Meski Sudah Sembuh, Pemkot Surabaya Tetap Mendampingi Pasien Covid-19
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan tetap memberikan pendampingan kepada pasien Covid-19 meski sudah dinyatakan sembuh oleh tim dokter. Pasien diberi vitamin serta suplemen untuk menambah imunitas pasien itu
SURABAYA, KOMPAS - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan tetap memberikan pendampingan kepada pasien Covid-19 meski sudah dinyatakan sembuh oleh tim dokter. Pemantauan ini dengan cara memberikan vitamin serta makanan suplemen untuk menambah imun atau daya tahan tubuh pasien yang sembuh dari penyakit Covid-19.
“Pemkot tetap beri vitamin dan makanan suplemen, dan pasien harus jaga kesehatannya,” kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini di Taman Surya Surabaya, Minggu (29/3/2020).
Di samping itu, Risma juga mendorong dan terus mengingatkan kepada keluarga agar untuk sementara waktu, pasien itu tidak melakukan hal yang bisa membuat stres atau lelah. “Keluarganya harus saling mengingatkan untuk jaga kesehatannya, tidak boleh capek, dan jangan stres atau panik,” katanya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Febria Rachmanita menyampaikan, jumlah positif Covid-19 di Surabaya berjumlah 33 orang. Dengan rincian, 31 warga Surabaya dan 2 orang terkonfirmasi luar Surabaya. Sedangkan 6 orang lain sudah dinyatakan sembuh, mereka masing-masing 5 orang warga Surabaya dan 1 luar Surabaya. “Jadi ada enam orang sudah dinyatakan sembuh,” kata Febria.
Keluarganya harus saling mengingatkan untuk terus menjaga kesehatan, tidak boleh capek dan jangan stres atau panik (Tri Rismaharini)
Dia menyebutkan jumlah orang dalam pemantauan (ODP) di Surabaya yang sudah selesai dilakukan pemantauan sebanyak 161 orang dari totalnya 189 orang. Sedangkan ODP yang belum dilakukan pemantauan 28 orang. Hal ini dikarenakan mereka belum habis masa inkubasi 14 hari.
Untuk pasien dalam pengawasan (PDP) berjumlah 16 orang. Sebanyak 9 orang di antaranya saat ini masih dirawat di rumah sakit, sedangkan sisanya melakukan isolasi mandiri di rumah. Sedangkan untuk orang dengan risiko (ODR) di Surabaya, berjumlah 4.135 orang. ODR adalah mereka yang diketahui telah bepergian ke daerah terjangkit, namun kondisinya tetap sehat.
Baca juga : Gerakan Swadaya Warga Menghadang Korona Kian Tumbuh
Meski begitu, pihaknya tetap melakukan rapid test atau test cepat kepada ODR, untuk memastikan kondisi mereka aman dari penularan virus korona. "ODR ada 4.135 orang yang akan melakukan rapid test, karena mereka habis bepergian ke daerah terjangkit tapi kondisinya sehat,” ujar Febria.
Sulit bernafas
Sementara, satu dari enam warga Kota Surabaya yang beberapa pekan lalu positif terjangkit Covid-19 ini, dinyatakan sembuh. Pasien bernama Christina sudah pulih setelah menjalani berbagai proses perawatan di rumah sakit selama lebih dari dua pekan. Menurut Christina melalui telepon seluler kepada tim Humas Pemkot Surabaya, awal Maret 2020, dia mulai merasakan perubahan pada kondisi tubuhnya.
Lima hari yang luar biasa berat. Saya merasakan betapa sakitnya. Dokter terus mendukung saya, ibu tidak apa-apa jalan pelan-pelan selangkah dulu dan pakai oksigen. Lalu setelah itu dimasukkan ke ruang isolasi namun tanpa peralatan (Christina)
Awalnya demam tinggi, disusul badan terasa patah-patah dan kehilangan nafsu makan. Atas kondisi itu, pada 9 Maret 2020 Christina memeriksakan kesehatan di Rumah Sakit Mitra Keluarga Surabaya. Dia pun sempat diopname di RS itu karena untuk kondisinya kian lemas dan sulit bernafas. Dada kanan sempat berwarna abu-abu, dan sudah hilang atau sembuh karena terapi. Saat bersamaan dada kiri seperti berbentuk embun.
Dengan kondisi yang semakin buruk, Christina lalau dibawa ke RS Universitas Airlangga (RSUA) pada 11 Maret untuk dilakukan swab tenggorokan dan hidung. Christina pun lantas dibawa ke RSUD dr Soetomo dan langsung masuk dalam ruang isolasi khusus. "Saya tahu saat dimasukkan ke ruang isolasi khusus. Dengan kondisi lemas saat bernafas, dan langsung dipasang oksigen dan sendirian di ruangan itu," katanya.
Baca juga : Plasma Darah Pasien Sembuh untuk Mengobati Penderita Covid-19
Selama perawatan super intensif di ruang isolasi khusus itu, ibu dua anak ini tidak mengetahui kalau ia tengah mengidap penyakit Cofid-19 yang sedang mewabah di berbagai belahan dunia. Bahkan, yang dia tahu dokter hanya menyampaikan bahwa kondisi pasien harus sembuh, harus kuat dan tidak putus dalam berdoa.
“Ibu harus sembuh, ibu sehat, karena hanya ibu yang bisa membantu diri ibu sendiri, imun yang membentengi ibu sendiri. Itu kata dokter pada saya. Tidak pernah sama sekali dokter dan perawat bilang pada saya tentang virus korona,” katanya.
