Dampak Pembatasan Sosial, Penumpang Angkutan Umum di DKI Terus Turun
›
Dampak Pembatasan Sosial,...
Iklan
Dampak Pembatasan Sosial, Penumpang Angkutan Umum di DKI Terus Turun
Sejak Pemprov DKI Jakarta memberlakukan kebijakan belajar dari rumah dan bekerja dari rumah pada Senin (16/3/2020), jumlah warga DKI Jakarta yang bermobilitas, terutama yang memakai angkutan umum, terus berkurang.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberlakukan kebijakan belajar dari rumah dan bekerja dari rumah pada Senin (16/3/2020), jumlah warga DKI Jakarta yang bermobilitas terus berkurang. Hal itu dilihat dari penurunan angka penumpang moda transportasi yang beroperasi di DKI Jakarta mulai 16 Maret hingga 23 Maret 2020.
Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Selasa (24/3/2020), menjelaskan, tren penurunan jumlah penumpang itu bisa dilihat dari catatan harian operator angkutan umum, mulai dari LRT Jakarta, MRT Jakarta, hingga Transjakarta dan KRL.
Untuk Transjakarta, penurunan jumlah penumpang pada Senin, 16 Maret, amat drastis. Dari rata-rata 1 juta penumpang langsung turun menjadi 255.138 penumpang.
Pada 17 Maret, penumpang naik ke angka 507.805 orang. Kenaikan terjadi setelah Pemprov DKI mengembalikan layanan ke jam operasional normal, tetapi dengan jumlah rute yang dibatasi, setelah terjadinya penumpukan dan antrean penumpang.
Angka penumpang itu lalu naik lagi menjadi 531.957 orang pada 18 Maret. Kemudian turun ke angka 501.126 orang pada 19 Maret, menjadi 466.199 orang pada 20 Maret 2002.
Kemudian, seiring dengan kebijakan baru pembatasan layanan angkutan umum yang diterapkan mulai Senin, 23 Maret, yang diumumkan pada Jumat (20/3/2020), ditambah dengan seruan dari pemprov supaya warga tinggal di rumah, hal itu mendorong warga yang bepergian menggunakan angkutan umum menurun.
Catatannya, pada Sabtu (21/3/2020) penumpang menjadi 344.628 orang, pada 22 Maret sebanyak 237.102 penumpang, dan pada 23 Maret, dengan 28 rute yang dilayani, total penumpang menjadi 156.041 orang.
Untuk MRT Jakarta, lanjut Syafrin, juga terjadi penurunan. Bila pada 16 Maret jumlah penumpang total 27.269 orang, pada 23 Maret jumlahnya turun separuhnya menjadi 13.430 orang.
Seperti yang dijelaskan William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta, seiring dengan adanya kebijakan bekerja dari rumah, ia berharap, angka penumpang akan terus turun.
Di LRT Jakarta, penurunan jumlah penumpang juga terjadi. Bila pada 16 Maret sebanyak 1.350 orang menggunakan LRT Jakarta, pada 23 Maret sebanyak 773 penumpang tercatat menggunakan moda angkutan rel itu.
Sementara untuk KRL, bila pada 16 Maret jumlah penumpang total 733.140 orang, pada 23 Maret 2020 total sebanyak 341.252 orang.
Syafrin mengevaluasi, dengan penurunan jumlah penumpang itu, pengguna akan semakin turun sampai dengan dua pekan ke depan. Tujuannya supaya upaya memutus persebaran virus korona bisa terjadi.
”Harapannya, tidak ada lagi masyarakat yang menggunakan angkutan umum. Sebagaimana kita ketahui bahwa angkutan umum menjadi tempat yang potensial untuk penyebaran wabah coronavirus ini. Dengan tidak ada lagi yang menggunakan angkutan umum, artinya sesuai imbauan Presiden dan seruan Gubernur DKI agar masyarakat mulai bekerja dari rumah dan beribadah di rumah dipatuhi dengan baik,” tutur Syafrin.