Bilik-bilik Sterilisasi di Tengah Wabah Covid-19 yang Bikin Ngeri
Inisiatif muncul dari sekolah dan perguruan tinggi yang membuat alat pelindung diri sederhana, seperti cairan pembersih tangan (hand sanitizer), disinfektan, dan bilik sterilisasi.
Berpekan-pekan pandemi Covid-19 telah menebar kekhawatiran yang berujung pada ketakutan massal di seantero negeri. Sikap serupa berlaku sampai detik ini.
Setiap hari ada saja temuan baru kasus orang dalam pemantauan (ODP) dan pasien dalam pengawasan (PDP). Bahkan, kasus positif Covid-19 terus bertambah setiap hari. Akhir-akhir ini virus menjangkiti sejumlah figur publik.
Khawatir karena ada masalah soal alat pelindung diri (APD) yang menipis dan krisis di sejumlah rumah sakit. Situasi mirip medan perang melawan virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Tak sedikit tenaga kesehatan tumbang karena tak dibekali ”alat perang” memadai di tengah kondisi fisik menurun karena letih.
Baca juga : Deteksi Dini Covid-19 Tak Perlu Keluar Rumah
Di tengah berbagai kabar pilu, perang melawan virus terus gencar. Sejumlah rumah sakit darurat disiapkan, APD didatangkan dari luar negeri dan dibagikan.
Untungnya sejumlah pasien sembuh. Bersamaan dengan itu, solidaritas masyarakat bermunculan, seperti donasi pengadaan APD dan wujud kebersamaan lain. Inisiatif pun muncul dari sekolah dan perguruan tinggi yang membuat alat pelindung diri sederhana, seperti cairan pembersih tangan (hand sanitizer), disinfektan, dan bilik sterilisasi.
Belum tahu mana yang lebih efektif, tetapi pasti akan banyak tipenya karena buatan ini masih amat mendasar.
Nah, soal bilik sterilisasi, hingga kini setidaknya ada lima kampus yang membuatnya, sebagian purwarupa. Inisiatif ini perlu diberi ruang untuk penyempurnaan agar segera bisa diterapkan dan diproduksi massal.
Bilik buatan IT Telkom dipesan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Bilik telah selesai dibuat dan diserahkan kepada Pemkot Surabaya untuk dioperasikan. Adapun bilik buatan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang dipesan Rumah Sakit Universitas Airlangga dan Badan Intelijen Negara juga hampir selesai.
Rektor IT Telkom Surabaya Tri Arif Sarjono, pekan lalu, mengatakan, dua tipe bilik dibuat atas pesanan Risma. Ada tipe ruang dan tipe terowongan. Perbedaan ada pada sistem penyemprotan cairan disinfektan. Pada model ruang, cairan diputar jadi uap lalu diarahkan ke bilik. Pada tipe terowongan, cairan disedot dan disemprotkan dari berbagai sisi. ”Belum tahu mana yang lebih efektif, tetapi pasti akan banyak tipenya karena buatan ini masih amat mendasar,” katanya.
Wakil Rektor ITS Bambang Pramujati mengatakan, tim terpadu bahu-membahu menyelesaikan tiga tipe bilik ruang bentuk balok. Tipe pertama, bilik penyemprot ozon dilengkapi aplikasi pendeteksi panas tubuh. Tipe kedua, bilik penyemprot cairan disinfektan. Tipe ketiga seperti bilik sauna.
Ketiga tipe bilik tidak menggunakan pintu, tetapi tirai plastik tebal. Proses seseorang disterilkan sekitar 20 detik. ”Bilik pesanan BIN harus sampai di Jakarta pada Kamis ini karena dua bilik harus segera dioperasikan di Istana Negara,” katanya.
Banyak pesanan
Di Jakarta, Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Iluni FTUI) merancang bilik disinfeksi cepat, dinamai Bilik Disinfeksi Cepat 04 (BDC-04). Rancangan itu merupakan desain keempat, hasil penyempurnaan. Pemimpin tim teknis BDC-04, Suparlan, mengatakan, mereka sudah pada tahap penyelesaian pembuatan purwarupa. ”Insya Allah (Selasa, 24/3) selesai,” ujarnya.
Bilik disinfeksi bertujuan membunuh kuman, virus, dan bakteri pada tubuh. Disebut cepat karena sterilisasi mikroorganisme jahat berlangsung di bawah tempo 10 detik.
