Tersesat di Lautan Informasi soal Pandemi
Mencari informasi yang tepat mengenai pandemi Covid-19 tidak selalu mudah. Arus informasi yang begitu deras belum tentu membuat mereka tercerahkan, kadang malah menyesatkan.
Cukup lima menit Putri (40) menghadiri pesta pernikahan pada Minggu, 15 Maret 2020. Baginya itu kondangan tersingkat yang pernah ia lakukan. Pikirannya pun dipenuhi rasa cemas, khawatir ada orang yang positif Covid-19 di antara tamu yang hadir. ”Gue khawatir banget. Tapi anehnya orang-orang kok masih cuek saja,” ujar warga Jakarta Timur ini.
Saat itu, 13 hari setelah kasus pertama diumumkan di Indonesia, ada 146 kasus positif Covid-19. Sementara per 25 Maret, ada 790 kasus Covid-19 di seluruh Indonesia. Sebanyak 58 kasus di antaranya meninggal dan yang sembuh baru 31 kasus. Sebagian besar kasus itu ditemukan di Jakarta sebanyak 472 kasus dengan rincian 43 orang meninggal, 27 orang sembuh, 112 orang isolasi mandiri, dan 290 orang dirawat.
Karena alasan itulah, Putri takut berada di keramaian orang. Tidak hanya Putri, banyak warga lain yang khawatir tertular virus korona jenis baru (SARS-CoV-2) penyebab Covid-19. Lewat grup obrolan di Whatsapp bersama teman-temannya, ia berbagi keluh kesah dan juga informasi untuk menghindar dari penularan penyakit yang disebabkan virus korona ini.
”Sejak ada penularan virus korona di Jakarta, gue selektif banget kalau beli makanan. Sampai kemarin ada saudara kasih roti dan gue tahu tata letak roti itu dijual di tokonya (dijual di rak terbuka). Akhirnyaenggak gue makan,” kata ibu satu anak ini.
Baca juga: Sejumlah Kepala Daerah Positif Terjangkit Covid-19
Sejalan dengan merebaknya virus, arus informasi tentang Covid-19 mengalir begitu deras. Namun, Putri merasa belum mendapatkan informasi yang dibutuhkannya untuk meningkatkan daya tahan tubuh. ”Ada yang bilang pakai empon-empon (rempah-rempah). Ada lagi yang bilang konsumsi vitamin. Mana yang benar, gue sebagai orang awam jadi bingung,” katanya.
Kebingungan Putri wajar lantaran tidak semua informasi yang beredar itu benar. Di laman Covid19.go.id pun disebutkan selama wabah virus korona ditemukan 168 berita bohong terkait penularan virus itu yang telah ditangkal. Salah satunya berita berjudul ”Bawang Merah yang Dikupas Dapat Menyedot dan Membunuh Virus dan Kuman”. Berita itu dinilai mengandung informasi yang salah karena hingga saat ini belum ada bukti ilmiah bahwa bawang merah mentah yang dipotong bisa menyerap kuman dan virus. Tidak sedikit warga yang tersesat membaca ulasan itu.
Perang informasi
Informasi yang salah membuat persepsi yang salah terhadap pasien Covid-19. Karena alasan itu, DW, selebritas yang belum lama ini mengumumkan dirinya tertular Covid-19, membagikan informasi ke teman-temannya terkait penularan penyakit ini. Berbeda dengan pasien Covid-19 lain, DW melakukan isolasi mandiri karena ia tergolong orang yang terinfeksi tetapi tak menunjukkan gejala apa pun.
”Saya sekarang lagi gencar-gencarnya memerangi informasi media (sosial). Saya enggak bilang itu hoaks (berita bohong), tapi berita hoaks yang sampai ke kita-kita ini kan menciptakan kesan Covid-19 ini menyeramkan. Ketika awal saya dinyatakan positif virus korona, saya juga orang yang panik juga. Dan saya tanya (pihak rumah sakit) apa yang harus saya lakukan. Jawabannya, enggak ada sih. Untuk saat inienggak ada obatnya, selain meningkatkan imunitas dan berpikir positif,” katanya.
