Menemukan Fakta bahwa Perundungan Berdampak pada Masa Depan
›
Menemukan Fakta bahwa...
Iklan
Menemukan Fakta bahwa Perundungan Berdampak pada Masa Depan
Perundungan dapat memicu gangguan jiwa bagi korbannya. Wartawan ”Kompas” menemukan kenyataan itu saat meliput penderita gangguan jiwa di Magelang, Jawa Tengah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·4 menit baca
Tidak semua orang bisa membiarkan masa lalunya berlalu begitu saja. Gambaran itulah yang saya dapatkan ketika datang, meliput, dan mewawancara sejumlah penderita gangguan jiwa yang sudah dinyatakan sembuh, dan mengikuti program one day care di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof Dr Soerojo Magelang, beberapa waktu lalu.
Dua orang yang saya temui—yang sudah dinyatakan sembuh—mengaku bahwa awal mula dari gangguan jiwa yang dialami adalah karena mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, menjadi korban aksi perundungan yang dilakukan teman-temannya.
Lin, salah seorang di antaranya, mengaku sudah memaafkan. Namun, sampai sekarang dia pun mengaku belum bisa melupakan karena rentang waktu perundungan berlangsung lama mulai kelas 3 SD hingga kelas 6 SD, dan kembali berlanjut dialaminya saat duduk di bangku kelas 2 SMA. Hal itulah yang membuat kondisi psikologisnya tidak stabil sehingga dia mengalami gangguan jiwa selepas SMA.
Cerita nyaris serupa juga diungkapkan Ul, penderita lainnya. Dia mengaku, sejak SMP, dia mendapatkan perundungan lewat kata-kata, sering kali diejek sebagai murid dengan bau badan. Kata-kata itu sulit dilupakan sehingga akhirnya dia sering sulit tidur dan akhirnya mengalami gangguan jiwa setelah lulus SMA.
Hingga kini, ungkapan ”bau badan” itu tetap tidak bisa dilupakan, masih sering kali terngiang, dan menganggu rasa percaya dirinya saat berhadapan dengan orang lain, termasuk saat saya wawancara.
”Sebenarnya badan saya bau atau tidak sih,” ujarnya, dengan tidak percaya diri, sembari mengangkat lengan dan mencium ketiaknya sendiri. Duh....
Perilaku itu sungguh nyata memberikan gambaran bahwa pengalaman buruk di masa lalu belum bisa dilupakannya hingga sekarang.
Belakangan, saya pun justru mendapatkan penegasan bahwa perundungan atau bulliying memang bukan hal yang bisa dengan mudah dilupakan dan justru memberi dampak berkepanjangan. Ketua Kelompok Staf Medis Psikiatri Rumah Sakit Jiwa Prof Dr Soerojo Magelang, dr Ratna Dewi SpKj, mengatakan, meskipun sering kali diabaikan dan dianggap kenakalan anak biasa, perundungan sebenarnya tidak bisa diabaikan karena bisa menimbulkan dampak psikotik atau gangguan jiwa.
”Korban perundungan berpotensi mengalami depresi, dan gangguan jiwa, mulai tingkat ringan hingga berat,” ujarnya.
Menurut dia, hal ini terbukti dari fakta yang terjadi di lapangan, di mana 25 persen kasus gangguan jiwa yang ditangani RSJ Prof Dr Soerojo Magelang adalah kasus yang bermula dan berlatar belakang dari kasus perundungan yang terjadi di sekolah. Adapun gejala depresi yang terjadi akibat masalah perundungan ini biasanya terlihat dari perilaku siswa yang mengeluh, mendadak mengalami gejala sakit saat akan pergi sekolah, seperti merasa pusing, mual, dan demam. Tidak hanya itu, perundungan juga membuat korban mengalami penurunan prestasi, tidak percaya diri, membenci diri sendiri, dan pada sebagian pasien, akhirnya berujung pada percobaan bunuh diri.
Keterangan itu sungguh membuah bergidik karena pada akhirnya saya menemukan bukti nyata dalam diri Lin dan Ul. Pada kesempatan lain, saat meliput kasus perundungan yang menimpa CA (16), warga Kecamatan Butuh, Kabupaten Purworejo. CA mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan, menjadi korban perundungan secara fisik dan hinaan, dari tiga teman sekolahnya sendiri di sebuah SMP swasta di Kecamatan Butuh.
Saya bertemu dengan CA seminggu setelah peristiwa perundungan terjadi di kelas dan viral di media sosial. Sebenarnya, kekerasan itu sudah berbulan-bulan dialaminya. Namun, tayangan video yang beredar dan menjadi bahan pembicaraan pada akhirnya membuat dia terpuruk. Dia lebih banyak diam ketika banyak orang datang mengunjunginya di rumah. Selama ini, dia cenderung menutupi kasus yang menimpa dirinya. Namun, tayangan yang sudah ditonton jutaan orang membuat dia seolah tak berkutik lagi.
Gambaran kondisinya saat ini, dan keterangan dari psikiater, seolah sudah memberi gambaran bayangan tentang masa depan yang buruk dan penuh trauma bagi CA.
Di masa kecil, saya pun juga pernah menjadi korban perundungan, dan kerap mendapat ejekan menyangkut fisik. Sekalipun tidak bisa lupa, kejadian itu tidak berdampak apa-apa dan pelakunya sudah saya maafkan. Hal serupa mungkin juga terjadi pada banyak orang lain. Namun, sayangnya, banyak orang pun lupa. reaksi orang lain bisa beragam. Tidak semua orang kuat menerima dampak perundungan dan lebih banyak orang lagi tidak menyadari bahwa kekerasan atau pelecehan, dalam bentuk apa pun, sejatinya tidak perlu dilakukan. Berhenti melakukan perundungan jauh lebih baik karena tindak kejahatan tidak akan pernah berbuah pada kebaikan untuk masa depan.