankan di rumah sakit.
”Ditunggu saja. Sekarang ini kami juga masih menunggu izin. Kalau sudah diizinkan, kita akan membeli banyak supaya bisa melakukan tes korona dengan cepat di mana-mana,” katanya.
Alat uji itu diharapkan bisa membantu mendeteksi penyebaran virus korona dengan lebih cepat dan menekan angka penyebaran. Sebab, alat itu mampu mengadakan tes secara massal dan hasilnya keluar dalam 15 menit sampai dengan tiga jam.
Terkait pasokan masker yang juga semakin menipis di pasar, Kementerian BUMN dan PT RNI akan menggenjot produksi masker untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Setelah sulit mendapat pasokan bahan baku masker dari China, PT RNI beralih ke India.
Saat ini, ujar Arya, bahan baku itu sudah didapat dan proses produksi tengah berlangsung sebanyak 2 juta masker untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang sebanyak 20 juta masker.
Selain dari India, pemerintah juga menyasar bahan baku masker dari China dan Perancis. Masker hasil produksi itu akan langsung didistribusikan ke gerai retail apotek Kimia Farma serta ke pemerintah daerah.
Untuk mencukupi kebutuhan masker di dalam negeri, perusahaan farmasi pelat merah PT Kimia Farma (Persero) Tbk akan memasok 4,7 juta masker bedah ke gerai Kimia Farma di seluruh Indonesia. Menurut Sekretaris Perusahaan Kimia Farma Ganti Winarno, sampai pertengahan Maret 2020, sejauh ini pihaknya sudah mendistribusikan 1,7 juta masker ke gerai-gerai Kimia Farma.
Per akhir Maret ini, Kimia Farma akan mendapat pasokan tambahan 3 juta masker yang akan disalurkan ke jaringan ritel di seluruh Indonesia sehingga memenuhi 4,7 juta kebutuhan masker dalam negeri. ”Jumlahnya meningkat karena ada permintaan masyarakat yang sangat tinggi saat ini. Sejauh ini, kami pastikan suplai terus berjalan secara bertahap untuk didistribusikan,” katanya.
Ia menjamin pasokan masker di dalam negeri akan tercukupi pada bulan ini. Kimia Farma juga menerapkan kebijakan pembatasan pembelian maksimal dua lembar masker per pelanggan. ”Harapannya masker bisa terdistribusi merata ke seluruh masyarakat,” ujar Ganti.