Antara Janur Kuning yang Melengkung dan Covid-19
Pemerintah menginstruksikan pembatasan sosial untuk mengurangi potensi penularan Covid-19, antara lain dengan menunda atau membatalkan acara yang melibatkan massa. Namun, tidak semua acara ditunda, seperti pernikahan.
Bagi sebagian warga Indonesia, pesta pernikahan merupakan suatu acara yang sakral dan amat dinanti, terutama oleh pasangan yang telah lama menjalin hubungan asmara. Mereka merencanakan pesta pernikahan hingga berbulan-bulan sebelumnya agar acara bisa berjalan lancar dan menjadi salah satu momen terindah dalam hidupnya.
Beberapa keperluan, seperti gedung, katering, hingga rias pengantin, bahkan sudah dipesan hingga setahun sebelum acara demi eksekusi yang sempurna. Calon pengantin bahkan rela menganggarkan hingga ratusan juta rupiah dan mengundang ribuan orang untuk berbagi kebahagiaan di momen istimewa itu.
Baca juga : Presiden Jokowi : Duka Mendalam dan Insentif Tenaga Medis
Akan tetapi, wabah Covid-19 yang mulai terdeteksi masuk ke Indonesia pada awal Maret membuat sebagian calon pengantin yang memilih Maret-April 2020 sebagai hari pernikahan harus memutar otak. Pasalnya, pemerintah telah meminta segala kegiatan yang melibatkan massa ditunda untuk mengurangi potensi penularan virus korona.
Tak ayal, rencana pernikahan yang sudah matang harus kembali diubah agar pesta kebahagiaan itu tak berujung bencana. Sebagian pasangan ada yang tetap melanjutkan acara, tetapi tak sedikit yang memilih menunda pesta pernikahan.
Agya Ghilman (25), misalnya, tetap menggelar pesta pernikahan di Sleman, DI Yogyakarta, Minggu (22/3/2020). Acara yang direncanakan sejak setahun lalu itu tidak bisa ditunda karena segala persiapan sudah matang. Datangnya virus korona baru dan instruksi pembatasan sosial sudah sangat dekat dengan hari pernikahan sehingga acara diputuskan tetap berlanjut.
”Undangan sudah disebar satu bulan lalu. Gedung dan katering makanan pun sudah dipesan. Kalau mundur, nanti malah semakin banyak saudara yang direpotkan untuk mengurus acara,” kata Agya saat dihubungi dari Jakarta, Senin.
Meskipun demikian, Agya tetap memperhatikan kesehatan dirinya, keluarga, serta para tamu undangan. Oleh sebab itu, dia membuat protokol untuk mengurangi risiko penularan Covid-19 di acaranya. Pria yang berprofesi sebagai dokter itu tidak ingin pesta pernikahannya justru menjadi arena penularan virus korona baru.
Baca juga : Usaha Dunia Mengejar Covid-19
Ketika tamu masuk ke gedung, mereka harus melewati pemeriksaan suhu tubuh. Di rungan juga telah disediakan cairan antiseptik yang bisa digunakan tamu untuk membersihkan tangan. Pasangan pengantin dan keluarga juga tidak bersalaman dengan para tamu untuk mengurangi kontak langsung. Makanan untuk tamu yang semula disajikan prasmanan diubah bentuk penyajiannya menjadi nasi kotak, untuk mengantisipasi jika mereka tidak ingin makan di lokasi pernikahan.
”Saya sediakan lebih dari 5 liter cairan antiseptik untuk para tamu. Ini awalnya tidak ada dalam rencana acara, tetapi harus saya sediakan karena sedang wabah Covid-19,” ucap Agya. Saat resepsi pernikahan berlangsung, di DI Yogyakarta terkonformasi ada lima pasein positif Covid-19.
