Pemprov NTT Potong Uang Perjalanan Dinas Enam Bulan untuk Tangani Covid-19
›
Pemprov NTT Potong Uang...
Iklan
Pemprov NTT Potong Uang Perjalanan Dinas Enam Bulan untuk Tangani Covid-19
Pemprov NTT memotong uang perjalanan dinas pejabat dan pegawai negeri sipil selama enam bulan guna mengatasi ancaman Covid-19 di NTT. Uang itu akan dialokasikan untuk insentif tenaga medis dan penanganan Covid-19.
Oleh
KORNELIS KEWA AMA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur memotong uang perjalanan dinas pejabat dan pegawai negeri sipil selama enam bulan guna mengatasi ancaman Covid-19 di NTT. Hingga kini jumlah orang dalam pemantauan mencapai 301 orang, tetapi jumlah ini diperkirakan terus meningkat.
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) Viktor Bungtilu Laiskodat kepada para tenaga medis dan paramedik yang mengikuti simulasi penanganan Covid-19 di Kupang, Jumat (27/3/2020), mengatakan, sebagai bagian dari abdi negara, pejabat dan juga pegawai negeri sipil (PNS) dipanggil terlibat mengatasi Covid-19. Seluruh rakyat, bahkan seluru dunia, sedang berjuang mengalahkan virus ini dengan berbagai daya dan upaya.
”Setelah melalui pembahasan dan kajian bersama, kami memutuskan melakukan pemotongan uang perjalanan dinas selama enam bulan berturut-turut, terhitung dari April 2020. Situasi dan kondisi seperti ini, perjalanan dinas pun bakal tidak dijalankan,” kata Laiskodat.
Uang ini antara lain untuk memberikan insentif kepada para tenaga kesehatan yang bekerja khusus menangani pasien Covid-19, dan mengadakan alat pelindung diri, seperti masker.
Pemotongan uang perjalanan dinas ini tidak merugikan pejabat daerah atau PNS setempat karena uang itu juga tidak dimanfaatkan selama Covid-19 masih merebak di seluruh Tanah Air. Belum ada kasus positif korona di NTT, tetapi secara nasional kasus itu terus memperlihatkan kenaikan.
Ia mengajak para bupati dan wali kota mengkaji ulang keuangan daerah saat ini. Dampak dari virus korona tidak hanya bagi kesehatan, tetapi juga ekonomi masyarakat, terutama usaha kecil dan menengah. Kelompok ini perlu mendapatkan dukungan dari pemda setempat.
Laiskodat juga memuji para tenaga kesehatan se-NTT yang mengikuti simulasi penanganan Covid-19 di RSUD WZ Yohannes Kupang. Tenaga kesehatan adalah ujung tombak, dan garda terdepan penanganan virus korona dan penyakit lain.
Menangani virus korona tidak hanya bergantung pada ketersediaan alat pelindung diri (APD) tetapi keterampilan, kemauan, dan semangat juang para tenaga kesehatan untuk mengalahkan virus. Senjata utama tenaga kesehatan harus dipersiapkan dari diri sendiri, yakni keyakinan untuk mengalahkan virus dengan melindungi diri dan menyembuhkan pasien. Keyakinan yang kuat, harapan yang teguh, iman yang kokoh, dan keterampilan yang dimiliki, tenaga kesehatan mampu menjadi pemenang.
Sekitar 600 tenaga kesehatan dari 22 kabupaten/kota se-NTT mengikuti simulasi itu. Mereka adalah para kepala dinas kesehatan, direktur rumah sakit, tenaga dokter ahli penyakit dalam dan dokter ahli paru, serta tenaga analis atau laboratorium dan perawat. Simulasi penanganan pasien korona berlangsung di RSUD Yohannes Kupang, pada Jumat- Sabtu, 27-28 Maret.
Mince Marta (32), salah satu perawat di Kota Kupang, mengatakan tidak takut menangani pasien Covid-19. Ia hanya berharap pemerintah menyediakan APD secara memadai sesuai standar WHO dan Kementerian Kesehatan.
”Jangan sampai kita dipaksa melayani di tengah keterbatasan APD yang ada. Apalagi menangani pasien jenis ini, APD harus sesuai standar protokol kesehatan. Tidak ada istilah minimalis, atau seadanya,” kata Martha.
Ia mengaku tidak membutuhkan insentif khusus selama melayani pasien Covid-19. Ia membutuhkan kerja sama, saling menolong, dan saling memahami antara dokter, laboratorium, perawat, dan pimpinan rumah sakit. Kebanggaan Martha ada pada kesembuhan pasien yang dilayani, bukan pada tunjang khusus.
Sementara itu, Kepala Biro Humas Setda NTT Marius Jelamu mengatakan, per 26 Maret 2020 sebanyak 301 orang dalam pemantauan (ODP) di NTT, tetapi 26 orang sudah bebas dari pemantauan, sisa 275 orang. Mereka ini melakukan karantina mandiri di rumah selama 14 hari.
Sebanyak 19 sampel tes usap (swab) pasien dalam pengawasan (PDP) telah dikirim ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. Lima sampel telah dikembalikan ke NTT, hasilnya negatif Covid-19. Sisa 14 sampel masih dalam proses pemeriksaan.
Sisa 14 swab, satu di antara PDP meninggal di Labuan Bajo. Namun, kematian ini belum dapat dipastikan akibat korona karena pasien mengalami sakit sejak awal Februari 2020 dan dirawat di salah satu rumah sakit di Surabaya, Jawa Timur. Pasien ini sempat dinyatakan sembuh setelah dirawat di Surabaya, kemudian pulang ke Manggarai Barat dan meninggal pada Rabu, 25 Maret.