Belanja Daring, Siasat Warga di Tengah Pandemi Virus Korona
›
Belanja Daring, Siasat Warga...
Iklan
Belanja Daring, Siasat Warga di Tengah Pandemi Virus Korona
Pada saat pandemi Covid-19 dan Pemprov DKI Jakarta memberlakukan kebijakan bekerja dari rumah serta mengurangi kegiatan di luar rumah, belanja secara daring menjadi cara warga menyiasati dampak wabah.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
Jika dihitung sejak Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengumumkan siswa sekolah belajar dari rumah dan pekerja bekerja dari rumah, akhir pekan ini berarti hampir dua pekan lewat. Bagi warga yang bekerja dari rumah, keberadaan layanan daring atau telepon untuk berbelanja kebutuhan pokok, misalnya, menjadi faktor penting yang menolong saat harus menjaga jarak sosial.
Icha (28), warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, adalah salah satu warga Ibu Kota yang memilih berbelanja kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan pokok melalui jasa perdagangan daring. Kebiasaan itu bahkan sudah ia lakukan sejak lama atau malah sebelum ada wabah virus korona.
”Namun, sekarang karena ada kebijakan bekerja dari rumah, membatasi bepergian keluar rumah, saya makin mengandalkan layanan belanja online,” ujarnya, Jumat (27/3/2020).
Selain tidak perlu keluar rumah, ia juga mengapresiasi layanan pengantaran yang cepat dan gratis. ”Pesan hari ini, besok barang sampai. Saat wabah ini, saya beberapa kali beli beras, minyak, tisu, sabun cuci tangan, sampainya cepat,” ujar Icha.
Fenny (28), warga Condet, Jakarta Timur, juga merasa dimudahkan dengan adanya perdagangan daring. ”Kantor saya sudah membuat kebijakan bekerja dari rumah sejak 16 Maret lalu. Selama 10 hari ini saya belanja lewat online,” jelasnya.
Sama seperti Icha, tanpa ada wabah Covid-19, Fenny rupanya sudah merasakan kemudahan belanja daring. ”Saya sudah enam bulan ini belanja kebutuhan pokok via marketplace. Cuma karena sekarang ada kebijakan bekerja dari rumah, jadi benar-benar semua online belanjanya,” ujarnya.
Di Pasar Induk Beras Cipinang, para pedagang grosir sudah terbiasa dengan menelepon pedagang besar dan kemudian barang diantar.
Soal harga, baik Fenny maupun Icha mengatakan harga barang kebutuhan harian, seperti sampo, sabun mandi, dan sabun cuci, lebih murah daripada di supermarket atau di pasar. Daging sapi beku atau daging ayam beku juga lebih mudah dibeli secara daring. Namun, untuk sayur dan buah, harganya lebih mahal.
”Sudah mahal, sayur dan buah sering tidak sesuai dengan ekspektasi,” kata Fenny.
Namun, Fenny mendengar saat ini ada layanan perdagangan bahan kebutuhan pokok lewat telepon yang ditawarkan PD Pasar Jaya. ”Rumah saya kebetulan dekat dengan Pasar Kramatjati. Saya penasaran ingin mencoba belanja dengan cara menelepon langsung pedagangnya seperti itu,” katanya.
Di satu sisi, masih ada warga yang memilih cara tradisional. ”Saya tinggal di Tangerang Selatan. Pasar Modern BSD ataupun Bintaro juga punya layanan belanja di mana pembeli bisa menelepon pedagang. Tetapi, karena tukang sayur masih ada tiap hari, saya tidak pernah coba. Kalau belanja, lebih suka titip tukang sayur, segar dan semua diantar,” jelas Corry (30).
Seiring kesulitan warga selama bekerja dari rumah, ditambah adanya kebijakan pemerintah untuk tinggal di rumah dan tidak bepergian, untuk mencegah persebaran virus korona, BUMD DKI Jakarta di bidang pangan menangkap peluang. Perumda Pasar Jaya sudah membuka data sejumlah pedagang dari pasar-pasar yang dikelolanya. Dengan cara itu, pembeli bisa berbelanja dengan cara menelepon pedagang.
”Masyarakat bisa mengecek pasar terdekat dengan rumah tinggal di media sosial Instagram Perumda Pasar Jaya. Lalu, bisa membeli kebutuhan yang diperlukan dengan cara menelepon pedagang pasar terdekat yang tercantum di media sosial,” kata Direktur Usaha dan Pengembangan Perumda Pasar Jaya, Anugrah Esa.
PT Food Station Tjipinang Jaya, BUMD DKI Jakarta yang juga bergerak di bidang pangan, menerapkan hal serupa. Mendukung kebijakan pembatasan sosial yang diambil Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, PT Food Station Tjipinang Jaya mendorong warga Jakarta membeli produk pangan produksi mereka secara daring.
Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Jaya, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, pihaknya saat ini bekerja sama dengan penyedia jasa (marketplace) pembelian daring, seperti Tokopedia, JD.ID, Blibli, Bukalapak, Shopee, Lazada, dan Elevania.
”Hampir semua penyedia jasa penjualan online sudah bekerja sama dengan kami. Jadi, masyarakat tinggal menghubungi mereka untuk membeli produk pangan kami secara online,” ujar Arief.
Produk pangan yang dikemas Food Station dan bisa dibeli secara daring antara lain beras, minyak goreng, tepung terigu, dan gula pasir. ”Penjualan secara online tentu akan mengurangi berkumpulnya orang dalam jumlah banyak,” ujarnya.
Di Pasar Induk Beras Cipinang, lanjut Arief, para pedagang grosir sudah terbiasa dengan menelepon pedagang besar dan kemudian barang diantar. Untuk pedagang kecil, mereka sampai saat ini masih datang ke pasar dan mengambil beras.
Stok pangan cukup
Sebagai tambahan, PT Food Station bersama Perumda Pasar Jaya pada 21-22 Maret 2020 menggelar operasi pasar murah bahan pokok di sejumlah pasar di lima wilayah Jakarta. Namun, untuk mendukung langkah Pemprov DKI Jakarta yang menetapkan status darurat korona, operasi pasar yang sedianya diselenggarakan hingga 24 Maret itu ditunda. Itulah sebabnya PT Food Station mendorong warga untuk berbelanja secara daring.
Untuk stok, tambah Arief, masyarakat Jakarta diminta tidak khawatir. Stok beras sampai hari ini tercatat 27.000 ton dengan beras yang keluar masuk per hari sebanyak 2.500 ton. Untuk gula pasir, stok juga sudah bertambah.
”Gula Food Station sudah masuk 200 ton dari 500 ton order pertama. Berikutnya akan dikirim kembali 1.000 ton dalam seminggu ke depan dari Jawa Timur,” jelas Arief.