Baca juga: Hadapi Covid-19, Pengawasan di Pos Lintas Batas Negara Diperketat
DW dinyatakan positif Covid-19 pada 15 Maret setelah menjalani swab, pemeriksaan sampel lendir dari tenggorokan bagian dalam untuk mengetahui virus korona telah menginang ditubuhnya atau tidak. DW pun membagikan pengalamannya menjalani isolasi mandiri di salah satu akun media sosialnya. Ia mengimbau masyarakat agar tetap berada di rumah karena Covid-19 hanya ditularkan melalui cipratan liur akibat bersin atau batuk. Karena itu, masyarakat harus tetap menghindari interaksi sosial, seperti berkumpul dan berkerumun.
”Anggap saja kalau diri elu itu positif (Covid-19) sehingga harus tetap di rumah. Jika berkeliaran di luar, akhirnya hanya akan menambah mata rantai penularan virus korona,” katanya.
Duta yang bungkam
Di tengah kebutuhan akan informasi yang tepat, pihak yang semestinya dapat melakukan itu justru bungkam. Mereka adalah Duta Imunitas Korona yang juga anak buah kapal World Dream sebanyak 188 orang. Mereka mendapat julukan duta imunitas dari Kementerian Kesehatan setelah dinyatakan sehat dan tak tertular Covid-19.
Alih-alih memberikan informasi yang tepat, mereka tidak mau membagikan pengalamannya setelah dipulangkan dari Pulau Sebaru Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta, Sabtu, 14 Maret 2020. Di pulau itu mereka menjalani karantina selama dua minggu.
Baca juga:Komitmen Kepala Daerah Dibutuhkan untuk Kendalikan Pandemi Covid-19
Sikap mereka kepada jurnalis seragam, menolak permintaan wawancara. Ada yang menolak dengan mengatakan, ”Tidak”. Ada pula yang hanya menggeleng-gelengkan kepala. Bahkan, tak sedikit yang hanya diam usai mengikuti seremoni di dermaga Komando Lintas Laut Militer, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Hanya salah satu dari ABK itu mengaku, selama dikarantina mereka melakukan kegiatan olahraga dan pengecekan kesehatan. Namun, mereka tidak menjalani pemeriksaan sampel lendir atau swab, langkah medis yang digunakan untuk mengetahui tubuh seseorang telah terinfeksi Covid-19 atau tidak. ”Kami menjalani pemeriksaan kesehatan, tetapi tidak dites swab,” ujarnya.
Selebihnya, sebagian besar ABK menolak memberikan komentar. Kompas berupaya mendekati dan berbincang dengan beberapa ABK, tetapi informasi yang mereka berikan sangat terbatas. Misalnya, salah satu ABK yang ditanya daerah asalnya hanya menjawab berasal dari Provinsi Lampung.
Saat ditanya mengenai kegiatan selama masa observasi demi menjaga tubuh tetap sehat, ABK tersebut malah berpaling dan berbisik dengan rekan di sebelahnya. Bahkan, saat Kompas menyatakan akan merahasiakan identitasnya, ia tetap bungkam.
Baca juga: Sehat, ABK World Dream Dipulangkan ke Rumah
Padahal, saat melepas 188 ABK itu, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menyampaikan bahwa mereka dapat menjadi contoh bahwa penularan virus korona dapat dihadapi dengan meningkatkan imunitas pada tubuh.
”Di dalam kapal World Dream bersama dengan delapan penderita virus korona saat itu yang diturunkan di Hong Kong, kalian (188 awak kapal) masih tetap sehat dan sampai di Pulau Sebaru juga sehat. Jika saudara bisa meningkatkan imunitas terhadap virus korona, kami semua juga bisa menjadi duta imunitas,” kata Terawan di Kompas.id, 14 Maret 2020.
