Puluhan ribu tentara dari sejumlah negara hadir di Afghanistan untuk membantu memulihkan keamanan, tetapi kekerasan terus terjadi, bahkan ketika AS sudah membuat kesepakatan dengan Taliban.
Oleh
·2 menit baca
Di tengah kebuntuan politik dan upaya perdamaian, pria bersenjata menyerang upacara keagamaan di kuil Sikh di Kabul, Afghanistan, dan menewaskan empat orang.
Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan pesaingnya, Abdullah Abdullah, sama-sama dilantik dalam upacara terpisah, Senin (9/3/2020). Kedua politisi itu sama-sama mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden yang digelar pada 28 September 2019. Komite Pemilu Afghanistan bulan lalu mengumumkan Ghani memenangi pemilu, tetapi Abdullah menolak hasil itu karena banyaknya laporan adanya penyimpangan. Abdullah kemudian mengumumkan dirinya menang pemilu.
Amerika Serikat (AS) berusaha memecahkan kebuntuan di bidang keamanan dan perdamaian melalui negosiasi langsung dengan kelompok Taliban. Tanpa melibatkan Pemerintah Afghanistan, AS membuat kesepakatan dengan Taliban.
Di tengah kebuntuan politik, AS memotong bantuan kepada Afghanistan tahun 2020 senilai 1 miliar dollar AS karena Ghani dan Abdullah tidak mau berdamai dan menjalankan kesepakatan AS-Taliban. Saat berkunjung ke Kabul, hari Senin (23/3/2020), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyatakan, pemotongan 1 miliar dollar AS bisa berlanjut tahun 2021. ”Akan tetapi, jika mereka berubah pikiran, pemotongan bisa ditinjau ulang,” kata Pompeo.
Namun, melalui pidato di televisi, Presiden Ghani menegaskan, pemotongan itu tidak berdampak pada rakyat Afghanistan. ”Pemotongan ini berdampak pada bagian penting pemerintahan, tetapi tidak bagi rakyat,” katanya.
Dua hari kemudian, Rabu (25/3/2020), sejumlah pria bersenjata dan pengebom bunuh diri menyerbu kuil Sikh yang dikenal sebagai Gurdwara di kawasan kota tua Kabul. Pasukan pemerintah yang berusaha menutup kawasan tersebut terlibat pertempuran dengan para penyerang. Kelompok bersenjata Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu.
Kelompok yang berafiliasi dengan NIIS itu awal bulan ini juga menyerang kumpulan warga Syiah dan menewaskan 32 orang di Kabul. Dua tahun lalu, kelompok ini menyerang kaum Sikh dan menewaskan 19 orang. Kelompok militan utama Afghanistan, Taliban, membantah terlibat serangan ini.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, Tariq Arian, mengatakan, ada sekitar 150 orang yang sedang mengadakan ibadah pada pagi hari itu. ”Orang-orang terjebak di dalam gedung dan (pasukan keamanan) berusaha menyelamatkan mereka,” ungkap Arian.
Anggota parlemen Afghanistan dari Sikh, Narindra Singh Khalsa, mengatakan, setidaknya empat orang tewas. ”Saya berada dekat Gurdwara saat serangan itu terjadi,” katanya.
Perdamaian dan keamanan masih menjadi isu utama di Afghanistan selama ini. Puluhan ribu tentara dari sejumlah negara hadir di Afghanistan untuk membantu memulihkan keamanan, tetapi kekerasan terus terjadi, bahkan ketika AS sudah membuat kesepakatan dengan Taliban.