Iran dan Tawaran Bantuan AS untuk Penanganan Covid-19
›
Iran dan Tawaran Bantuan AS...
Iklan
Iran dan Tawaran Bantuan AS untuk Penanganan Covid-19
”Jika Anda punya obat-obatan, gunakan untuk Anda sendiri,” ujar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei lewat pidatonya di televisi. Ia juga menyebut, pemimpin Amerika Serikat adalah pembohong.
Oleh
·3 menit baca
Alih-alih menerima bantuan, Iran menyatakan tawaran Presiden Amerika Serikat Donald Trump aneh mengingat AS juga kekurangan peralatan dan obat untuk mengatasi Covid-19.
”Jika Anda punya obat-obatan, gunakan untuk Anda sendiri,” ujar Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei lewat pidatonya di televisi. Ia juga menyebut, pemimpin AS adalah pembohong, manipulator, dan serakah. Mereka benar-benar kejam dan teroris.
Khamenei menduga AS sengaja menyebarkan virus korona jenis baru, memakai data genetik warga Iran, yang diperoleh lewat berbagai cara. ”Saya tak tahu seberapa nyata tuduhan (kepada AS) ini, tetapi ketika itu ada, siapa yang akan percaya pada obat yang akan (AS) bawa? Mungkin obat Anda adalah cara untuk menyebarkan virus lebih banyak,” ujarnya dengan tanpa menunjukkan bukti apa pun.
Khamenei tegas menyatakan, AS adalah musuh paling jahat bagi Iran. Ia tegas menolak tawaran bantuan dari AS.
Padahal, pada Senin (23/3/2020), badan amal medis Perancis, MSF, membangun pusat darurat dengan 50 tempat tidur di Provinsi Isfahan untuk membantu Iran mengatasi pandemi Covid-19. ”Iran merupakan negara yang paling terpukul di kawasan dan Isfahan adalah provinsi kedua terbesar yang warganya terinfeksi,” kata Julie Reverse, perwakilan MSF di Iran.
Sebelumnya, Inggris dan Jerman menyumbangkan paket bantuan medis ke Iran. Duta Besar Iran untuk Indonesia, Timor Leste, dan ASEAN, Mohammad Azad menyatakan, di awal merebaknya Covid-19, Iran menerima bantuan dari China sebanyak 100.000 alat tes cepat (rapid test).
Di kawasan Timur Tengah, Iran menjadi episentrum pandemi Covid-19 dengan jumlah terinfeksi 23.049 orang, meninggal 1.812 orang, dan sembuh setelah dirawat 8.376 orang. Hanya Turki dan Israel yang punya kasus terinfeksi di atas 1.000 orang. Negara lain di Timur Tengah di bawah 500 kasus.
Untuk membatasi penyebaran virus, pihak berwenang Iran meminta warganya tidak bepergian selama perayaan tahun baru Iran dan menjaga jarak sosial. ”Sekitar 68 persen kematian akibat Covid-19 di Iran adalah orang yang berusia di atas 60 tahun,” kata Kianouche Jahanpour, Juru Bicara Kementerian Kesehatan Iran.
Secara sepihak, tahun 2018, AS keluar dari Kesepakatan Nuklir Iran 2015 dan menjatuhkan beberapa sanksi. Sanksi itu mempersulit Iran mengakses pasar global.
Pada Minggu (22/3/2020), Perdana Menteri Pakistan Imran Khan meminta AS mencabut sanksi itu. ”Saya memohon kepada Presiden Trump dengan alasan kemanusiaan untuk mencabut sanksi terhadap Iran sampai pandemi Covid-19 berakhir. Orang Iran amat menderita akibat sanksi dan Covid-19 ini,” tulis Khan di Twitter.
Penolakan Khamenei terhadap bantuan AS sejalan dengan tuduhan sebelumnya bahwa demonstrasi warga dan serangan terhadap kepentingan Iran di Irak dan Laut Parsi dilakukan AS. Apalagi, Trump pernah mengatakan, AS tak berniat mengganti rezim di Iran. Wajar jika kali ini retorika Khamenei sangat keras dan terbuka.