Bob Hasan, yang dikenal ”bapak atletik” Indonesia, berpulang pada Selasa (31/3/2020) siang menyusul penyakit kanker tulang stadium 4B. Semasa hidupnya, Bob dikenal sangat memperhatikan perkembangan olahraga Indonesia.
Oleh
Adrian Fajriansyah
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dunia olahraga Indonesia berkabung. Ketua Umum Pengurus Besar Persatuan Atletik Seluruh Indonesia Bob Hasan atau Mohamad Hasan Gatot Soebroto meninggal dunia pada usia 89 tahun karena penyakit kanker tulang stadium 4B di RS Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta, Selasa (31/3/2020) pukul 11.00.
Semasa hidup, Bob Hasan dikenal sebagai sosok yang sangat memperhatikan perkembangan dunia olahraga nasional, terutama atletik, selama lebih kurang 40 tahun terakhir. Bahkan, sejumlah penghargaan internasional menjadi bukti dedikasi pengusaha kelahiran Jakarta, 24 Februari 1931, itu untuk dunia olahraga di Indonesia, Asia, bahkan dunia.
Koordinator Hubungan Masyarakat PB PASI, Hendri Firzani, dihubungi dari Jakarta, Selasa, mengatakan, Bob Hasan selama ini dikenal sebagai pribadi yang nyaris tidak pernah sakit. Apalagi, dia cukup displin menjaga makan dan rutin melakukan olahraga. Jika pun sakit, dia selalu menyimpan keluhannya sendiri atau tidak pernah memberi tahu orang lain, termasuk keluarganya.
Namun, akhir-akhir ini Bob mengeluh sering sakit di bagian tangan. Ketika diajak ke dokter, dia selalu menolak. Kendati demikian, pada awal Januari lalu atau ketika akan menghadiri rapat Asosiasi Atletik Asia di Bangkok, Thailand, Bob diajak anak pertamanya, Siti Taskiyah, untuk melakukan cek kesehatan di sela-sela kegiatan yang ada. Saat itu, dia akhirnya bersedia untuk melakukan cek kesehatan.
Ternyata, dari pemeriksaan kesehatan di rumah sakit di wilayah Nakhon Ratchasima atau wilayah yang berjarak sekitar dua jam dari Bangkok, Bob terdeteksi memiliki kanker tulang stadium 4B atau sudah kronis. Sel kanker sudah menyebar ke seluruh tubuh, antara lain ke paru-paru.
Karena itu, dia pun sempat dirawat dari Januari-Februari di rumah sakit tersebut. Selama di sana, dirinya dua kali menjalani kemoterapi. Kala itu, kondisinya masih lumayan stabil.
Namun, sekitar tiga minggu lalu, Bob ngotot minta pulang ke Indonesia dengan alasan kangen menjalani kegiatan sehari-hari, antara lain kegiatan sosial membantu sejumlah kampung di wilayah Jawa. Pihak keluarga pun memenuhi keinginan itu.
Sayangnya, saat tiba di Jakarta tiga minggu lalu, kondisi Bob langsung menurun drastis. Keluarga pun membawa Bob untuk dirawat di RSPAD Gatot Soebroto. Di sana, dia sempat akan menjalani kemoterapi ketiga. Akan tetapi, karena kondisi yang lemah dan usia yang uzur, kemoterapi itu ditunda.
Pada hari-hari berikutnya, kondisi dia semakin turun. ”Saya terakhir menjenguk Pak Bob pada Jumat (27/3/2020). Saat itu, Pak Bob sudah jarang ngomong. Dia cuma memberikan isyarat lewat tubuh, lewat kepala, tangan, atau kaki. Hari ini, sekitar pukul 11.00, tiba-tiba saya dapat kabar beliau meninggal dunia,” ujar Hendri yang sudah 10 tahun ikut menjadi pengurus PB PASI.
Bob meninggalkan seorang istri, Pertiwi Hasan, dan tiga anak, yakni Siti Taskiyah (putri), Mohamad Satya Permadi (putra), dan Mohamad Prasandi Iqro (putra). Menurut rencana, jenazah akan dibawa ke rumah duka di kawasan Jalan Sanjaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Selasa ini.
