Untuk menangkal laju penyebaran Covid-19, Pemerintah Perancis memberlakukan pembatasan di ibu kota Paris. Langkah itu menyusul langkah Italia dan Spanyol yang terlebih dulu memberlakukan pembatasan.
Oleh
B Josie Susilo Hardianto
·4 menit baca
PARIS, SELASA — Dunia terus berupaya keras melawan laju penyebaran virus SARS-CoV-2 yang memicu Covid-19. Langkah-langkah pembatasan secara ketat diambil sejumlah pemerintah untuk menghentikan penyebaran penyakit tersebut.
Salah satu negara yang mengambil langkah drastis adalah Perancis. Sejak Selasa (17/3/2020), pemerintah telah melakukan pembatasan. Warga hanya diizinkan keluar rumah untuk membeli bahan makanan, pergi bekerja, atau berobat.
Sejak Senin malam, Presiden Emmanuel Macron telah mengumumkan pembatasan mobilitas dan memperketat pengawasan di pos-pos perbatasan. Untuk mendukung kebijakan itu, Pemerintah Perancis menjanjikan dana bantuan senilai puluhan miliar euro untuk memastikan dunia industri dan perusahaan tetap bertahan.
Selain itu, pemerintah juga mengerahkan lebih dari 100.000 polisi untuk menjaga pelaksanaan kebijakan pembatasan itu. Menteri Dalam Negeri Christophe Castaner mengatakan, siapa pun yang melanggar akan didenda.
Langkah Perancis menyusul upaya serupa yang dilakukan Pemerintah Italia dan Spanyol. Saat ini di Perancis tercatat ada 6.600 kasus positif Covid-19 dengan 148 di antaranya diikuti kematian.
Namun, kebijakan pemerintah itu kurang mendapat dukungan dari sejumlah warga. Beberapa jam sebelum pembatasan diberlakukan, sejumlah warga bergegas ke stasiun kereta untuk keluar dari Paris.
Seorang warga mengatakan, dirinya akan pergi ke sebuah negara tetangga. ”Lebih baik berada di sana daripada tinggal di apartemen,” katanya.
Tindakan seperti itu mengundang kecemasan beberapa provinsi di Perancis. Warga setempat khawatir para ”pelarian” itu membawa virus dan mempercepat penyebarannya. Menurut seorang pengguna Twitter, tindakan warga Paris itu sebagai tindakan egois dan menjadi ”bom waktu”.
Sebagai catatan, saat ini pandemi Covid-19 telah menyebar ke 145 negara dengan jumlah warga terinfeksi lebih dari 185.000 orang, dengan total kematian lebih dari 7.300 kasus. Di sisi lain, 80.000 pasien dapat disembuhkan.
Di Italia, ada lebih dari 27.980 kasus dengan jumlah kematian 2.158, kemudian disusul Iran dengan 16.969 kasus dan 988 kasus di antaranya dengan kematian, lalu Spanyol dengan catatan 11.178 kasus positif Covid-19. Hingga Selasa petang tercatat 491 pasien Covid-19 di Spanyol meninggal.
Konsisten
Meskipun dinilai berhasil memperlambat laju pertambahan kasus secara signifikan, Korea Selatan merasa perlu menerapkan kebijakan pengetatan di ”perbatasan”. Otoritas Korsel, Selasa, mengatakan, mereka berencana memperketat pemeriksaan untuk semua kedatangan dari luar negeri. Langkah itu diambil untuk mencegah munculnya kasus baru ketika penularan di dalam negeri telah terkendali.
Pengetatan itu akan mulai diberlakukan pada Kamis mendatang. ”Kami telah menilai bahwa ada kebutuhan untuk prosedur masuk khusus untuk semua kedatangan dari luar negeri mengingat peningkatan cepat dalam kasus-kasus baru tidak hanya di Eropa, tetapi juga di Amerika Serikat dan Asia,” kata Wakil Menteri Kesehatan Kim Gang-lip.
Sebelumnya, Korsel telah memberlakukan pemeriksaan ketat pada pengunjung dari China, Italia, dan Iran. Dalam tiga hari terakhir, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), jumlah kasus baru per hari berada di bawah 100 kasus. Kondisi itu meningkatkan harapan bahwa wabah Covid-19 di Korsel mulai dapat dikendalikan.
Ketika ditanya apakah pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menutup perbatasan, Wakil Direktur KCDC Kwon Jun-wook mengatakan, jauh lebih penting untuk tetap berpegang pada upaya mendasar yang telah dilakukan, yaitu menemukan, mengarantina, merawat pasien, dan memeriksa mata rantai infeksi.
Presiden Moon Jae-in mengatakan, dirinya semakin yakin Korea Selatan akan mengatasi virus itu karena angka kasus baru terus menurun. Pada Selasa, 264 pasien yang sembuh telah diizinkan keluar dari tempat isolasi. Jumat lalu, otoritas kesehatan negara itu melaporkan, untuk pertama kali, angka kesembuhan lebih tinggi daripada angka infeksi baru.
Meskipun demikian, pihak berwenang tetap meminta warga waspada terhadap kemungkinan munculnya kluster baru.
Di China—yang merupakan titik awal penyebaran wabah itu—pemerintah terus menjalankan langkah-langkah pembatasan. Di Shanghai, yang menjadi salah satu pusat bisnis keuangan di negara itu, otoritas setempat memberlakukan wajib karantina, baik di rumah maupun tempat yang ditunjuk—bagi warga atau pendatang yang tiba dari Korea Selatan, Italia, Iran, Jepang, Perancis, Spanyol, Jerman, Amerika Serikat, Inggris, Swiss, Swedia, Belgia, Norwegia, Belanda, Denmark, dan Austria.
Malaysia—dengan catatan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di Asia Tenggara, lebih dari 500 kasus—juga mengambil langkah pembatasan. Selain itu, Pemerintah Malaysia juga menunda Konferensi Tingkat Tinggi pra-APEC yang akan digelar bulan ini. (AP/AFP/REUTERS)