logo Kompas.id
Mengarak Pusaka Tunggul Wulung...
Iklan

Mengarak Pusaka Tunggul Wulung Saat Pandemi Melanda

Saat wabah flu Spanyol melanda Hindia Belanda pada 1918 dan wabah pes melanda Yoogyakarta pada 1946, tombak Kiai Kanjeng Tunggul Wulung diarak untuk meredakan masalah. Kini perarakan pusaka itu kembali ditunggu.

Oleh
Jimmy S Harianto
· 7 menit baca
https://cdn-assetd.kompas.id/L4u0ymtpRoMAAOwcnw_rHZG3uss=/1024x1365/https%3A%2F%2Fkompas.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2020%2F03%2FWhatsApp-Image-2020-03-27-at-15.55.09_1585299461.jpeg
ARSIP PRIBADI

Jimmy S Harianto, Wartawan Senior Kompas

Suasana Yogyakarta awal bulan Maret saat kedatangan Raja dan Ratu Belanda, Willem Alexander dan Ratu Maxima, masih ayem tentrem. Padahal, Surakarta tetangganya dan juga ibu kota Jakarta sudah bergejolak oleh serangan bertubi-tubi  penyakit Covid-19. Masyarakat Yogya waktu itu malah hangat bergunjing  soal keris Kiai Naga Siluman milik Pangeran Diponegoro, yang dikembalikan Pemerintah Belanda bersamaan dengan kunjungan Raja dan Ratu mereka.

Ketika jatuh korban jiwa, seorang Guru Besar Universitas Gadjah Mada, Prof Iwan Dwiprahasto, meninggal setelah sembilan hari dirawat di Rumah Sakit Sardjito pekan lalu, barulah masyarakat Yogya tergerak untuk berbenah. Malah ada tiga abdi dalem Keraton Ngayogyakarta (ditilik dari samir yang dikalungkan di leher sampai ke bawah dadanya) melakukan semacam sesajian tolak bala.

Editor:
Emilius Caesar Alexey
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000