”Kemudian, pada Rabu (1/4) pagi, jenazah akan dibawa dan dikebumikan di pemakaman keluarga di Sidomulyo, Ungaran Timur, Semarang, Jawa Tengah, atau di dekat makam ayah angkatnya, Pahlawan Nasional Jenderal Gatot Soebroto,” kata Hendri.
Dedikasi untuk olahraga
Semasa hidup, selain dikenal sebagai sosok pengusaha sukses serta mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan pada era Orde Baru (Maret-Mei 1998), Bob juga identik dengan dunia olahraga. Hampir separuh hidupnya didedikasikan dalam dunia olahraga, terutama di cabang atletik.
Paling tidak, Bob tercatat sebagai Ketua Umum PB PASI sejak 1976 hingga saat ini atau sudah 44 tahun. Bahkan, pada era 1990-an, Bob pun pernah menjadi pengurus sejumlah organisasi atletik internasional, seperti Presiden Persatuan Atletik Amatir Asia (AAA) selama dua periode (1991-2000) dan anggota dewan pengurus Federasi Asosiasi Atletik Internasional atau IAAF yang sekarang berganti nama menjadi Atletik Dunia atau WA selama 1991-1999.
Dedikasinya terhadap dunia olahraga induk itu pun mendapat pengakuan dunia. Bob pernah mendapat penghargaan Plaque of Merit dari IAAF (WA) karena jasanya memajukan atletik di kawasan Asia pada 1990-an. Dia pun mendapatkan gelar Honorary Life President AAA pada 2015.
Karena rekam jejaknya yang gemilang di dunia atlet nasional dan dunia itu pula, dirinya pernah menjadi anggota kehormatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan Wakil Presiden Komite Olimpiade Asia (OCA).
Selain mengurus atletik, Bob pun pernah dipercaya mengurus sejumlah cabang olahraga lain, antara lain menjadi Ketua Umum PB PSBBSI (angkat besi), Ketua Umum PB Percasi (catur), dan Ketua Umum PB Persani (senam). Dia juga tercatat aktif sebagai pengurus golf nasional. Golf adalah salah satu olahraga favoritnya selain joging.
Sekretaris Kementerian Pemuda dan Olahraga Gatot S Dewa Broto menyampaikan, wafatnya Bob membuat Indonesia kehilangan tokoh olahraga yang sangat berdedikasi untuk kemajuan dunia olahraga Indonesia.
Melahirkan Zohri
Betapa tidak, Bob berani menggelontorkan uang dari saku sendiri untuk memajukan cabang olahraga yang dikelolanya, terutama untuk PB PASI. Bahkan, karena itu, PB PASI pun menjadi contoh cabang yang mampu melakukan pelatnas berkesinambungan atau jangka panjang dengan beberapa lapis atlet dari level remaja, yunior, hingga senior.
Bob berani menggelontorkan uang dari saku sendiri untuk memajukan cabang olahraga yang dikelolanya. Bahkan, karena itu, PB PASI pun menjadi contoh cabang yang mampu melakukan pelatnas berkesinambungan atau jangka panjang dengan beberapa lapis atlet dari level remaja, yunior, hingga senior.
Hasilnya pun nyata. Setidaknya, pada era kepemimpinan Bob, banyak lahir atlet atletik Indonesia dengan skala prestasi internasional, salah satunya pelari 100 meter putra, Lalu Muhammad Zohri. Ia bisa menjadi juara pada Kejuaraan Dunia Yunior 2018 di Finlandia. Bahkan, kini, Zohri pun bisa meraih tiket ke Olimpiade Tokyo 2020.
”Setelah Pak Bob wafat, saya berharap PB PASI bisa tetap meneruskan semua program yang telah dirintis oleh mendiang sejak lama. PB PASI tidak boleh berhenti di sini. Mereka harus buktikan bahwa mampu terus maju setelah Pak Bob tak ada. Kami yakin, PB PASI sudah memikirkan itu ataupun punya strategi setelah Pak Bob tak ada,” ujar Gatot.