Imbas Jakarta Sepi, Pekerja Informal Mudik Lebih Awal
›
Imbas Jakarta Sepi, Pekerja...
Iklan
Imbas Jakarta Sepi, Pekerja Informal Mudik Lebih Awal
Situasi Jakarta yang sepi sejak pembatasan sosial untuk menekan penyebaran virus korona baru berimbas kepada para pekerja informal. Sebagian dari mereka memilih menghabiskan waktu di kampung halaman.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah pekerja informal di Jakarta pulang kampung lebih awal lantaran usaha mereka di Jakarta terganggu akibat pembatasan sosial untuk antisipasi penularan virus korona baru.
Umar Alfian (38), pedagang makanan di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, pulang ke Lamongan, Jawa Timur, Rabu (25/3/2020). Ia menggunakan kereta dan naik di Stasiun Pasar Senen, Jakarta.
Menurut Umar, sejak Indonesia mengumumkan adanya kasus positif Covid-19, dagangannya mulai sepi. Puncaknya terjadi tatkala pemerintah mengimbau masyarakat bekerja dari rumah.
Umar yang pelanggannya rerata pekerja kantor makin kewalahan. Dagangan yang sudah dimasak banyak tersisa. Oleh sebab itu, ia memilih pulang kampung lebih awal. ”Kalau tahun lalu, saya pulang seminggu menjelang Lebaran. Sekarang tutup dulu. Kalau tetap buka pun tak ada yang beli. Jalanan saja sepi,” katanya.
Pedagang martabak, Ajiz (28), memboyong tiga karyawannya pulang kampung ke Tegal, Jawa Tengah. Ketika ditemui di Stasiun Pasar Senen, ia mengaku dagangannya kian seret seiring melonjaknya kasus Covid-19 di Indonesia.
”Biasanya, saya bisa habis 7 kg bahan adonan martabak setiap hari. Tetapi, sejak dua minggu terakhir, hanya habis 3 kg. Akhirnya semalam kami putuskan pulang saja,” kata pedagang yang berjualan di Kembangan, Jakarta Barat, ini.
Ia berencana kembali ke Jakarta setelah Lebaran. Akan tetapi, jadwal itu bisa saja ditunda jika situasi di Jakarta belum normal.
Biasanya, saya bisa habis 7 kg bahan adonan martabak setiap hari. Tetapi, sejak dua minggu terakhir, hanya habis 3 kg. Akhirnya semalam kami putuskan pulang saja.
Sementara itu, Nur Aini Huda (35) memutuskan pulang ke Surabaya, Jawa Timur, setelah pekerjaannya dihentikan sejak Senin kemarin. Ìa bekerja sebagai pemasang gipsum di salah satu perumahan di Jakarta Utara.
”Sejak Senin, pihak perumahan memutuskan pekerjaan dihentikan selama dua minggu. Kalau bertahan di Jakarta, ya, saya nganggur juga. Lebih baik pulang kampung sekalian,” kata buruh yang mendapat upah Rp 99.000 per hari ini.
Dia berangkat ke Surabaya, Jawa Timur, menggunakan kereta, naik di Stasiun Pasar Senen. Dia berharap pandemi Covid-19 segera berakhir agar bisa bekerja seperti sediakala.
Berdasarkan pantauan Kompas, Rabu siang, belum terlihat kepadatan di Stasiun Pasar Senen. Meski tempat duduk dibatasi, hanya boleh dua orang untuk bangku dengan kapasitas empat orang, semua penumpang tetap kebagian tempat duduk.
Data PT Kereta Api Indonesia (Persero) pun belum merekam lonjakan penumpang. Pada Selasa (24/3/2020) kemarin, ada 6.859 penumpang naik di Stasiun Pasar Senen. Jumlah itu menurun dibandingkan data penumpang pada Selasa (17/3/2020) yang mencapai 9.295 penumpang.
Kepala Humas PT KAI Daop I Jakarta Eva Chairunisa, dalam keterangan tertulis, menjelaskan, Daop I mengurangi keberangkatan dari Stasiun Gambir dan Stasiun Senen untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Ada 19 keberangkatan yang dibatalkan dalam rentang 23 Maret 2020 sampai 1 April 2020.
”Kereta api (KA) yang mengalami pembatalan operasional tersebut merupakan kereta api yang memiliki jarak berdekatan sehingga calon penumpang memiliki pilihan KA lain jika memang harus tetap melakukan perjalanan. Namun, jika calon penumpang tidak berkenan dialihkan ke KA lain, calon penumpang dapat melakukan pembatalan perjalanan dengan bea pengembalian 100 persen,” katanya.
Aturan serupa juga berlaku bagi calon penumpang KA yang ingin membatalkan perjalanan selama tanggap darurat Covid-19. Masa tanggap darurat Covid-19 berlangsung dari 23 Maret 2020 sampai 29 Mei 2020.