Menurut dia, selama beberapa hari dirawat di ruang isolasi merupakan hari paling berat yang pernah dilewati. Setelah keluar dari ruang isolasi khusus penuh peralatan medis, Christina harus menjalani tahap berikutnya masuk ke ruang isolasi tanpa peralatan.
"Lima hari yang luar biasa berat. Saya merasakan betapa sakitnya. Dokter terus mendukung saya, ibu tidak apa-apa jalan pelan-pelan selangkah dulu dan pakai oksigen. Lalu setelah itu saya dimasukkan ke ruang isola yang tanpa peralatan lagi,” ujarnya.
Setelah hari kedelapan dirawat di RSUD dr Soetomo, akhirnya dia dapat bertemu dengan sang suami. Pada kesempatan itu, dokter menyampaikan bahwa kondisi Christina sudah resmi negatif Covid-19. “Dokter bilang pada suami kalau saya sudah kembali sehat dan dinyatakan negatif Covid-19,” tegasnya.
Meskipun saat ini Christina sudah kembali ke rumah, ia tetap harus membatasi kegiatannya sembari menjaga pola hidup agar tetap sehat. Pemkot Surabaya pun terus memantau kondisi pasien yang sudah sembuh itu melalui puskesmas terdekat. Bahkan, pemkot memberikan perhatian khusus kepada Christina dengan memberikan vitamin, suplemen dan makanan sehat.
Baca juga : Pemkot Surabaya Utamakan ”Rapid Test” bagi Petugas Kesehatan dan ODP
"Terima kasih sekali kepada Bu Risma dan jajarannya atas apa yang sudah saya terima. Bahkan selama saya sakit suami dan anak saya diperhatikan. Pemimpin memberi kejelasan terhadap bawahan, dan bawahan menjalankan tugasnya,” ucapnya.
Christina berharap, warga Kota Surabaya juga dapat mematuhi aturan yang sudah ditetapkan pemerintah. Terlebih, dia sebagai mantan pasien Covid-19 sudah merasakan betapa sakitnya melawan virus tersebut. “Peraturan pemerintah itu harus didengar. Ini bukan penyakit atau virus biasa. Saya sudah mengalami ini. Untuk anak muda, sudah tidak usah lagi keluar kalau sekadar nongkrong itu tidak perlu. Batasi interaksi. Memang ada dokter tapi, dia juga manusia,” pungkas dia
Bisa dilawan
Risma terus memberi penegasan kepada warga Surabaya, bahwa vitrus korona bisa menyerang manusia hanya kalau daya tahan tubuhnya lemah. Karena itu dibutuhkan banyak minum vitamin C, rajin olahraga dan istirahat teratur agar imun tubuh tetap stabil. Upaya preventif ini memang harus dilakukan untuk mencegah tertularnya virus tersebut.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, salah satu upaya preventif lain untuk mencegah penularan Covid-19 adalah dengan cara berjemur di bawah terik sinar matahari saat pagi dan sore hari. Maka dia berharap berharap kepada pemimpin perusahaan agar mengizinkan pegawainya keluar saat pagi untuk berjemur di bawah terik matahari minimal 15 menit.
“Yang biasa kerja di kantor saya mohon para manager atau direktur mengijinkan pegawainya selama 15 saja, untuk bisa terkena sinar matahari, Itu penting. Para dokter di rumah sakit pun pada pukul 15.00 dan 16.00 keluar untuk berjemur di matahari,” kata Risma
Tak hanya itu, Wali Kota Risma menyebut, dokter juga menyarankan agar sering makan putih telur. Karena, kandungan dalam putih telur ini juga bermanfaat untuk meningkatkan imun atau daya tahan tubuh. "Tadi saya sudah sampaikan juga disarankan oleh dokter untuk makan putih telur untuk daya tahan tubuh, sebaiknya memang mencegah dari pada mengobati,” ujarnya.
Namun begitu, kata dia, dalam kondisi saat ini penting juga untuk saling menjaga jarak antar satu sama lain. Minimal 1,5 hingga 2 meter untuk mencegah penyebaran virus tersebut. “Memang sebaiknya minimal 1,5 meter sampai 2 meter,” tuturnya.
Baca juga : Penyebaran Virus Korona Meluas, Kasus Positif Capai 1.285 Orang, Meninggal 114 Orang
Bagi yang sedang sakit, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga menganjurkan agar menggunakan masker. Sementara yang sehat, kalau masih ragu silahkan menggunakan masker. “Tapi bahwa wajib menjaga jarak minimal 1,5 meter sudah jauh lebih aman,” ujarnya.
Selain itu, ia juga menjelaskan bahwa upaya preventif lain untuk mencegah tertularnya virus tersebut adalah dengan rajin mencuci tangan. Sebab, tangan sering kali digunakan untuk mengusap bibir, hidung ataupun mata. Sehingga itulah yang menyebabkan tubuh cepat tertular virus.
Oleh karena itu supaya tidak gampang (tertular), paling penting tidak boleh menempelkan tangan ke hidung, mulut atau ke mata, sebelum cuci tangan. Presiden UCLG Aspac ini juga mengimbau kepada warga yang tergolong ODP atau ODR yang sudah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya negatif, agar tetap menjaga stamina tubuhnya.
Caranya, dengan banyak minum vitamin B dan C, serta beristirahat yang cukup. "Makan sayur dan buah-buahan dan tetap menjaga kebersihan tubuh, tetap menggunakan masker dan menjauhi kerumunan," ujarnya.