Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan tes Covid-19 secara masif di sejumlah kabupaten/kota. Namun, tes ini bukan untuk semua warga, melainkan hanya orang yang berisiko terinfeksi virus korona baru tersebut.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan melakukan tes Covid-19 secara masif di sejumlah kabupaten/kota. Namun, tes ini bukan untuk semua warga, melainkan hanya orang yang berisiko terinfeksi virus korona baru tersebut.
Warga yang mengikuti tes dibagi dalam tiga kategori. Kategori A adalah warga dengan risiko tertular Covid-19 paling tinggi. Kelompok ini meliputi orang dalam pemantauan (ODP), pasien dalam pengawasan (PDP), beserta keluarga atau orang yang melakukan interaksi dengan mereka, termasuk petugas kesehatan yang merawat.
Tes masif bukan untuk semua orang. Ini adalah uji petik untuk mencari peta persebaran (kasus Covid-19).
Kategori B merupakan warga dengan profesi yang interaksi sosialnya rawan tertular. Sementara kategori C meliputi warga dengan gejala penyakit Covid-19. Gejala itu harus merujuk keterangan dari fasilitas kesehatan, bukan mendiagnosis diri sendiri.
”Tes masif bukan untuk semua orang. Ini adalah uji petik untuk mencari peta persebaran (kasus Covid-19),” ujar Gubernur Jabar Ridwan Kamil saat memimpin rapat persiapan tes Covid-19 melalui konferensi video di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Senin (23/3/2020).
Menurut rencana, tes akan dimulai pada Rabu (25/3/2020). Lokasinya berada di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, untuk warga asal Kota Bekasi, Kabupaten Bekasi, dan Kabupaten Karawang.
Warga Kabupaten Bogor, Kota Bogor, dan Kota Depok akan melakukan tes di wilayah masing-masing. Sementara warga Bandung Raya dan daerah lain mengikuti tes di Stadion Si Jalak Harupat, Kabupaten Bandung.
Kamil mengatakan, warga kategori B dan C mengikuti tes diagnosis cepat (rapid test) secara drive-through. ”Tesnya menggunakan darah. Dalam 15 menit, hasilnya akan keluar. Alat ini akan dikirim secukupnya ke daerah-daerah,” ujarnya.
Sementara itu, tes bagi warga kategori A dikombinasikan dengan mekanisme polymerase chain reaction (PCR) dengan menguji swab dari tenggorokan dan rongga hidung. Tes ini dilakukan di rumah sakit (RS) rujukan ODP dan PDP di daerah masing-masing.
Pemprov Jabar memiliki 34 RS rujukan dengan kapasitas sekitar 1.000 orang untuk menampung pasien Covid-19. Delapan RS berstatus rujukan ring satu, yaitu RS Hasan Sadikin (Kota Bandung), RS Paru Dr HA Rotinsulu (Kota Bandung), RS Dr Slamet (Kabupaten Garut), RS Gunung Jati (Kota Cirebon), RS R Syamsudin (Kota Sukabumi), RSUD Indramayu, RS Dustira (Kota Cimahi), dan RS Paru Cisarua (Kabupaten Bogor).
Kamil meminta bupati/wali kota mengajukan nama warga kategori B dan C yang akan mengikuti tes masif melalui aplikasi Pusat Informasi dan Koordinasi Covid-19 Jabar. ”Setelah didaftarkan secara online, ada proses verifikasi wawancara. Kemudian keluar jadwal tes. Jadi, (peserta tes) yang drive-through datang sesuai surat panggilan,” ujarnya.
Mantan Wali Kota Bandung itu berpesan kepada warga yang tidak mengikuti tes untuk tidak panik. Ia juga mengingatkan semua pihak agar menjaga jarak interaksi sosial untuk memutus penyebaran Covid-19. ”Jika Anda sehat dan tidak masuk dalam ketiga ketegori itu, jangan panik. Tinggal di rumah saja dan terapkan social distancing,” ucapnya.
Hingga Senin sore, pasien positif Covid-19 di Jabar berjumlah 59 orang. Lima pasien sembuh dan sembilan pasien meninggal. Total PDP di Jabar mencapai 385 orang. Sebanyak 93 orang sudah selesai pengawasan, sementara 292 orang masih dalam proses pengawasan.
Jumlah ODP di Jabar 2.519 orang. Sebanyak 1.115 orang sudah selesai pemantauan, sementara 1.404 orang masih dalam proses pemantauan.
Pemprov Jabar pun telah mengajukan kuota diagnosis cepat untuk 10.000 warganya. ”Kami masih menunggu dropping dari pemerintah pusat, apakah sesuai dengan permohonan itu,” ujar Kepala Biro Humas dan Keprotokolan Jabar Hermansyah.