Amerika Serikat terancam tidak bisa menurunkan "tim impian" bola basket pada Olimpiade Tokyo karena kemungkinan tabrakan jadwal antara NBA dan Olimpiade pada 2021. Kedua ajang olahraga itu ditunda akibat wabah korona.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT – Amerika Serikat terancam tidak bisa menurunkan tim impian bola basket pada Olimpiade Tokyo 2020. Pemain andalan AS seperti Stephen Curry ataupun James Harden berpotensi besar tidak tampil dalam ajang empat tahunan tersebut akibat penundaan Liga Bola Basket Amerika (NBA) dan Olimpiade yang bisa menyebabkan tabrakan jadwal.
Sebelumnya, NBA melalui Komisionernya Adam Silver mengumumkan penundaan kompetisi sampai setidaknya pada April mendatang. Keputusan ini membuat potensi tabrakan jadwal dengan Olimpiade yang juga ditunda.
NBA musim ini, jika kompetisi kembali dimulai April, akan berakhir sekitar Agustus atau September. Kemunduran kompetisi sekitar dua bulan ini memberikan efek domino pada musim 2020-2021. Musim depan yang seharusnya dimulai pada Oktober menjadi Desember ataupun Januari.
Dengan skenario itu, NBA yang berlangsung sekitar 9 bulan, dari musim reguler hingga playoff, baru akan selesai paling cepat pada Agustus. Hal itu membuat kompetisi bertabrakan jadwal dengan Olimpiade yang diperkirakan mulai awal hingga medio 2021.
Tim impian, sebutan skuad basket AS yang dipenuhi pemain terbaik dunia, pun terancam tidak bisa tampil. Padahal tahun depan, tim dalam potensi terbaiknya dengan usia pemain yang semakin matang. Penembak andal Curry dan Harden akan berdampingan dengan pemain bintang lain seperti Kawhi Leonard, Kevin Durant, dan LeBron James.
Direktur Pengelola timnas basket AS Jerry Colangelo menyampaikan, penundaan Olimpiade membuatnya harus mengatur ulang rencana matang yang sudah dibuat, termasuk membuat opsi pemilihan pemain. “Tentu akan ada perubahan sesuai yang dibutuhkan. Kami akan membahas semua rencana cadangan yang memungkinkan,” katanya kepada USA Today.
Menurut Jeff Zillgitt, jurnalis USA Today, timnas AS berpotensi besar hanya diperkuat oleh pemain G-League, kompetisi untuk pemain muda tim-tim NBA. Selain itu, tim yang berada di bawah pelatih Gregg Popovich bisa ditambah dengan pebasket kampus dan pebasket yang bermain di kompetisi luar AS.
Ketidakhadiran pemain terbaik dalam tim tentunya akan mengulang memori buruk pada gelaran Piala Dunia 2019. Saat itu, satu per satu pemain AS meninggalkan timnas dengan alasan ingin fokus persiapan menuju musim NBA.
Tim hanya menyisakan kekuatan lapis ketiga, dengan pemain muda NBA seperti Donovan Mitchel dan Jayson Tatum. Hasilnya mereka dipermalukan dengan prestasi terburuk sepanjang masa, hanya finis di peringkat ke-7.
Colangelo menjamin tim AS akan turun dengan kekuatan terbaiknya meskipun tanpa pemain NBA. “Banyak sekali pemain luar biasa. Kami ingin memberikan dunia yang terbaik. Tetapi kami harus menekan tombol berhenti sementara untuk rencana yang sudah dibuat. Sampai kami mendapatkan informasi selanjutnya, kami hanya bisa memantaunya,” jelasnya.
Tim AS pernah beberapa kali bermain tanpa satu pun pemain NBA. Di bawah pelatih Jeff Van Gundy, mereka lolos kualifikasi Piala Dunia 2019 dengan modal pemain G-League. Sementara itu, pada Piala Dunia 1998, mereka berhasil finis ketiga dengan mengandalkan pemain dari kompetisi di luar AS.
Di luar urusan prestasi, tidak hadirnya bintang NBA tentu akan mengurangi semarak Olimpiade. Survei Olimpiade pada 2012 menyebutkan, basket merupakan olahraga ketiga paling dinanti setelah senam artistik dan renang. “Tanpa pemain NBA tentu akan sangat mengecewakan. Tetapi saya tidak melihat mereka akan menggunakan pemain G-League,” kata Gundy.
Penonton di seluruh dunia begitu menantikan tim impian AS yang menjadi pertunjukan menarik dalam beberapa dekade silam. Pada 1992-2000, generasi awal tim impian dimulai dengan berisikan legenda basket Michael Jordan, Magic Johnson, dan Larry Bird. Mereka berhasil memenangkan seluruh kompetisi besar internasional, kecuali saat tidak masuk timnas pada 1998.
Dekade berikutnya, tim impian kembali lahir pada Olimpiade Beijing 2008 dengan pemain megabintang Kobe Bryant, LeBron James, dan Dwayne Wade. Kehadiran mereka berhasil mengembalikan medali emas Olimpiade yang sempat lepas dari tangan AS pada edisi Olimpiade sebelumnya.
Kekhawatiran tidak bisa mengikuti Olimpiade bahkan dirasakan pebasket Utah Jazz asal Australia, Joe Ingles. Dia sudah bermimpi membawa negaranya berprestasi di Olimpiade. Namun, rencana itu bisa gagal dengan ketidakpastiaan jadwal yang terjadi.
“Saya mengerti Jazz membayar gaji saya. Uang itu sangat besar dan mengharuskan saya di sini (NBA). Tetapi saya mau merepresentasikan Australia. Saya tidak tahu apa yang terjadi nanti, semoga saja musim NBA dan Olimpiade tidak bertabrakan,” sebut Ingles.
Komisioner NBA Adam Silver sedang mencari solusi jadwal yang tepat untuk meneruskan lagi kompetisi dan rencana musim depan. Adapun pemberian jeda di tengah kompetisi musim depan bisa menjadi solusi jitu untuk kebaikan tim AS. (REUTERS)