Ketika tamu masuk ke gedung, mereka harus melewati pemeriksaan suhu tubuh. Di rungan juga telah disediakan cairan antiseptik yang bisa digunakan tamu untuk membersihkan tangan. Pasangan pengantin dan keluarga juga tidak bersalaman dengan tamu untuk mengurangi kontak langsung.
Sejak seminggu lalu pun ketika dikonfirmasi ada pasien pertama positif Covid-19 di Yogyakarta, dia telah memperkirakan jika tidak semua tamu undangan hadir. Saat acara berlangsung, dugaan itu pun terjadi karena tidak semua dari 300 undangan datang.
Calon pengantin lain di Surabaya, Nur Sofiatun Rosidah (23), juga akan tetap melangsungkan resepsi pernikahan Sabtu, 28 Maret. Jarak pesta pernikahan sudah sangat dekat dan segala keperluan sudah tuntas membuat acara tidak bisa ditunda. Sebanyak 600 undangan pun telah disebar.
”Sempat ada keluarga yang tanya, apakah tetap dilanjutkan? Saya jawab lanjut, dengan berbagai antisipasi karena saya enggak mau acara yang seharusnya senang-senang dan berbagi kebahagiaan justru menimbulkan masalah baru,” katanya.
Sama dengan Agya, Sofi juga tidak bersalaman dengan tamu undangan. Namun, hingga H-6 acara, dia masih kesulitan untuk menyediakan cairan antiseptik. Dia sudah berkeliling ke sejumlah minimarket dan apotek yang ada di Surabaya, tetapi hasilnya nihil. Jikapun ada, jumlahnya terbatas dan harga melambung hingga lima kali lipat.
Dengan semakin gencarnya imbauan pembatasan sosial, Sofi pun telah siap jika banyak tamu undangan tidak hadir. Dia memaklumi pilihan tamu untuk tidak beraktivitas di luar rumah dan menghindari kerumunan, termasuk tidak menghadiri pesta pernikahan. Oleh sebab itu, dia pun mengantisipasinya dengan menyesuaikan makanan yang diolah agar tidak banyak tersisa. ”Kebetulan kateringnya dari keluarga sendiri jadi bisa disesuaikan,” ujar Sofi yang juga berprofesi sebagai konsultan pernikahan.
Dari beberapa acara pernikahan yang ditanganinya dalam dua minggu terakhir, mayoritas tamu enggan makan makanan yang disediakan. Bahkan, ada satu acara yang makanannya berasal dari salah satu katering ternama di Surabaya tersisa sangat banyak karena tamu enggan makan.
Warga Surabaya, Naendro Kussayogo (24), yang baru datang ke resepsi pernikahannya temannya, Minggu, 22 Maret, mengungkapkan sempat ada kekhawatiran untuk datang ke acara resepsi. Sebab, masih banyak tamu yang tidak menjaga jarak dan tidak menggunakan masker. Dia pun telah mengantisipasi keadaan ini dengan membawa masker dari rumah.
Dia mengapresiasi pasangan pengantin yang menyediakan cairan antiseptik saat masuk ruangan dan tidak bersalaman saat tamu memberikan ucapan selamat di pelaminan.
”Jika biasanya saya berada di acara pesta pernikahan teman selama lebih dari satu jam, kemarin itu kurang dari 30 menit karena khawatir penularan Covid-19,” kata Naendro.
Pembawa acara
Bagi pembawa acara di pesta pernikahan, Choirum Hening Dzikrillah (24), antisipasi saat harus bekerja di situasi pamdemi Covid-19 dilakukan dengan memberikan cairan antiseptik di seluruh mikrofon. Sebisa mungkin dia mengurangi kontak langsung dengan tamu undangan yang datang.
”Justru tantangan bagi seorang pembawa acara agar suasana pesta pernikahan tetap dalam suasana gembira di tengah perang melawan Covid-19,” katanya.
