”Terkunci” di Negeri Orang akibat Kebijakan Pencegahan Covid-19
›
”Terkunci” di Negeri Orang...
Iklan
”Terkunci” di Negeri Orang akibat Kebijakan Pencegahan Covid-19
Karena kebijalan penguncian di banyak negara untuk menghambat penyebaran virus korona, ribuan wisatawan terkunci di beberapa negara, bahkan ada yang sampai harus menginap di bandara.
Oleh
Elok Dyah Messwati
·4 menit baca
Valerie Azure (31), perempuan asal Rusia yang bekerja sebagai manajer sebuah hostel di Pulau Koh Tao, Thailand, tak pernah menyangka dia akan ”terkunci” dan harus menghabiskan empat malam terakhir di lantai bandara internasional Kuala Lumpur, Malaysia, bersama putranya yang masih berusia 9 tahun.
Hal ini karena Thailand dan Malaysia memberlakukan kebijakan ”penguncian” (lockdown) dan membatalkan penerbangan untuk mencegah penyebaran virus korona. Bersama Azure, ada puluhan penumpang pesawat yang juga ”terkunci” di bandara.
Setelah beberapa minggu menjadi sukarelawan di sebuah pusat komunitas untuk para pengungsi Afghanistan di Malaysia, Azure mengatakan bahwa dia dan putranya hendak pulang ke Thailand dengan naik penerbangan AirAsia pada Senin (23/3/2020), tetapi begitu mendarat di Thailand, mereka dikirim kembali ke Kuala Lumpur setelah pejabat di Thailand meminta tes darah yang membuktikan bahwa mereka bebas dari virus korona.
Malaysia telah melarang orang asing masuk sejak 18 Maret 2020. Karena kebijakan itu, Azure dan anaknya serta puluhan penumpang lainnya yang dikirim kembali ke Kuala Lumpur tidak diizinkan masuk Malaysia dan harus bertahan di bandara.
”Mereka mengatakan, ’Anda harus tinggal di sini’. Kami pikir mungkin mereka tidak serius pada awalnya,” kata Azure. Ia mengatakan, ada puluhan penumpang dari Vietnam, Pakistan, dan Filipina terdampar di bandara bersamanya. Staf maskapai membawakan mereka tiga kali sehari nasi atau mi dan air. Mereka tidur di tempat tidur sementara yang dibuat dari karton dan kain.
Azure, yang telah tinggal di Thailand selama tujuh tahun terakhir dan mengelola sebuah hostel di Pulau Koh Tao, mengatakan ia tidak mampu membeli tiket pesawat seharga 3.000 dollar AS (Rp 48 juta) untuk pulang ke Rusia, di mana dia sudah tidak memiliki teman atau keluarga.
Mereka berencana tinggal di bandara Kuala Lumpur sampai kebijakan penguncian Malaysia untuk warga asing berakhir pada 31 Maret 2020. Namun, kebijakan penguncian Malaysia ternyata diperpanjang sampai 14 April 2020. Kedutaan Rusia di Kuala Lumpur mengatakan kepada Azure bahwa mereka mungkin akan dibawa ke pusat penahanan imigrasi.
Namun, saat ini tak hanya mereka, ada ribuan orang yang juga terdampar di seluruh dunia.
Upaya memulangkan
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan bahwa pesawat pertama British Airways yang dicarter Pemerintah Inggris untuk memulangkan warga Inggris yang terjebak di Peru telah mendarat di London pada Kamis (26/3/2020).
Sementara Menteri Luar Negeri Perancis Jean-Yves Le Drian mengatakan kepada radio Europe 1 bahwa Pemerintah Perancis masih berusaha memulangkan 30.000 warganya dari luar negeri karena virus korona. Selama sepekan terakhir, Perancis telah memulangkan sekitar 100.000 warganya.
Perancis dan Malaysia telah mengorganisasi penerbangan sewa untuk memulangkan ratusan warga mereka yang terdampar di Kamboja setelah negara di Asia Tenggara itu mengunci perbatasan dan membatalkan penerbangan setelah pandemi virus korona.
”Kami berusaha mencari solusi bagi wisatawan Perancis yang terdampar karena penerbangannya dibatalkan atau tidak dapat lagi melalui pusat transit di kawasan itu,” kata Hugo Wavrin, penasihat politik dan pers Kedutaan Besar Perancis di Kamboja. Menurut Wavrin, sebuah penerbangan carter khusus berangkat pada Kamis mengangkut 413 warga Perancis.
Dia mengatakan, 100 warga Perancis lainnya akan meninggalkan Kamboja pada Sabtu dan beberapa orang lainnya akan berangkat dalam dua hari ke depan dengan penerbangan komersial reguler.
Menteri Luar Negeri Kamboja Prak Sokhonn mengatakan, Pemerintah Malaysia juga mengirim pesawat khusus untuk membawa pulang 111 warga Malaysia yang terdampar pada Rabu lalu.
Pada saat yang sama, Kamboja berkoordinasi dengan Malaysia untuk memulangkan enam warga Kamboja yang terdampar di Malaysia. Kamboja melaporkan dua kasus virus korona baru pada Kamis lalu sehingga total kasus Covid-19 di Kamboja menjadi 98 orang.
Menjemput di Nepal
Pemerintah Jerman pada Jumat (27/3/2020) menjemput ratusan wisatawan Jerman yang terdampar di Nepal sejak negara itu memberlakukan penguncian pada awal minggu ini. Deo Chandra Lal Karna, pejabat di Bandara Internasional Tribhuvan Kathmandu, ibu kota Nepal, mengatakan, penerbangan carter Qatar Airways telah lepas landas membawa 305 penumpang pulang ke Jerman.
Pejabat imigrasi Nepal, Sagar Acharya, mengatakan, sebagian besar penumpang adalah warga negara Jerman atau memiliki koneksi ke negara itu. Bandara dibuka kembali hanya untuk penerbangan carter yang mendarat ke Nepal tanpa membawa penumpang.
Nepal yang memiliki gunung tertinggi di dunia Everest dan jalur hiking tersebut sangat populer di kalangan wisatawan selama musim semi ketika cuaca mendukung untuk mendaki.
Gunung Everest (8.848 meter) terlihat di wilayah Everest, sekitar 140 km timur laut Kathmandu, Nepal, Senin (27/5/2019). Sampai saat ini terdapat 10.000 wisatawan yang masih terdampar di Nepal karena Pemerintah Nepal memberlakukan penguncian penuh yang menghentikan semua penerbangan dan perjalanan darat untuk mencegah penyebaran virus korona. Bisnis dan kantor pemerintah juga tutup. Nepal sampai saat ini hanya memiliki tiga kasus Covid-19 yang terkonfirmasi, termasuk satu orang yang telah pulih. (REUTERS/AP/AFP)