Pandemi Covid-19 tidak hanya membuat seniman dan pekerja seni kehilangan sumber pendapatan, masyarakat juga kehilangan kegiatan seni budaya yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Oleh
Yovita Arika
·4 menit baca
Banyaknya kegiatan seni budaya yang batal akibat pandemi coronavirus disease 2019 atau Covid-19 tidak hanya berdampak pada seniman dan pekerja seni, tetapi juga masyarakat. Masyarakat ”kehilangan” kegiatan seni budaya yang selama ini menjadi bagian dari kehidupan mereka.
Sejumlah seniman telah berinisiatif menghibur masyarakat yang terpaksa harus berada di rumah selama masa pembatasan sosial, bahkan di sejumlah negara karena penguncian wilayah (lock down). Dengan memanfaatkan Youtube dan media sosial, sejumlah artis dan musisi terkenal dunia menggelar konser secara daring untuk menghibur masyarakat, terutama mereka yang harus bertugas menangani pandemi Covid-19.
Musisi John Legend, misalnya, ”menggelar konser virtual” dari rumahnya di Amerika Serikat. Sambil memainkan piano, dan ditemani istri, dia menyanyikan lagu ”Everybody Knows”, dan diunggah di akun Instagramnya. Dari rumah masing-masing, penyanyi Charlie Puth, Demi Lovato, dan Miley Cyrus pun menyanyikan lagu-lagu andalan mereka yang diunggah di akun media sosial (The Guardian, 20/3/2020).
Bukan hanya itu, John Legend dan Chris Martin dari Coldplay membantu meluncurkan konser daring yang disebut TogetherAtHome yang didukung Global Citizen. Layanan musik digital Spotify pun meluncurkan ”Spotify Covid-19 Music Relief” dalam upaya memberikan dukungan finansial bagi komunitas musik global yang terdampak pandemi Covid-19.
Melalui ”Spotify Covid-19 Music Relief”, Spotify merekomendasikan organisasi terverifikasi yang menawarkan bantuan keuangan kepada komunitas musik yang terdampak pandemi Covid-19 (artist.spotify.com). Spotify juga mengaktifkan fitur opsional di halaman artis mereka yang akan memungkinkan artis untuk mengumpulkan dana langsung dari para penggemar mereka.
Menghibur dan beramal
Di Indonesia, Najwa Shihab menggandeng sejumlah musisi Tanah Air, menggelar Konser #dirumahaja Musisi Indonesia. Konser ini berlangsung selama empat hari, 25-18 Maret 2020, di kanal Youtube Narasi TV dan kanal Youtube Najwa Shihab. Selain untuk menghibur masyarakat, konser ini juga menggalang dana (donasi) untuk disalurkan ke kelompok-kelompok paling rentan yang terdampak pandemi Covid-19.
Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) mendorong seniman di seluruh dunia untuk berbagi seni budaya dan kreativitas mereka secara daring.
UNESCO juga mendorong negara-negara memberikan perlindungan kepada seniman dengan memastikan para seniman dapat mengakses pasar global dan bahwa mereka mendapatkan penghasilan yang cukup saat ini. Di Indonesia, pemerintah sedang menyiapkan jaring pengaman untuk pekerja seni.
”Saat dunia bekerja untuk mengatasi bahaya langsung Covid-19, kita juga perlu menerapkan langkah-langkah untuk mendukung seniman dan akses ke budaya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang,” kata Ernesto Ottone, Asisten Direktur Jenderal untuk Kebudayaan di Markas Besar UNESCO di Perancis, seperti dikutip di laman UNESCO, Minggu (29/3/2020).
Bukan hanya pertunjukan seni budaya yang batal, tetapi banyak properti Warisan Dunia juga ditutup, yang juga akan memiliki dampak sosial dan ekonomi pada komunitas yang tinggal di dalam dan di sekitar situs-situs ini. Covid-19 telah menyebabkan banyak praktik warisan budaya tak benda, termasuk ritual, ritus, dan upacara, baik yang bersifat keagamaan maupun non-agama terhenti, yang berdampak pada kehidupan sosial dan budaya masyarakat.
UNESCO telah membuka platform UNESCO, seperti World Heritage Journeys in Europe, untuk umum agar masyarakat dapat menjelajahi Warisan Dunia dari rumah mereka. UNESCO juga membuat misi untuk meningkatkan akses masyarakat ke seni budaya dengan meluncurkan kampanye #ShareCulture melalui media sosial.
Semua pihak terkait diminta memastikan bahwa pertunjukan seni budaya dapat diakses oleh semua masyarakat, dan bahwa keragaman ekspresi budaya manusia tetap dapat berkembang, baik secara daring maupun luring (di luar jaringan). Untuk memastikan seni budaya juga dapat diakses oleh masyarakat yang tidak memiliki akses internet dan juga masyarakat adat, maka penggunaan alat analog seperti radio komunitas sangat diperlukan.
Bagi jutaan orang di seluruh dunia, akses ke seni budaya melalui sarana digital masih di luar jangkauan. Berdasarkan data International Telecommunication Union (ITU) PBB, rata-rata 14 persen populasi masyarakat di negara-negara maju belum dapat mengakses internet, di negara-negara berkembang lebih besar lagi, mencapai rata-rata 53 persen populasi.
Pada saat miliaran orang secara fisik terpisah satu sama lain, budaya telah menyatukan kita.
”Sekarang, lebih dari sebelumnya, orang membutuhkan kebudayaan. Kebudayaan membuat kita tangguh. Itu memberi kita harapan. Pada saat miliaran orang secara fisik terpisah satu sama lain, budaya telah menyatukan kita, membuat kita terhubung dan memperpendek jarak di antara kita. Itu telah memberikan kenyamanan, inspirasi, dan harapan pada saat kecemasan dan ketidakpastian yang luar biasa saat ini,” kata Ottone.