Pelaku Usaha Diminta Buat Visual Tata Cara Mengamankan Diri dari Virus Korona
›
Pelaku Usaha Diminta Buat...
Iklan
Pelaku Usaha Diminta Buat Visual Tata Cara Mengamankan Diri dari Virus Korona
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam rapat koordinasi dengan semua pengusaha melalui telekonferensi, Kamis (26/3/2020), meminta semua pengusaha membuat visual cara pengamanan diri menghadapi virus korona.
Oleh
AGNES SWETTA PANDIA
·5 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam rapat koordinasi dengan semua pengusaha di Kota Surabaya melalui telekonferensi dari Taman Surya, Kamis (26/3/2020), meminta semua pengusaha lebih kreatif lagi. Selain sudah menerapkan seluruh protokol penanganan virus korona, para pengusaha juga diminta membuat visual cara mencuci tangan yang benar dan masuk bilik sterilisasi serta menjaga jarak yang ditayangkan di pusat perbelanjaan masing-masing.
Rapat koordinasi itu diikuti oleh Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jatim, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Gojek dan Grab, serta jajaran organisasi perangkat daerah (OPD) dan kepolisian.
Pada kesempatan itu, Wali Kota Risma meminta semua pihak untuk bersama-sama melakukan menjaga jarak dan bersama-sama menjaga profesionalisme masing-masing. ”Bagi pelaku usaha coba buat video cuci tangan atau pakai hand sanitizer lalu diunggah ke media sosial masing-masing, atau bisa ditayangkan di layar monitor yang ada di pusat perbelanjaan. Cara ini penting untuk bersama-sama kita menjaga kepercayaan dan profesionalisme,” katanya.
Presiden Asosiasi Pemerintah Kota Asia Pasifik ini juga banyak mendengarkan penjelasan kondisi perekonomian Surabaya dilihat dari berbagai bidang. Ia juga mendengarkan keluh kesah para pengusaha itu, antara lain mulai banyak gerai yang tutup karena sepi pengunjung, dan langsung mengambil kebijakan apabila keperluan itu ada di ranah Pemkot Surabaya.
Bagi pelaku usaha coba buat video cuci tangan atau pakai hand sanitizer lalu diunggah ke media sosial masing-masing, atau bisa ditayangkan di layar monitor yang ada di pusat perbelanjaan. Cara ini penting untuk bersama-sama kita menjaga kepercayaan dan profesionalisme.
Di samping itu, Risma juga meminta pengemudi ojek daring tidak perlu masuk ke dalam pusat perbelanjaan untuk membelikan orderan konsumen. ”Pengelola segera sediakan semacam lemari atau rak di pintu masuk mal untuk tempat tempat pesanan konsumen Gojek atau Grab,” katanya.
Jadi, pengemudi cukup mengambil di lemari itu dan selanjutnya dibawa masuk ke bilik sterilisasi yang sudah disediakan pemkot di pusat perbelanjaan, pasar tradisional, dan tempat-tempat umum sehingga sampai ke rumah konsumen pakai cairan pembersih tangan.
Perempuan wali kota pertama di Kota Surabaya itu juga meminta pihak pengusaha kuliner ataupun makanan untuk terus berinovasi di tengah wabah Covid-19 ini. Menurut dia, kondisi sekarang ini jauh berbeda dari[ada kondisi biasanya, makanya dituntut ada sinergi dan inovasi sebanyak mungkin.
”Tidak boleh menyerah dan putus asa untuk menghadapi ini semua. Tidak mungkin Tuhan hanya memberikan kesulitan. Pasti di balik kesulitan itu Tuhan memberikan kebahagiaan. Hanya orang-orang yang mau berjuang yang menjadi pemenang. Jadi, ayo jangan menyerah dan bekerja keras, ayo berinovasi terus- menerus,” tuturnya.
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya M Fikser mengatakan, ini rapat telekonferensi pertama yang dilakukan Wali Kota Risma selama mewabahnya virus korona. Rapat via telekonferensi itu menggunakan video call dengan aplikasi Zoom.
