Dampak penundaan Olimpiade Tokyo 2020 mengubah peruntungan dan pola latihan atlet. Atlet muda mendapat tambahan waktu mengasah kemampuan, sedangkan atlet senior harus berhitung ulang soal kondisi fisik dan teknis.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·3 menit baca
Penundaan Olimpiade Tokyo 2020 selama setahun memunculkan harapan juga kekhawatiran bagi atlet-atlet dunia. Penundaan selama 12 bulan itu bisa mengubah persaingan yang begitu drastis di beberapa cabang olahraga.
Waktu setahun cukup bagi seorang atlet muda yang sedang naik daun untuk meningkatkan kualitas dan menguasai permainan. Sebaliknya, selang waktu dari musim panas 2020 ke 2021 itu juga berpotensi menyudahi peluang atlet veteran yang dimakan usia, ataupun membuat atlet yang diandalkan untuk meraih medali emas batal tampil akibat cedera.
Setahun menjadi sangat panjang terutama bagi cabang olahraga senam artistik putri. Dengan garis waktu puncak performa 16-20 tahun, penundaan itu telah mengubah lansekap seperempat usia karier seorang pesenam.
Hal yang dikhawatirkan para pesenam top adalah Olimpiade Tokyo akan diramaikan pesenam-pesenam yunior yang saat ini berusia 15 tahun. Sebelumnya, para pesenam yunior ini tidak bisa mengikuti Olimpiade Tokyo 2020 karena peraturan usia minimal 16 tahun.
”Kamu harus mengkhawatirkan itu (kehadiran yunior). Tentu ini menjadi tantangan bagi atlet senior. Sebelum pubertas, atlet tidak akan takut. Beda dengan sekarang,” kata Sheryl Shade, agen pesenam dunia seperti Shawn Johnson dan Laurie Hernandez.
Ancaman pesenam muda itu akan menjadi nyata jika regulasi tidak diubah. Adapun Federasi Senam Dunia (FIG) belum mengeluarkan pernyataan terkait kemungkinan bergabungnya atlet yang sebelumnya belum cukup umur seandainya Olimpiade berlangsung 24 Juli-9 Agustus 2020.
Pesenam Amerika Serikat, Morgan Hurd, pun gundah. Seharusnya, Olimpiade Tokyo akan menjadi puncak performa pesenam putri yang saat ini menginjak usia 19 tahun. Namun, mimpinya meraih medali menjadi pertanyaan dengan peta persaingan dan kekuatan fisik yang akan berubah.
”Saya sudah memimpikan tampil di ajang ini seumur hidup saya. Semua persiapan sudah dilakukan untuk musim panas ini. Semua itu terpaksa batal. Meskipun begitu, saya paham dan setuju dengan penundaan. Sebab, banyak atlet yang tidak bisa berlatih,” tutur atlet yang sudah menanti debut di Olimpiade tersebut kepada The News Journal.
Tunda pensiun
Sementara itu, pesenam asal Inggris Raya, Becky Downie, justru harus menunda pensiunnya. Dengan usia yang sudah 28 tahun, dia semula berniat pensiun setelah Olimpiade. ”Ini akan menjadi pekerjaan sulit untuk mengatur badan ini setahun lagi,” ucapnya.
Meski puncak karier tak sependek pesenam putri, kegundahan juga dialami pesenam putra. ”Tahun depan akan ada sekumpulan yunior yang naik kelas. Mereka akan setahun lebih baik. Hal itu akan sangat berat bagi saya untuk bersaing dengan mereka,” kata pesenam Amerika Serikat, Akash Modi, yang akan berusia 25 tahun pada Mei nanti.
Tidak seperti ajang olahraga lain, Olimpiade merupakan ajang empat tahunan. Hal itu sangat berharga bagi beberapa atlet yang sudah menantinya. Misalnya saja atlet kano asal AS yang sudah tiga kali tampil di Olimpiade, Casey Eichfeld.
”Kami harus menanti empat tahun untuk menemui ajang seperti ini. Sekarang akan lebih berat. Kami sudah bersiap empat tahun dan harus menambahkan satu tahun lagi. Namun, memang ini yang harus dihadapi,” ucap Eichfeld.
Di sisi lain, bagi atlet veteran, penambahan satu tahun tentu akan berpengaruh besar pada kondisi mereka. Pengaruh kondisi fisik itu akan membuat perubahan besar. Misalnya saja pegolf AS berusia 45 tahun, Tiger Woods, yang harus berjibaku dengan rasa sakit di punggungnya tahun ini. Kesulitan itu juga akan dialami oleh petenis Roger Federer dan Serena Williams yang akan berusia 40 tahun pada 2021. (REUTERS)