Gempa bumi melanda Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/3/2020), jelang pergantian hari dengan magnitudo 5,8. Laporan sementara, dua orang terluka.
Oleh
VIDELIS JEMALI
·3 menit baca
PALU, KOMPAS — Gempa bumi yang melanda Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/3/2020), jelang pergantian hari dengan magnitudo 5,8. Gempa dirasakan cukup kuat hingga ke Kota Palu dan Kabupaten Poso, Sulteng. Laporan sementara menyebutkan, dua orang terluka akibat tertimpa runtuhan elemen rumah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika menyebutkan, pusat gempa terjadi di daratan di wilayah Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, tepatnya pada koordinat 1,72 Lintang Selatan dan 120,14 Bujur Timur. Pusat gempa berjarak 76 kilometer arah selatan Kota Sigi Biromaru, ibu kota Sigi. Dari Kota Palu, pusat gempa berjarak sekitar 90 kilometer arah selatan ibu kota Sulteng itu. Jika melihat peta, gempa berpusat di sekitar Kecamatan Kulawi, Kulawi Selatan, atau Kecamatan Pipikoro, Sigi. Gempa tidak diikuti tsunami.
Hiposenter gempa pada kedalaman 10 kilometer atau masuk kategori gempa dangkal. Gempa terjadi akibat aktivitas Sesar Palukoro yang memanjang dari selatan Makassar, melewati Kabupaten Donggala, Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan berakhir jelang Teluk Bone, Sulawesi Selatan.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Palu Hendrik Leopatty menyebutkan, berdasarkan laporan koordinasi lintas instansi, ada sejumlah kerusakan bangunan atau rumah akibat gempa itu. Namun, jumlahnya belum bisa dipastikan. ”Laporan itu juga menyebutkan, ada dua warga yang terluka akibat runtuhan bangunan. Mereka kini dievakuasi ke pusat layanan kesehatan setempat,” katanya dalam telekonferensi di Palu, Sulteng, Minggu (29/3/2020).
Saat gempa terjadi, warga di Sigi dan Kota Palu berlarian keluar rumah. Kaca jendela berderik. Pohon-pohon di halaman rumah bergerak terombang-ambing. Guncangan dirasakan selama 7-10 detik.
Setelah gempa usai, banyak warga memilih tetap berada di luar rumah hingga Minggu pagi.
Setelah gempa usai, banyak warga memilih tetap berada di luar rumah hingga Minggu pagi. ”Karena takut, banyak warga tetap berada di luar rumah. Banyak yang tidak lagi tidur,” kata Josua Marundu (30), warga Palu, yang kebetulan berada di Desa Lawua, Kecamatan Kulawi Selatan, Sigi.
Hendrik menyatakan, hingga pukul 11.30 Wita, gempa susulan tercatat sebanyak 42 kali dengan magnitudo terbesar 4,4. Pusat gempa susulan terjadi di sekitar titik gempa utama, baik di sekitar Sigi maupun Poso. ”Gempa susulan besarannya di bawah gempa utama dan itu normal untuk keseimbangan,” ujarnya.
Ia menjelaskan, gempa berkekuatan 5,8 tersebut terjadi di Segmen Moa, salah satu dari empat segmen Sesar Palukoro. Akivitas di segmen tersebut selama ini dikhawatirkan para ahli karena kekuatan atau energinya belum lepas saat gempa besar M 7,4 pada 28 September 2018 dan gempa-gempa lainnya hingga awal 2019.
Adapun tiga segmen lainnya, yakni Segmen Selat Makassar, Segmen Palu, dan Segmen Saluki, turut melepaskan energi saat gempa yang disertai tsunami dan likuefaksi itu terjadi.
”Kemungkinan gempa besar terjadi lagi di segmen itu tak bisa diketahui. Yang jelas energi di Segmen Moa ini lepas dan ini yang ditunggu,” katanya.
Menurut dia, berdasarkan berbagai pemodelan dan kajian, gempa di satu segmen sesar atau patahan dengan kekuatan M 5,6 atau lebih membutuhkan waktu sekitar 10 tahun lagi untuk mengumpulkan energi besar. Masyarakat tidak perlu panik, tetap mengikuti arahan dari pihak berwenang.