Kasus Positif Covid-19 Pertama di NTB, Riwayat Kontak Pasien Ditelusuri
›
Kasus Positif Covid-19 Pertama...
Iklan
Kasus Positif Covid-19 Pertama di NTB, Riwayat Kontak Pasien Ditelusuri
Satu warga Nusa Tenggara Barat dinyatakan positif Covid-19. Warga diminta tetap tenang dan tidak panik. Petugas dinas kesehatan setempat telah melakukan penelusuran terhadap riwayat kontak pasien yang bersangkutan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·3 menit baca
MATARAM, KOMPAS — Satu warga Nusa Tenggara Barat dinyatakan positif Covid-19. Informasi kasus pertama di NTB itu disampaikan langsung Gubernur NTB Zulkieflimansyah dan Wakil Gubernur Sitti Rohmi Djalillah pada konferensi pers di Mataram, Selasa (24/3/2020). Warga diimbau tak panik meski tetap waspada.
Zulkieflimansyah mengatakan telah terkonfirmasi satu warga NTB berjenis kelamin perempuan berusia 50 tahun positif Covid-19. ”Yang bersangkutan kemungkinan tertular di luar NTB karena punya riwayat perjalanan ke daerah terjangkit dalam 14 hari terakhir. Dia mengikuti berbagai kegiatan di Jakarta. Setelah ada gejala-gejala dan diperiksa di rumah sakit, kami mendapat hasil positif Covid-19,” kata Zulkieflimansyah.
Dalam konferensi pers yang juga disiarkan langsung dan bisa disaksikan secara daring di media sosial itu, Zulkieflimansyah mengatakan, saat ini, penderita tersebut tengah dirawat di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Provinsi NTB sejak 17 Maret 2020.
”Dia saat ini dalam kondisi semakin membaik. Menunggu tes negatif dua kali sebelum bisa dipulangkan ke rumah,” kata Zulkieflimansyah.
Menurut Zulkieflimansyah, untuk menghindari penularan lebih lanjut, petugas kesehatan sedang melakukan penelurusan terhadap semua orang yang pernah berkontak langsung dengan yang bersangkutan. Menyikapi hal itu, Gubernur NTB mengharapkan semua lapisan masyarakat tetap tenang. Termasuk kemudian tidak menilai terjangkit Covid-19 sebagai pesakitan.
”Terjangkit Covid-19 ini bukan akhir dari segalanya. Bahkan, alhamdulillah, pasien kita ini semakin baik kondisinya dan semoga bisa segera kembali pulang ke rumahnya,” katanya.
Petugas kesehatan sedang melakukan penelurusan terhadap semua orang yang pernah berkontak langsung dengan yang bersangkutan.
Selain itu, Zulkieflimansyah juga meminta warga menghindari keramaian, menjaga kesehatan dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat, serta mengurangi aktivitas di luar rumah.
Selain itu, Pemerintah Provinsi NTB juga menyediakan laman resmi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 corona.ntbprov.go.id. Ada pula layanan telepon di 081805787239, 08124686317, 08123785657, dan 081236139917.
Dengan adanya pasien positif, NTB memasuki fase kedua wabah Covid-19. Fase pertama adalah pencegahan. Terkait itu, Zulkieflimansyah menyatakan siap menghadapinya, termasuk situasi terburuk. Oleh karena itu, berbagai persiapan mulai dilakukan.
Kepala Dinas Kesehatan NTB Nurhandini Eka Dewi mengatakan, mereka sudah mulai menghitung dan melakukan kalkulasi. ”Kalau kita tidak melakukan apa-apa, berapa yang akan positif? Tetapi, kalau kita melakukan pencegahan, ini angkanya akan dapat diturunkan,” kata Eka.
Oleh karena itu, dinkes setempat mulai meningkatkan kapasitas petugas kesehatan dalam menghadapi Covid-19, yakni pelatihan di semua rumah sakit rujukan; yang dari semula empat rumah sakit, kini bertambah menjadi 15 rumah sakit. Rumah sakit rujukan terdiri dari rumah sakit negeri dan swasta.
Eka mengatakan, pelatihan yang dilakukan sejak sepekan terakhir ini adalah pengambilan spesimen. Artinya, jika sudah bisa menerima rujukan, rumah sakit tersebut juga harus bisa mengambil spesimen untuk dikirim ke laboratorium.
”Selain itu, kami juga dorong rumah-rumah sakit itu untuk membuat ruang isolasi. Walaupun hanya satu, tetapi bermanfaat,” kata Eka.
Alat untuk tes cepat akan diterima pada Kamis mendatang. Pada tahap awal akan ada 2.000 orang yang dites.
Selain pelatihan, dalam waktu dekat, Pemerintah Provinsi NTB juga akan melakukan rapid test Covid-19. Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) NTB Ahsanul Halik, alat untuk tes akan diterima pada Kamis mendatang. Pada tahap awal kan ada 2.000 orang yang dites.
”Kami prioritaskan kepada mereka yang berisiko. Seperti pekerja migran Indonesia yang baru pulang. Termasuk juga aparatur sipil negara,” kata Ahsanul.