Maryani dari Chandira Wedding Organizer mengungkapkan, semenjak kasus Covid-19 ditemukan di Indonesia, beberapa pasangan pengantin mengubah acara. Ada yang mengurangi tamu, ada pula yang menunda acara resepsi dan hanya melangsungkan akad nikah sesuai jadwal.
Ketika acara tetap berlangsung, protokol harus dilaksanakan dengan ketat, seperti pemeriksaan suhu tubuh, penggunaan masker dan cairan antiseptik, menjaga jarak antartamu, mengurangi jumlah undangan, serta meniadakan jabat tangan. ”Semua klien sadar akan hal ini karena protokol ini bukan hal yang bisa diabaikan,” ujarnya.
Sejumlah klien yang mayoritas akan mengadakan pesta pernikahan di Jakarta pada Maret-April akhirnya menunda acaranya pada Juli. Mereka berharap pemerintah bisa segera mengatasi Covid-19 agar acara resepsi bisa diadakan dengan normal dan tetap menebarkan kebahagiaan bagi pasangan pengantin dan tamu undangan.
Pilihan untuk menunda resepsi pernikahan salah satunya dilakukan oleh pasangan pemain film Jessica Iskandar (32) dan Richard Kyle (32). Sedianya, acara itu akan digelar di Bandung pada 22 Maret 2020 dan Bali pada 11 April mendatang. Mereka mengundurkan perjamuan tersebut hingga batas waktu yang belum ditentukan.
”Kami harus menyampaikannya dengan berat hati,” ujar Jessica dalam video yang diunggah lewat akun Youtube aktris tersebut, Minggu (15/3/2020). Keputusan itu diambil karena Jessica dan Kyle menyayangi tamu dan keluarganya. Mereka juga mengutamakan keselamatan dan keamanan semua pihak.
”Kami berusaha membantu mengurangi penyebaran korona dengan tak berkegiatan di luar rumah, seperti shooting, sekolah, meeting (rapat), dan wawancara,” ucap Jessica. Didampingi Kyle, ia menyampaikan terima kasih serta meminta keputusannya bisa dimengerti dan semua yang berkepentingan baik-baik saja.
Kyle menambahkan, resepsi diundur karena dinilai tak masuk akal jika tetap digelar, sementara Covid-19 tengah merebak. Ia ingin mencegah risiko dan berharap bisa menentukan waktu yang lebih baik. Meski demikian, Kyle dan Jessica tetap semangat dan bahagia.
”Kami peduli terhadap teman dan keluarga. Tak mau bikin orang-orang stres. Itu sebabnya, kami tunda resepsi. Paling penting, kita selamat dan sehat,” ucap Kyle.
Pilihan untuk melanjutkan atau menunda acara resepsi tetap harus memperhatikan kesehatan seluruh orang yang hadir di acara itu. Jika tetap dilakukan, protokol ketat mutlak dilakukan agar acara kebahagiaan tidak berujung pada petaka.
Seperti dilaporkan Sydney Morning Herald, sebanyak 37 orang positif Covid-19 dari 120 tamu undangan yang hadir dalam pesta pernikahan yang digelar pada 6 Maret 2020 di Stanwell Tops, sebuah lokasi tepi pantai di antara Sydney dan New South Wales.
Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Mohammad Iqbal mengatakan, Kepala Polri Jenderal (Pol) Idham Azis telah mengeluarkan maklumat tentang kepatuhan terhadap kebijakan pemerintah dalam penanganan penyebaran virus korona. Salah satu isinya ialah tidak mengadakan kegiatan sosial kemasyarakatan yang menyebabkan berkumpulnya massa dalam jumlah banyak di tempat umum ataupun lingkungan sendiri.
”Seluruh personel Polri mengimbau dan akan membubarkan jika diperlukan dengan tegas demi keselamatan publik. Dalam beberapa hari terakhir sejak berlakunya maklumat Kapolri, ada resepsi pernikahan yang kami bubarkan, tetapi tetap mengedepankan asas humanis,” ujar Iqbal.