Tak beroperasinya sebagian hotel, restoran, dan kafe akibat pandemi Covid-19 membuat sebagian hasil panen petani hortikultura, khususnya sayur dan buah, tak terserap. Petani berharap bisa tetap menjual hasil panennya.
Oleh
M Paschalia Judith J
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hasil panen petani hortikultura, terutama buah dan sayur, yang memasok hotel, restoran, dan kafe tak terserap sebagian. Oleh karena itu, petani mengharapkan akses pasar ke konsumen melalui teknologi digital.
Ketua Umum Perkumpulan Insan Tani dan Nelayan Indonesia (Intani) Guntur Subagja menyatakan, petani hortikultura yang memproduksi sayur dan buah berpotensi mengalami hal tersebut. Sebagian telah mengalaminya.
”Apalagi di Jawa Barat, sentra sayur-sayuran dan buah-buahan. Produk-produk ini dapat dipanen tiap hari dan cepat membusuk. Biasanya, petani di Jawa Barat memasok untuk Jakarta, salah satunya hotel, restoran, dan kafe. Sayangnya, banyak di antaranya yang tutup saat ini,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (26/3/2020).
Menurut Guntur, rata-rata kelompok tani yang terdiri atas 150 orang mengelola lahan seluas 10 hektar. Sayur-sayuran itu dapat dipanen tiap hari dengan total hingga 5-10 ton per hektar dalam satu siklus tanam.
Dengan kondisi itu, petani berharap pasokan produk hortikultura untuk hotel, restoran, dan kafe dialihkan ke konsumen yang membeli lewat aplikasi digital. Namun, petani mesti mampu mengubah kebiasaan, terutama dalam mengemas dan mengikuti prosedur standar operasi (SOP).
Ketua Asosiasi Hortikultura Nasional Anton Muslim memperkirakan, rata-rata pangsa pasar produk hortikultura ke ritel modern serta hotel restoran dan kafe berkisar 20 persen, sedangkan 80 persen lainnya dijual ke pasar tradisional. Akan tetapi, kesejahteraan petani hortikultura tetap terancam apabila hasil panennya tidak mendapatkan akses pasar.
Senada dengan Guntur, Anton menilai teknologi digital menjadi sarana peralihan akses pasar dari horeka ke konsumen langsung. Hal ini sejalan dengan peningkatan permintaan sayur dan buah yang ada di tingkat konsumen.
Terkait SOP untuk menyerap hasil petani panen dalam kondisi tertentu, VP of Corporate Services TaniHub Group Astri Purnamasari menyebutkan, TaniHub Group belum memilikinya. ”Proses bisnis kami tidak berubah. Untuk dapat bermitra, petani dapat menghubungi kami,” ujarnya.
Astri menambahkan, imbauan menjaga jarak fisik dan sosial, permintaan pelanggan terhadap hasil panen petani secara bisnis ke konsumen meningkat. Per 1 Maret 2020, jumlah pengguna TaniHub meningkat sebanyak 20.000 akun. Hal ini membuat kesempatan untuk menyerap lebih banyak lagi hasil panen petani.
Tidak terserapnya hasil panen hortikultura oleh hotel restoran dan kafe membuat Feri (38), bukan nama sebenarnya, membuat konten di media sosialnya kemarin. Konten itu berisi hasil panen petani yang tidak terserap dan terancam di buang karena akan membusuk.
Konten itu pun tersebar di grup obrolan WhatsApp. ”Saya memperoleh informasi dari petani yang sudah menjadi teman selama tiga tahun belakangan. Karena saya bekerja di sektor makanan dan minuman sehingga mengetahui tutupnya sejumlah hotel restoran membuat hasil panen petani tak terbeli,” kata Feri saat dihubungi, Kamis.
Ia mengatakan, setidaknya lebih dari 1 kuintal tomat, cabai, kubis, wortel, dan sawi belum terjual kemarin. Namun, karena kontennya di media sosial, sayur-sayuran hasil panen petani temannya sudah terbeli semua.