Gerakan Kecil Warga Dorong Ojek Daring Tinggal di Rumah
›
Gerakan Kecil Warga Dorong...
Iklan
Gerakan Kecil Warga Dorong Ojek Daring Tinggal di Rumah
Gerakan tinggal di rumah tak mudah bagi pekerja informal. Tanpa bekerja, mereka tak bisa makan, mengontrak rumah, dan mencukupi kebutuhan keluarganya. Gerakan kecil warga memberikan kebutuhan pokok amat diharapkan.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·4 menit baca
TANGERANG SELATAN, KOMPAS — Gerakan kecil menolong sesama di tengah mewabahnya virus corona terus mendorong sebagian masyarakat untuk berbagi. Imbas sekolah dari rumah, kemudian dilanjutkan dengan bekerja dari rumah, menyebabkan sebagian pekerja informal mulai kelimpungan bertahan.
Sebagian warga perumahan lebih memilih membentengi kawasan perumahannya dengan menutup akses. Ada pula yang masih menoleransi dengan cara membangun sarana penyemprotan disinfektan di pintu masuk wilayahnya sebagai bentuk karantina wilayah secara mandiri. Penyemprotan disinfektan pun dilakukan terhadap pekarangan rumah warga.
”Kami tidak bisa tinggal diam. Imbauan pemerintah untuk work from home dan karantina wilayah yang dilakukan masyarakat, apalagi ada yang sampai melarang pekerja informal masuk wilayah perumahan, seperti tukang sayur keliling, tukang ojek, dan asisten rumah tangga yang bekerja paruh waktu, dampaknya akan sangat terasa,” kata Vincentius Eri Susanto, warga Villa Dago Tol, Serpong, Banten, Minggu (29/3/2020), saat menyalurkan bantuan untuk puluhan tukang ojek daring dan pekerja informal lainnya.
Menurut Eri, bantuan pemerintah tampaknya masih perlu menunggu birokrasi. Sementara kebutuhan hidup para pekerja informal itu tidak akan bisa dihentikan.
Dalam dua hari, Eri bersama warga lingkungan gereja Katolik berupaya menumbuhkan kesadaran akan pentingnya mendorong pekerja informal untuk benar-benar mau berada di rumah. Paling tidak, bantuan kebutuhan pokok yang bisa bertahan di rumah selama 2-3 hari.
Bingkisan berupa beras dan bahan pokok lainnya itu tidak sekadar dibagikan, tetapi juga disisipkan pesan di secarik kertas. ”Berhentilah sejenak, tinggallah bersama keluargamu di rumah. Bantuan ini mungkin hanya cukup untuk 2-3 hari, tetapi bisa menyelamatkan nyawamu dan keluargamu. ’Virus Corona Mengancam Kita Semua’,” begitu bunyi tulisannya.
Ijoy, tukang ojek daring di daerah Serpong, mengatakan, ”Sejak anak-anak sekolahan disuruh belajar dari rumah, sebetulnya belum begitu terasa penurunan pendapatannya. Tapi, begitu diimbau pekerja kantoran disuruh kerja dari rumah, drastis banget turunnya. Sekarang, seperti kayak orang minum obat, hanya 2-3 kali sehari dapat penumpang.”
Padahal, saat kondisi normal, setiap tukang ojek daring bisa memperoleh 10-15 penumpang per hari. Itu pun diperoleh hanya dalam beberapa jam, bukan seharian berada di jalanan menunggu penumpang. Sejak isu virus korona merebak, kata Ijoy, penumpang hanya bisa 2-3 orang selama seharian. Paling dapat penumpang hanya pagi, siang, dan untung-untungan pada malam hari.
Wawan mengatakan, pendapatannya turun drastis. Dalam kondisi normal, bisa mengantongi pendapatan Rp 150.000-Rp 300.000 per hari. Sekarang ini, bisa mendapatkan Rp 50.000 saja susahnya setengah mati.
”Sudah pendapatan berkurang, kebutuhan menunggu penumpang di jalanan enggak bisa berhenti. Kita butuh beli minum, ngopi, atau jajan untuk ganjal perut. Belum lagi beli bensin dan pulsa agar bisa tetap akses orderan penumpang,” kata Wawan.
Apalagi, lanjut Wawan, sudah seminggu ini, ojek mesti pintar-pintar cari jalan. Banyak jalan di perumahan mulai ditutup untuk melindungi warganya dari wabah virus korona. Salah-salah, rute ngojeknya mesti jalan berputar-putar jauh untuk sampai tujuan.
Menurut Wawan, sepinya penumpang membuat anggota komunitasnya harus bekerja hingga tengah malam untuk sekadar menunggu penumpang. Minggu lalu, ada anggotanya yang nyaris dibegal di daerah Kebon Jeruk, Jakarta.
Bukan hanya itu, anggotanya juga kesulitan menghadapi debt collector. Pernah ada anggotanya yang menghadap petugas leasing sepeda motor untuk meminta penundaan pembayaran kredit sepeda motor. Namun, tidak membuahkan hasil. Padahal, pemerintah sudah meminta OJK untuk mengatur penangguhan pinjaman.
”Kami sangat bersyukur, ternyata rasa saling menolong warga masih ada. Ada yang menolong tukang-tukang ojek yang dibelikan makanan. Enggak tahu sampai kapan bisa bertahan kalau virus ini enggak bisa dihentikan,” kata Wawan.
Dari obrolan sejumlah anggota komunitas ojek daring, mereka mengaku takut terkena virus korona. Pulang ke rumah sekarang ada kebiasaan hidup bersih. Mencuci tangan dengan sabun, memisahkan pakaian, dan mandi bersih-bersih sebelum berkumpul dengan istri dan anak-anak.
”Saya enggak mau istri dan anak-anak saya kena gara-gara saya masih keliaran nunggu penumpang di jalan. Dulu, saya bisa saja capek kerja ngojek langsung rebahan di rumah,” kata Wawan.
Wawan ikut mengoordinasi teman-temannya agar memperoleh bingkisan bantuan warga Villa Dago Tol. Namun, proses pembagian tidak dilakukan dengan cara antrean kerumunan orang. Setiap penerima bantuan diminta segera pergi agar tetap bisa menjaga social distancing.