Pencegahan penyebaran wabah Covid-19 merupakan tanggung jawab iman sebagai umat beragama dan sebagai warga negara. Dengan beribadah di rumah, umat beragama saling menyelamatkan jiwa dengan dasar ikhtiar batin.
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pencegahan penyebaran wabah Covid-19 merupakan tanggung jawab iman seluruh warga negara Indonesia, baik sebagai umat beragama maupun sebagai warga negara. Dengan beribadah di rumah, umat beragama saling menyelamatkan jiwa dengan dasar ikhtiar batin.
Para pemuka agama memberikan imbauannya pada konferensi pers di Jakarta, Sabtu (28/3/2020). Acara itu dihadiri oleh perwakilan dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI).
Sekretaris Komisi Fatwa MUI Asrorun Ni’am Sholeh mengungkapkan, pembatasan sosial bukan berarti pelarangan ibadah di masjid. Namun, justru di tengah wabah Covid-19 ini, umat Islam diminta untuk meningkatkan ibadahnya dalam bentuk ikhtiar batin di rumah.
”Tidak berkerumunan dan menjaga jarak adalah kontribusi kita untuk menyelamatkan jiwa. Silakan beribadah di rumah,” ucap Asronun.
MUI telah mengeluarkan Fatwa No 14/2020 tentang pedoman pelaksanaan ibadah dengan isi, antara lain, ibadah yang dijalankan dengan cara kerumunan agar seminimal mungkin dihindari.
Senada dengan MUI, Sekretaris Umum Pendeta PGI Jacklevyn F Manuputty mengungkapkan, menaati protokol pembatasan sosial merupakan tanggung jawab iman sebagai umat beragama dan warga negara. Beribadah di rumah tidak akan mengurangi nilai ibadah umat.
”Justru ini kesempatan untuk membangun spiritualitas keluarga, keintiman iman keluarga, dan saling mendekatkan diri satu sama lain,” ungkapnya.
Menurut Jacklevyn, dengan beribadah dan bekerja dari rumah, bukan berarti sedang berlibur dan seenaknya pergi ke tempat hiburan. Hal itu hanya akan memperburuk keadaan dan menambah jumlah korban.
”Mari kita saling menyelamatkan dan mari bersama-sama melawan wabah mematikan ini dengan tetap berada di rumah,” kata Jacklevyn.
Solidaritas sosial
Sekretaris Komisi Komunikasi Sosial KWI Romo Anthonius Steven Lalu Pr mengajak umat Katolik untuk tidak melupakan komunitas atau kelompok kecil yang menderita dan terpukul dengan keadaan saat ini. Mereka perlu uluran tangan dalam bingkai solidaritas sosial.
”Kita manfaatkan teknologi yang ada untuk beribadah, tetapi juga tetap saling membantu orang-orang yang sangat terdampak oleh wabah ini,” ujarnya.
Romo Steven menjelaskan, pihaknya sudah menyelenggarakan ibadah melalui teknologi dan media sosial yang bisa dijalankan umat Katolik di rumah masing-masing. Ia juga mengingatkan agar di masa Pra-Paskah umat Katolik bisa berkontribusi memberikan bantuan atau minimal mendoakan mereka yang berada di garda depan melawan wabah mematikan.
Relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Hong Tjhin, menyampaikan, umat Buddha telah diimbau untuk menghentikan kegiatan yang sifatnya berkumpul, dan juga menjaga jarak minimal 2 meter, serta merekomendasikan agar kegiatan di tempat ibadah bisa dilakukan dengan bantuan teknologi.
”Melindungi diri sama dengan melindungi orang lain. Mari kita saling menguatkan dalam doa,” kata Hong.
Ketua Bidang Kesehatan dan Sosial Kemanusiaan PHDI Pusat Nyoman Suartanu menambahkan, untuk mencegah Covid-19, umat Hindu diimbau melakukan kegiatan keagamaan cukup dari rumah, mulai dari melakukan doa hingga meditasi untuk kesembuhan dan perbaikan bangsa.
”Wabah ini merupakan bencana besar. Mari kita kuatkan iman kita untuk melawan wabah ini,” ujarnya.