Merawat Misi Emas di Masa Penundaan Olimpiade
Penundaan Olimpiade 2020 selama setahun membuka peluang bagi atlet balap sepeda mempersiapkan diri lebih baik. Namun, tekanan psikis dan finansial di tengah ”libur” balapan akibat wabah Covid-19 bisa merusak fokus.
NEW YORK, SENIN — Atlet putri BMX Amerika Serikat, Alise Willoughby, berambisi ”menyepuh” medali perak yang dia raih pada Olimpiade Rio 2016 dengan emas pada Olimpiade Tokyo 2020. Namun, persiapannya terusik oleh wabah Covid-19 yang menghentikan semua kejuaraan dalam rangkaian kualifikasi Olimpiade 2020.
Willoughby kini tidak punya pilihan selain menguatkan mental untuk menjaga motivasi berlatih demi visi besarnya meraih emas Olimpiade Tokyo. Ia semula berasumsi bisa kembali balapan setelah April, sesuai perkiraan Persatuan Balap Sepeda Internasional (UCI) yang menghentikan semua kejuaraan pada 15 Maret dan berlaku surut sejak 3 Maret.
Namun, penundaan Olimpiade Tokyo 2020 hingga setahun juga sulit diikuti dengan perubahan rencana. Saat ini, belum jelas kejuaraan mana yang bisa diikuti hingga musim panas 2021.
Juara dunia BMX 2017 itu pun meneruskan programnya di masa penghentian kejuaraan dengan berlatih kebugaran bersama suaminya, juara dunia BMX dua kali asal Australia, Sam Willoughby, di kediaman mereka, California Selatan, Amerika Serikat. Willoughby beruntung karena memiliki sponsor besar yang mendukung dirinya di saat sulit seperti ini.
Adapun bagi sebagian pebalap sepeda lain, di semua disiplin, ketiadaan sponsor menjadi tekanan berat untuk menjaga persiapan di level tinggi. ”Saya tahu ada sejumlah atlet yang mungkin tidak dalam posisi yang sama, baik secara fisik maupun finansial. Berada dalam situasi ini setahun lagi bisa menjadi sulit bagi beberapa (pebalap), apalagi proses kualifikasi dihentikan. Ini kekacauan bagi banyak orang,” ujar Willoughby, Sabtu (28/3/2020).
Chloe Dygert, pebalap team pursuit disiplin trek dan time trial jalan raya, juga berjuang keras menjaga fokus meraih target emas Olimpiade. Pada Olimpiade Rio de Janeiro 2016, rekan senegara Willoughby itu meraih perak team pursuit putri. Dia kini dibimbing Kristin Armstrong, peraih tiga medali emas individual time trial Olimpiade Beijing 2008, London 2012, dan Rio 2016.
”Kami tidak tahu seberapa lama situasi ini akan berlangsung, balapan apa saja yang masih bisa berjalan, dan mana yang dibatalkan. Namun, target tetap (meraih emas di) Olimpiade. Berlatih untuk tahun depan, itulah apa yang akan kami lakukan,” ujar Dygert yang masih terus berlatih sepeda di kediamannya di Boise, Idaho, AS.
Baca juga : Tour de France Direncanakan Tanpa Penonton
Latihan yang masih rutin dilakukan Dygert adalah latihan blok. Itu adalah jenis program latihan balap sepeda selama dua atau tiga hari beruntun diikuti masa pemulihan untuk menjaga dan meningkatkan kekuatan otot dan kardiovaskular. Mempertahankan volume darah serta kemampuan jantung memompa darah sangat vital bagi pebalap sepeda. Jika kedua hal itu turun, VO2Max akan anjlok dan atlet tidak akan bisa bersaing dalam level tinggi, seperti balap sepeda grand tour dan Olimpiade.
Mempertahankan volume darah serta kemampuan jantung memompa darah sangat vital bagi pebalap sepeda. Jika kedua hal itu turun, VO2Max akan anjlok dan atlet tidak akan bisa bersaing dalam level tinggi, seperti balap sepeda grand tour dan Olimpiade.
Penundaan Olimpiade juga memengaruhi persiapan pebalap asal Italia, Vincenzo Nibali, untuk meraih medali emas balap sepeda jalan raya di Tokyo. Pebalap berusia 35 tahun itu gagal meraih target besarnya itu pada Olimpiade Rio 2016 karena terjatuh dan cedera.
Mantan juara Tour de France itu kini berjuang menjaga kondisi fisiknya, termasuk berat badan, supaya bisa langsung ”tancap gas” saat balapan kembali bergulir. Namun, wabah virus korona baru yang merebak sangat cepat di Eropa membuat pebalap Italia itu sulit berlatih dengan ideal.
”Sekarang, semua keluarga di Italia berada di dapur, memasak,” ujar Nibali dari rumahnya di Lugano, Swiss, pada Jumat lalu.
Pebalap dari Messina, Sisilia, itu masih bisa berlatih sepeda di Swiss meskipun dengan porsi terbatas. Sementara di Italia, semua aktivitas luar ruangan dilarang untuk menghentikan persebaran dan penularan virus korona baru.
Saat ini, semua kompetisi balap sepeda ditunda hingga akhir April. Balapan Giro d’Italia telah ditunda, sedangkan Tour de France (27 Juni-19 Juli) dan Vuelta a Espana (14 Agustus-6 September) masih menunggu situasi wabah Covid-19, apakah bisa dilanjutkan atau ditunda. Balap sepeda tour penting bagi para pebalap elite untuk menjaga kondisinya sekaligus sebagai batu loncatan meraih emas di Olimpiade.
