Isolasi Bikin Polisi Sibuk, dari Mengejar Warga hingga Pencopet
›
Isolasi Bikin Polisi Sibuk,...
Iklan
Isolasi Bikin Polisi Sibuk, dari Mengejar Warga hingga Pencopet
Pukulan di bawah pinggang tidak cukup untuk menghentikan orang-orang India keluar rumah dan berkumpul. Akhirnya, Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan karantina seluruh India.
Oleh
Kris Mada
·3 menit baca
Dengan lebih dari setengah juta infeksi di seluruh dunia, SAR-CoV-2 menuntut semua pihak semakin serius menghadapi. Keseriusan sampai berujung, antara lain, pada pemukulan warga oleh polisi di India. Di New York, polisi lebih banyak mendatangi kedai dibandingkan dengan mengejar pencopet.
Potongan video polisi-polisi memukuli warga di berbagai penjuru India beredar di antara warganet Indonesia beberapa waktu terakhir. Sebagian orang terbirit-birit menjauhi polisi yang mengayunkan tongkat.
Sebagian lagi terpaksa menerima pukulan di bawah pinggang. Semua pemukulan dilakukan di jalan dan terjadi siang hari.
Pemukulan adalah bentuk sanksi bagi para pelanggar isolasi. Pekan lalu, India memerintahkan pembatasan gerak dan menganjurkan warga diam di rumah. Cara itu untuk mengendalikan penyebaran Covid-19 di negara berpenduduk 1,9 miliar jiwa tersebut.
Setiap orang yang keluar rumah tanpa izin dan tidak menjaga jarak satu sama lain akan dijatuhi sanksi. Sebagian hanya ditegur dan diminta segera pulang ke rumah masing-masing. Sebagian dipukul berkali-kali di bawah pinggang.
Sebelum menjatuhkan sanksi, ribuan polisi diterjunkan ke berbagai penjuru India untuk menyosialisasikan perintah pembatasan gerak dan anjuran diam di rumah. Setelah masa sosialisasi selesai, sanksi mulai dijatuhkan.
Sayangnya, pukulan di bawah pinggang tidak cukup untuk menghentikan orang-orang India keluar rumah dan berkumpul. Akhirnya, Perdana Menteri India Narendra Modi mengumumkan karantina seluruh India. Semua penduduk India wajib tinggal di rumah.
Perintah serupa dikeluarkan Perdana Menteri Inggris Boris Johson. Sejak awal pekan ini, semua warga harus diam di rumah. ”Jika tidak, polisi akan datang memaksa,” ujarnya dalam pidato pengumuman perintah nasional diam di rumah.
Di beberapa negara bagian Amerika Serikat, perintah diam di rumah sudah lebih dulu diberlakukan. Sayangnya, Gubernur New York Andrew Cuomo sampai frustrasi karena masih banyak orang keluar rumah dan berkumpul. ”Sombong, tidak punya hati,” ujarnya.
Ia marah karena lebih dari separuh dari 85.000 orang yang terinfeksi SARS-CoV-2 ada di New York. Dampaknya, rumah sakit di berbagai penjuru negara bagian itu kewalahan.
Kalahkan copet
Untuk mengurangi laju penularan, kepolisian New York juga mulai menerapkan sanksi. Selama beberapa waktu terakhir, polisi New York lebih banyak menghabiskan waktu mengejar pelanggar perintah isolasi mandiri dibandingkan dengan pencopet atau penjahat lain. Kedai makan, kedai minum, dan taman didatangi polisi untuk memastikan tidak ada kerumunan orang
Polisi juga melakukan tugas tidak lazim, melepaskan jaring dari lapangan bola basket. Basket adalah olahraga populer di New York dan menjadi salah satu cara orang berkumpul. Dengan melepaskan jaring dari lapangan, pemerintah kota New York berharap tidak ada lagi yang ke lapangan dan berkumpul.
Setiap orang yang keluar rumah harus menjaga jarak sekurangnya 1,8 meter dari orang lain. Jika lebih dekat dari itu, mereka akan didatangi polisi. ”Kalau ada kumpulan orang, kami bubarkan. Kalau suatu tempat terlalu sesak, kami bubarkan,” kata Wali Kota New York Bill de Blasio.
Di kota tetangga New York, New Jersey, polisi menghukum tiga orang yang secara sengaja menggelar pesta. Di San Francisco, penyelanggara pesta didenda 1.000 dollar AS. Mereka juga diancam penjara hingga setahun karena dijerat dengan tuduhan secara sengaja membahayakan keselamatan umum. (AP/REUTERS)