Musim panas 2021 menjadi pilihan kuat waktu penyelenggaraan Olimpiade Tokyo 2020. Penundaan satu tahun dinilai cukup untuk membuat dunia pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Oleh
KELVIN HIANUSA
·4 menit baca
TOKYO, MINGGU — Musim panas 2021 menjadi pilihan utama waktu penyelenggaraan Olimpiade Tokyo. Spekulasi penyelenggaraan pada musim semi, yang sempat berkembang, ditepis tuan rumah Jepang. Penundaan selama setahun dinilai paling tepat untuk memastikan dunia, termasuk Jepang, pulih total dari dampak setelah pandemi.
”Permainan ini dimaksudkan untuk musim panas. Jadi, kami berpikir ajang wajib digelar antara Juni dan September,” kata Presiden Panitia Penyelenggara Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo Yoshiro Mori.
Dalam wawancara dengan stasiun televisi Jepang, Mori menyatakan, tanggal penyelenggaraan tidak jauh berbeda dari rencana awal, 24 Juli-9 Agustus 2020. Dari pemberitaan media lokal, kandidat terkuat jatuh pada 23 Juli-8 Agustus 2021. Upacara pembukaan, pada 23 Juli, jatuh tepat pada hari Jumat, sama seperti sebelumnya.
Pernyataan Mori sekaligus menepis spekulasi penyelenggaraan Olimpiade pada musim semi. Sejumlah pihak sempat mempertimbangkan musim semi, pada Maret-Mei, sebagai waktu yang cocok untuk penyelenggaraan karena terbebas dari ajang kejuaraan dunia renang (16 Juli-1 Agustus), atletik (6-15 Agustus), dan Piala Eropa (11 Juni-11 Juli).
Terbebasnya tabrakan jadwal didukung kondisi udara sejuk musim semi. Udara sejuk itu bisa mengurangi protes peserta terkait cuaca lembab dan panas Tokyo pada Juni-September, yang bisa mencapai 32 derajat celsius. Panasnya cuaca membuat Komite Olimpiade Internasional (IOC) memindahkan nomor maraton dan jalan cepat dari Tokyo ke Sapporo.
Namun, tuan rumah, IOC, ataupun sponsor, tetap meyakini musim panas sebagai yang terbaik. Dengan menunda setahun, panita penyelenggara punya cukup waktu untuk mempersiapkan ulang logistik dan sukarelawan. ”Lebih baik jika kita bisa mempersiapkan diri lebih lama,” ucap Mori.
Penundaan setahun dinilai cukup untuk membuat dunia pulih dari dampak pandemi. Seperti dikatakan Presiden IOC Thomas Bach, mereka tidak ingin mengambil risiko mempercepat penundaan dengan gegabah, seperti memajukannya ke musim semi.
”Karena pada saat yang sama, keraguan kami bertumbuh. Apakah dunia telah siap untuk Olimpiade. Ini situasi yang harus kita pertimbangkan lagi bersama-sama,” ujar Bach.
Menunda 12 bulan akan lebih mudah bagi IOC untuk mengatur ulang jadwal kualifikasi atlet. Mereka tinggal menyesuaikan kembali jadwalnya dengan kompetisi reguler tiap-tiap cabang. Kualifikasi menjadi penting karena baru 57 persen kuota atlet di Olimpiade yang terisi.
Penyelenggaraan pada Juli bisa mengeliminasi kekhawatiran akan hak siar. Adapun saat musim semi, stasiun televisi Amerika Serikat yang telah membayar lebih dari 1 miliar dollar AS untuk hak siar Olimpiade, sedang menyiarkan kompetisi bola basket NBA dan liga bisbol (MLB). Penonton televisi akan terbagi, bisa mengurangi rating Olimpiade.
Belum lagi urusan penonton langsung. Perubahan dari musim panas ke musim semi bisa mengubah lanskap penonton. Di negara dengan empat musim, musim panas adalah saat berlibur yang untuk beberapa orang digunakan untuk datang ke ajang olahraga, seperti Olimpiade.
”Olimpiade sudah mengakar dengan musim panas. Mereka memiliki penggemarnya sendiri saat musim panas. Bagaimana jika penonton anjlok karena perubahan yang dilakukan,” kata perenang legendaris AS Micahel Phelps.
Risiko itu tidak mau diambil tuan rumah. Penundaan ajang, yang dilakukan empat bulan sebelum dimulai, bertujuan agar ajang ini tetap sukses. Apalagi, menunda Olimpiade membuat penyelenggara diprediksi menambah biaya 2-3 miliar dollar AS.
Panitia penyelenggara yang telah mengeluarkan 12,6 miliar dollar AS, yang bisa berlipat dua setelah audit pemerintah, pasti tidak mau merugi. Di tengah kondisi ekonomi global yang terguncang akibat pandemi, kerugian bisa memukul tuan rumah. Pengalaman pahit Olimpiade Athena 2004 yang berdampak panjang pada kehancuran ekonomi Yunani sangat dihindari.
Survei Kyodo News menyatakan, keputusan menunda Olimpiade selama setahun didukung 78 persen warga Jepang. Adapun sekitar 5,9 persen mendukung pembatalan, sedangkan 1,8 persen meyakini lebih baik ajang tetap diselenggarakan tepat waktu.
Penyesuaian jadwal
Kabar baik datang dari Presiden Atletik Dunia Sebastian Coe. Dia berkomitmen menyesuaikan jadwal Kejuaraan Dunia Atletik, yang berlangsung dua tahun sekali pada tahun ganjil, dan akan berbenturan dengan Olimpiade jika tanggal tersebut yang dipilih.
”Memiliki dua kejuaraan dunia setelah Olimpiade 2021, pada 2022 dan 2023, bukan hal yang buruk. Apalagi ditambah Olimpiade 2024. Justru ini bisa memberikan panggung buat atletik di mata dunia, setiap tahunnya selama empat tahun beruntun,” sebut Coe.
Olimpiade pada musim panas bukannya tanpa masalah. Masih ada yang harus dipastikan terkait bentrokan jadwal dengan Piala Eropa 2021.
Bentrokan dengan jadwal NBA musim depan juga masih menjadi pertanyaan. Dengan penundaan akibat pandemi Covid-19, NBA musim ini bisa berakhir pada akhir musim panas dan menunda usainya kompetisi NBA musim depan, hingga Agustus atau September. Dengan kata lain, pemain bintang NBA yang lolos ke play off tidak bisa turun membela tim AS di Olimpiade. (AP)