Tantagan di Gunung Fuji
Balap sepeda jalan raya di Olimpiade Tokyo akan menempuh jarak 234 kilometer untuk putra dan 137 kilometer untuk putri. Rute balapan dengan beberapa tanjakan terjal, salah satunya di segmen pendakian Gunung Fuji, menjadi tantangan berat.
Sejumlah pebalap elite, seperti Chris Froome, Romain Bardet, Michael Kwiatkowski, dan Jakob Fugslang, ikut mencoba sebagain rute balapan itu. ”Saya sangat menyukai (rute) ini. Hanya pebalap jago tanjakan yang bisa memenangi ini,” ujar Fugslang, pebalap andalan Denmark, kepada Marca.
Froome, juara empat kali Tour de France, juga menyukai rute menantang itu. ”Saya sangat menyukainya. Ini akan menjadi salah satu target besar. Ini mungkin menjadi peluang besar saya memenangi (medali) emas jalan raya,” ucap pebalap asal Inggris itu.
Kini, para pebalap profesional itu terus bersiap diri dan berusaha tetap berpikir positif karena tekanan psikis bisa menurunkan performa. ”Vincenzo menghadapi ini dengan santai setelah Paris-Nice (8-15 Maret). Dua jam setiap hari (berlatih) tanpa tekanan,” ujar Paolo Slongo, pelatih Nibali.
Dengan penundaan Giro d’Italia, para pebalap profesional kini memiliki enam pekan tanpa kompetisi. ”Kami tidak bisa menyusun program apa pun karena kami tidak tahu kalender (balapan) akan menjadi seperti apa ketika berlangsung kembali,” ujar Slongo.
”Target untuk dia (Nibali) adalah menjaga berat badannya dan tetap bugar karena kami tidak tahu kapan ini (balapan) akan dimulai lagi dan yang terpenting, balapan yang mana. Ini bisa Giro d’Italia atau Tour de France,” katanya.
Kendala dan potensi
Dalam situasi sulit akibat wabah Covid-19 ini, latihan rutin menjaga kebugaran menjadi tantangan berat bagi para pebalap yang tidak memiliki sponsor besar. Federasi balap sepeda nasional juga mengalami kendala pemasukan tanpa ada balapan seperti saat ini. Kondisi ini memengaruhi kemampuan federasi mendukung para pebalapnya.
Padahal, para pebalap membutuhkan nutrisi serta asupan berkualitas untuk mendukung diet yang biayanya tidak murah. Situasi ini membutuhkan perencanaan matang untuk menjaga performa atlet tidak merosot hingga musim panas tahun depan.
”Kami beroperasi dengan asumsi balapan akan kembali ditunda selama April, Mei, dan Juni. Kami merencanakan situasi terburuk dan semoga tidak seperti itu atau tidak terlalu buruk,” ujar Kepala Eksekutif Federasi Balap Sepeda Amerika Serikat Rob DeMartini.
”Terkait dampaknya kepada para atlet, kami telah berbicara selama dua jam tentang bagaimana membuat tim ini lebih kuat. Untuk unjuk diri di Tokyo musim panas mendatang dengan tim yang melakukan lebih baik dibandingkan tim yang akan tampil tahun ini. Sembilan hingga 12 bulan adalah peluang untuk menjadi lebih baik,” kata DeMartini.
Setali tiga uang, Federasi Balap Sepeda Inggris juga melihat potensi perbaikan performa meskipun British Cycling juga dihadapkan pada kendala finansial. Dukungan finansial United Kingdom Sport saat ini hanya sampai Maret 2021. Selain itu, ada keinginan dari sponsornya, HSBC, untuk meninjau ulang kerja sama setelah Olimpiade Tokyo yang awalnya akan berlangsung musim panas 2020. Dengan ditundanya Olimpiade ke tahun 2021, posisi sponsor belum bisa diputuskan.
”Secara umum ada banyak sekali ketidakjelasan. Kami juga baru saja memiliki periode paling mahal dalam balap sepeda, yaitu sejak 18 bulan hingga enam bulan menjelang Olimpiade. Sekarang (dengan penundaan Olimpiade), kami harus mengalami periode itu lagi,” ujar Direktur Performa British Cycling Stephen Park kepada Telegraph.
Namun, di tengah situasi ini, Park melihat penundaan Olimpiade membuka peluang para pebalap muda yang belum matang tahun ini bisa menjadi lebih baik tahun depan. Begitu pula para pebalap veteran yang sempat menurun performanya. Mereka bisa kembali ke performa terbaiknya dengan waktu persiapan lebih panjang.
”Sebagai contoh Mark Cavendish yang ingin membalap di Madison (nomor pada disiplin trek). Dia tidak bisa ikut serta karena tidak memiliki cukup poin UCI. Sekarang, dia mungkin berada dalam posisi untuk bisa lolos jika UCI membuka kesempatan para pebalap seperti dia meraih poin trek,” kata Park.
”Kita semua harus menanyakan kepada diri sendiri, apa yang bisa kita lakukan dengan penundaan ini? Bagaimana supaya kita bisa menjadi lebih baik tahun depan dibandingkan tahun ini?” ujarnya. (REUTERS/AP)