Menurut Fikser, rapat koordinasi menggunakan telekonferensi itu merupakan salah satu upaya Pemkot Surabaya dalam mengurangi pertemuan dan kontak fisik yang saat ini terus dibatasi. Ke depannya, rapat-rapat dengan OPD akan menggunakan aplikasi ini untuk meminimalkan pertemuan atau kontak fisik. ”Apalagi ini, kan, bisa diikuti oleh 100 orang sehingga ke depannya akan diatur seperti ini hingga akhirnya kondisi Surabaya normal kembali,” ujarnya.
Pasar tradisional
Pemkot Surabaya memastikan hingga saat ini belum ada rencana untuk melakukan pembatasan jam operasional atau penutupan pasar tradisional. Meski begitu, pemkot terus memaksimalkan upaya preventif mencegah penyebaran Covid-19. Upaya preventif itu seperti menyediakan wastafel portabel, hand sanitizer, dan penyemprotan disinfektan.
Hingga saat ini, paling tidak sudah terpasang dan digunakan bilik sterilisasi di 43 titik di seluruh Surabaya. Jumlah bilik akan terus bertambah karena setiap hari Pemkot Surabaya mengerjakan minimal 10 bilik sterilisasi. Salah satu sarana untuk melindungi warga dari penyebaran virus korona ini akan dipasang di tempat-tempat yang ramai dikunjungi, termasuk pasar tradisional, pusat perbelanjaan, serta pintu masuk ke Surabaya lewat bandara, pelabuhan, stasiun, dan terminal.
Kepala Bagian Administrasi Perekonomian dan Usaha Daerah, Kota Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, saat ini belum ada rencana penutupan ataupun pembatasan jam operasional pasar. Meski begitu, setiap pasar telah menerapkan protokol kebersihan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19.
”Pemkot rutin melakukan sterilisasi dengan cara menyemprotkan disinfektan, baik di luar maupun di dalam pasar,” kata Agus Hebi. Di samping itu, untuk memastikan kebersihan para pedagang dan calon pembeli yang datang, pihaknya telah menyiapkan hand sanitizer dan wastafel di pasar-pasar tradisional tersebut. Upaya ini dilakukan sebagai langkah untuk melindungi mereka dari penyebaran Covid-19. ”Protokol di pasar-pasar ini sudah berjalan beberapa waktu yang lalu,” katanya.
Hal yang sama juga diungkapkan Direktur Teknik dan Usaha, PD Pasar Surya, Muhibuddin. Pihaknya juga menyatakan belum merencanakan adanya penutupan pasar meski pada 23 Maret 2020 ada undangan rapat koordinasi dari Pemerintah Provinsi Jatim dengan agenda pembahasan jam buka pasar tradisional.
Menurut dia, PD Pasar Surya tetap wait and see. Karena PD Pasar Surya adalah BUMD milik Pemkot Surabaya, pihaknya akan menunggu instruksi dan perintah dari Wali Kota Surabaya. Meski demikian, ia berharap jika ada pembatasan jam operasional pasar, apalagi sampai ada penutupan pasar, maka tidak bisa diberlakukan secara mendadak.
Kebijakan itu membutuhkan waktu untuk sosialisasi terlebih dulu. Alasannya, pasar adalah display. Barang dagangan yang dijual di pasar basah di Surabaya adalah produk petani yang berasal dari sejumlah daerah. ”Kalau petani sudah telanjur panen dan dibawa ke Surabaya, sedangkan pasarnya tutup, ini juga perlu dipikirkan. Makanya butuh waktu untuk sosialisasi jika memang akan ada jam buka pasar atau penutupan,” ujarnya.
Namun, saat ditanya bagaimana langkah yang dilakukan PD Pasar Surya di tengah wabah Covid-19 saat ini? Muhibuddin menyatakan, pihaknya tetap mewaspadai dan berupaya mencegah penyebaran Covid-19. Salah satunya dengan penyemprotan disinfektan di pasar.
Selain penyemprotan yang dilakukan oleh tim Pemkot Surabaya, pedagang juga ada yang swadaya melakukan penyemprotan mandiri. Selain itu, PD Pasar Surya juga menerbitkan protokol dan imbauan bagi pedagang atau pengunjung pasar. Bagi mereka diimbau memakai masker dan diimbau tidak ke pasar jika dalam kondisi sakit.