Mahasiswa Balik Kampung, ODP di Balikpapan Bertambah
›
Mahasiswa Balik Kampung, ODP...
Iklan
Mahasiswa Balik Kampung, ODP di Balikpapan Bertambah
Orang dalam pengawasan di Balikpapan bertambah 160 orang dalam tujuh jam. Kenaikan ini dipicu banyaknya mahasiswa dari Jawa yang pulang ke Balikpapan setelah kampus mereka menerapkan kuliah daring.
Oleh
SUCIPTO
·3 menit baca
BALIKPAPAN, KOMPAS — Momen belajar dan kuliah dari rumah malah dimanfaatkan mahasiswa perantau asal Balikpapan, Kalimantan Timur, untuk pulang ke kampung halaman. Hal ini menambah beban Dinas Kesehatan Kota Balikpapan dan tenaga medis karena jumlah orang dalam pengawasan bertambah 160 orang dalam tujuh jam.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Balikpapan Andi Sri Juliarti di Balikpapan, Senin (23/3/2020), mengatakan, jumlah orang dalam pengawasan (ODP) di Balikpapan bertambah drastis sejak pukul 09.00 Wita sampai 16.00 Wita. Jumlah ODP yang semula 403 orang menjadi 563 orang. Ini lonjakan angka tertinggi sejak awal Maret.
”Data itu bisa kami dapat dari pihak Bandara Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, sehingga cepat terlacak. Jumlah itu bertambah seiring penerbangan ke Balikpapan hari ini,” kata Sri.
Setelah dilacak, sebagian besar adalah mahasiswa yang rata-rata kuliah di Pulau Jawa. Mereka yang menjadi ODP berasal dari daerah yang penduduknya sudah terjangkit coronavirus diseases2019 (Covid-19). Orang-orang itu kemudian diminta untuk mengarantina diri secara mandiri di rumah masing-masing.
Sri mengatakan, mereka diminta secara konsisten menjaga jarak dengan anggota keluarga dan orang lain. Selain itu, mereka diminta memastikan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi. Petugas kesehatan akan memantau kondisi kesehatan mereka selama 14 hari menggunakan aplikasi Whatssap.
Hal ini menambah beban kerja petugas kesehatan mengingat jumlah alat pelindung diri dan tenaga medis terbatas. Hingga pukul 16.00 Wita, jumlah pasien dalam pemantauan (PDP) di rumah sakit sebanyak 21 orang. Andi mengatakan, setiap pasien idealnya ditangani oleh 10 tenaga medis. Artinya, setidaknya alat pelindung diri yang dibutuhkan 210 buah.
Namun, karena keterbatasan alat pelindung diri, masker, dan sarung tangan medis, setiap penjemputan PDP dilakukan oleh dua tenaga medis saja. Bahkan, karena keterbatasan perlengkapan, banyak tenaga medis yang menggunakan jas hujan ketika menangani pasien Covid-19.
Wali Kota Balikpapan Rizal Effendi mengatakan tidak bisa melarang perpindahan orang karena belum ada kebijakan itu dari pemerintah pusat. Ia mengimbau semua warga Balikpapan di luar daerah untuk berdiam diri dan tidak bepergian sampai wabah SARS-CoV-2 reda.
”Mohon ikuti anjuran pemerintah untuk bekerja dan belajar di rumah. Jika ada yang merantau, sebaiknya tetap tinggal di wilayah itu agar tidak menambah beban tenaga medis,” kata Rizal.
Mohon ikuti anjuran pemerintah untuk bekerja dan belajar di rumah. Jika ada yang merantau, sebaiknya tetap tinggal di wilayah itu agar tidak menambah beban tenaga medis.
Peralatan medis
Keterbatasan peralatan medis menjadi salah satu hal yang masih sulit dilengkapi di Balikpapan. Sejak ada kasus pasien positif Covid-19 di Balikpapan, pemerintah telah menetapkan status kejadian luar biasa. Pemerintah sudah menganggarkan Rp 15 miliar untuk berbagai kebutuhan penanganan pasien Covid-19.
”Kami sudah persiapkan dana itu. Pemesanan perlengkapan medis, seperti alat pelindung diri, masker, kacamata medis, dan sarung tangan medis, sudah dilakukan. Namun, perlengkapan itu dijadwalkan baru sampai pada bulan April mendatang,” kata Sekretaris Daerah Balikpapan Sayid MN Fadly.
Hal itu disebabkan banyak juga permintaan dari daerah lain. Sementara menunggu perlengkapan medis yang dipesan itu, Pemkot Balikpapan mendorong agar bantuan perlengkapan medis dari pemerintah pusat segera didistribusikan ke daerah-daerah.
”Kami juga berterima kasih kepada berbagai pihak swasta dan masyarakat yang sudah menyumbangkan bantuan perlengkapan medis dengan sukarela. Untuk itu, seluruh warga kami harapkan tertib, tidak banyak melakukan aktivitas di luar rumah, dan tidak bepergian dulu,” kata Rizal.