Salah satu pembeda utama BDC-04 dari bilik-bilik lain adalah penggunaan lampu sinar ultraviolet far-UVC dengan panjang gelombang efektif 220-254 nanometer. Mengutip Guru Besar Fakultas Teknik UI Raldi Artono Koestoer, Suparlan menyatakan, paparan sinar far-UVC selama satu detik mampu merusak asam deoksiribonukleat (DNA) virus.
Mengantisipasi efek ozon yang bisa menurunkan daya tahan tubuh, tim mengantisipasinya dengan menambah diffuser yang menguapkan cairan disinfektan berbau wangi. Selain mengharumkan bilik dan membunuh kuman, diffuser juga ikut mengendalikan kadar ozon.
Penutup bilik purwarupa BDC-04 dirancang dengan menggunakan papan glass reinforced concrete (GRC). Rangkanya bisa kayu, baja, atau aluminium. Pelapis dalam bilik menggunakan aluminium foil. Tantangannya, lampu sinar far-UVC masih jarang dijual.
Desy Andriani dari Humas Iluni FTUI mengatakan, tak terhitung jumlah pemesan BDC-04. Namun, pihaknya belum membuka pemesanan karena purwarupa belum rampung. Selain itu, tengah dirancang skema untuk menyaring pemesan. Nantinya, produk diprioritaskan hanya untuk lokasi yang punya nilai kepentingan publik tinggi.
Di Kota Malang, Jatim, Pemerintah Kota Malang bekerja sama dengan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB) untuk membuat bilik antiseptik bernama Sico (Sikat Corona). Prinsip kerja bilik buatan tujuh mahasiswa Teknik Mesin UB itu adalah ruang penyemprotan antiseptik. Bahannya dari kerangka besi dan penutup plastik. Bilik terhubung penyemprot (nozzle) antiseptik yang bisa dioperasikan, baik dari dalam maupun luar bilik.
”Jika biasanya kita menyemprot antiseptik hanya ke tangan, di bilik ini tubuh kita disemprot dari atas,” kata Ketua Tim Percepatan Pembangunan Daerah Kota Malang M Bisri, di sela-sela peluncuran Sico, Jumat (20/3).
Nur Widiyanto dari Humas Pemkot Malang mengatakan, pembuatan Sico merupakan salah satu kewaspadaan Kota Malang atas Covid-19. ”Harapannya, Sico membantu menekan angka paparan Covid-19 dan membuat masyarakat lebih tenang,” katanya.
Malang adalah salah satu zona merah kedua di Jatim atas kasus Covid-19, setelah Surabaya. Jika di Surabaya ada 7 kasus positif, di Malang ada 2 kasus positif.
Disempurnakan
Saat ini Pemkot Malang telah memesan 50 unit ke Fakultas Teknik UB. Alat akan ditempatkan di Balai Kota Malang, perkantoran, dan pasar-pasar tradisional.
”Pesanan pada buatan kami luar biasa banyak sehingga tidak bisa terpenuhi. Pemprov Jatim memesan empat unit, tetapi kami baru bisa penuhi dua unit. Polda Jatim mengajukan tiga unit, tetapi baru bisa kami penuhi satu. Masih banyak pesanan lain,” kata
Bisri.
Di Bali, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (Stimik) Primakara, Denpasar, membuat alat penyemprot disinfektan. Penyemprot otomatis itu menyerupai kusen pintu dilengkapi lima alat penyemprot: satu alat di atas dan masing-masing dua alat penyemprot di kiri dan kanan.
Kami masih terus menyempurnakan alat dan memperbanyak karena banyak pesanan.
Alat itu berteknologi sensor dan internet of things (IoT) berdimensi tinggi 230 cm, panjang 120 cm, dan lebar 80 cm. Alat dikembangkan sejumlah mahasiswa kampus pengembangan dan inkubator bisnis berbasis teknologi itu.
”Kami masih terus menyempurnakan alat dan memperbanyak karena banyak pesanan,” kata Kepala Stimik Primakara I Made Artana.
Pesanan datang dari Pemprov Bali, Pemkot Denpasar, dan rumah sakit. ”Akan dipasang di Pasar Badung dan Gedung Sewaka Dharma Kota Denpasar,” kata Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra.
Sebagaimana kisah klasik, setiap kesulitan selalu berbuah solusi. Inisiatif-inisiatif kampus adalah pencarian solusi.
Seperti disampaikan Presiden Joko Widodo, menghadapi pandemi Covid-19, pemerintah tidak bisa sendirian. Perlu keterlibatan semua pihak. Di atas semua upaya itu, salah satu siasat terbaik melawan virus korona baru adalah menjaga kebugaran tubuh dan menerapkan pembatasan sosial. Secara disiplin.
(JOG/BRO/ETA/COK/DIA/GSA)