Kompas berusaha mengikuti bus yang mengangkut para ABK itu hingga ke Bandara Soekarno-Hatta. Setibanya di bandara, Kompas berusaha mendekati beberapa ABK.
Dengan menggunakan jemarinya seraya menirukan cara menarik retsleting di depan mulut, seorang perempuan ABK Diamond Princess memberikan tanda tutup mulut kepada Kompas. Namun, ABK tersebut akhirnya menyampaikan bahwa dirinya tidak diperbolehkan memberikan keterangan apa pun kepada media oleh pihak perusahaan dan TNI. ”Iya, dari pihak perusahaan, dari pihak TNI (melarang para ABK memberikan keterangan kepada media). Biar TNI yang kasih tahu ke media supaya enggak ada beda cerita,” ujar saat ditemui di Bandara Soekarno-Hatta.
Pengakuan ABK itu pun menjawab sikap bungkam 188 ABK World Dream yang dipulangkan sehari sebelumnya walaupun mereka diangkat sebagai Duta Imunitas Korona oleh Kementerian Kesehatan.
Saat kembali dikonfirmasi Panglima Komando Tugas Gabungan Terpadu Laksamana Madya Yudo Margono pun membantah bahwa pemerintah dan TNI telah melarang para ABK memberikan informasi kepada media terkait pengalamannya menjalani karantina. ”Siapa orangnya (yang bilang dilarang memberikan informasi)? Enggak ada larangan sama sekali,” ujarnya.
Sebelum dipulangkan, Yudo meminta mereka menyampaikan seluruh yang mereka alami kepada masyarakat. ”Justru saya suruh sampaikan semua yang mereka alami, tidak boleh ada yang ditutup-tutupi. Bahkan, kegiatan mereka sehari-hari saya kirim ke media,” katanya.
Ahli kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, Budi Haryanto, mengakui banyak beredar informasi di media sosial yang kurang tepat. Salah satunya terkait empon-empon atau rempah-rempah dapat meningkatkan imunitas tubuh. Menurut dia, rempah-rempah memang dapat meningkatkan imunitas tubuh, tetapi membutuhkan proses bagi tubuh untuk menyerapnya.
”Kalau itu sudah menjadi kebiasaan (mengonsumsi empon-empon), bagus. Tetapi kalau baru-baru ini, yah tunggu beberapa hari setelah dikonsumsi rutin sehingga baru efektif. Penyerapannya perlu waktu untuk meningkatkan daya tahan tubuh,” katanya.
Baca juga: Gubernur Jatim Akhirnya Buka Akses Peta Sebaran
Adapun cara paling efektif meningkatkan imunitas tubuh, kata Budi, adalah dengan mengonsumsi buah-buahan. Menurut dia, vitamin dalam bentuk kapsul dan tablet serta buah-buahan lebih mudah diserap oleh tubuh. Ditambah olahraga jalan kaki di bawah matahari.
”Justru yang paling cepat diserap tubuh itu buah-buahan yang mengandung vitamin C tinggi. Bisa jambu, jeruk, pepaya juga tinggi vitamin C. Ketika ada matahari, ditambah olahraga jalan, tetapi tetap menjaga jaga jarak dengan orang lain (selama wabah Covid 19). Jalan kaki saja selama setengah jam, dibikin rutin. Nanti kan metabolisme tubuh bagus dan makanan cepat terserap. Buah-buahan jadi terserap tubuh sehingga daya tahan tubuh pun bagus,” katanya.
Namun, informasi ini seakan tenggelam di tengah lautan informasi lain tentang Covid-19. Tanpa literasi yang tepat, masyarakat awam bisa tersesat pada pemahaman yang salah. Karena itu, tidak semestinya bungkam jika ada warga yang membutuhkan informasi tentang Covid-19.