Pemegang hak komersial MotoGP, Dorna, mulai mengucurkan dana bantuan untuk menyelamatkan tim-tim Moto2 dan Moto3 di tengah penundaan balapan akibat wabah Covid-19. Adapun bantuan untuk tim-tim MotoGP masih dikaji.
Oleh
AGUNG SETYAHADI
·4 menit baca
TAMPERE, SELASA – Bagi tim sesukses Ajo Motorsport, penundaan balapan di awal musim 2020 ini sangat membebani kondisi finansial mereka. Padahal, tim Finlandia yang fokus di Moto2 dan Moto3 itu termasuk salah satu tim paling sukses di kedua kelas Grand Prix tersebut. Situasi ini membuat Bridgepoint, perusahaan payung Dorna, mulai mengucurkan dana penyelamat di tengah penundaan balapan akibat pandemi Covid-19.
Aki Ajo, pemilik Ajo Motorsport, berharap balapan bisa kembali berlangsung mulai Juni. Namun, dia juga sadar bahwa persebaran virus korona (SARS-CoV-2) yang semakin meluas di Eropa, berpotensi memperpanjang penundaan balapan. Jika situasi ini berlarut-larut, tim-tim privat, yaitu tim bukan pabrikan, akan mengalami pukulan berat dan terancam pailit.
Berdasarkan data Boxrepsol pada 2019, biaya satu motor tanpa mesin, panel kontrol, atau transponder, mencapai 85.000 euro, sekitar Rp 1,52 miliar. Adapun biaya satu mesin mencapai 12.000 euro, (Rp 205,3 juta). Namun, jika tim menyewa paket berisi enam mesin, dua throttle body, serta dua gearbox, biayanya sekitar 60.000 euro, setara Rp 1,07 miliar dengan kurs 1 Euro=Rp 17.922. Biaya itu di luar pajak dan ongkos transportasi. Pengeluaran lebih besar lagi dengan gaji pebalap, mekanik, kepala mekanik, dan anggota tim lainnya.
“Promotor kami Dorna sangat berpengalaman dan inovatif. Karena itulah saya yakin mereka akan menemukan solusi yang masuk akal,” ujar Aki Ajo kepada Speedweek, Selasa (31/3/2020).
Ajo Motorsport harus menggaji 31 orang, termasuk para pebalap di kelas Moto2, Moto3, dan MotoE. Tim mereka terdiri atas 17 warga Spanyol, dua orang Italia, dua orang Jepang, dan masing-masing satu orang warga Perancis dan Swiss. Di kelas Moto2, Ajo Motorsport diperkuat Tetsuya Nagashima, yang memenangi seri perdana Qatar, dan Jorge Martin yang menjuarai Moto3 pada 2018. Tim ini pula yang mengantar Marc Marquez juara kelas 125cc pada 2010, dan Johann Zarco menjuarai Moto2 pada 2015 dan 2016.
CEO Dorna Carmelo Ezpeleta dalam wawancara dengan media Spanyol AS, Minggu, menyatakan, pihaknya telah mengucurkan dana penyelamat bagi tim-tim Moto2 dan Moto3. “Saya memikirkan banyak hal dan berbicara dengan banyak orang. Kami berusaha membantu tim-tim privat supaya bisa membayar daftar gaji mereka. Kami memahami nilai besar dari kejuaraan dunia adalah orang-orang yang terlibat di dalamya. Ada banyak sekali orang yang bekerja di sini, sekitar 4.500 orang, dan anda harus berusaha menjaga ini tetap hidup dan dalam spirit yang bagus,” ujar Ezpeleta.
“Kami mengetahui kebutuhan tim-tim, dan di Moto2 serta Moto3 kami telah berkontribusi 25.000 euro (sekitar Rp 450,61 juta) per pebalap, untuk saat ini. Ini telah dilakukan melalui IRTA (asosiasi tim-tim balap),” ujar Ezpeleta.
Adapun bantuan untuk tim-tim MotoGP belum disalurkan, karena masih dihitung kebutuhan setiap tim yang berbeda-beda. Sebagai gambaran, kebutuhan tim-tim satelit MotoGP sangat besar. Untuk menyewa motor lengkap membutuhkan anggaran hingga 2 juta euro (Rp 34,18 miliar) per musim per pebalap. Tim satelit boleh menyewa untuk dua pebalap, termasuk paket pengembangan motor, tetapi di luar onderdil. Sementara itu, bagi tim-tim pabrikan, biayanya lebih besar karena motor lebih inovatif, dengan kisaran 3 juta euro (Rp 51,27 miliar), berdasarkan data Boxrepsol.
Biaya yang mahal itu terkait dengan teknologi. Elektronik motor MotoGP, misalnya, bisa menguras biaya hingga 100.000 euro (Rp 1,70 miliar) termasuk sensor-sensor, kabel, dan layar tampilan. Harga komponen dalam paket elektronik motor, harganya tidak ada yang di bawah 1.000 euro (Rp 17,07 juta).
“Di MotoGP beberapa jalur telah diaktifkan supaya bisa membayar gaji pegawai. Itu bukan angka per pebalap tetapi per tim. Anda harus mempertimbangkan berapa pengeluaran bulanan mereka dan mencoba membantu mereka secara finansial, setidaknya untuk tiga bulan ke depan,” tegas Ezpeleta.
Tak bisa dihindarkan
Biaya penyelamat tim-tim Moto2, Moto3, dan MotoGP itu tidak bisa dihindari oleh Bridgepoint. Mereka perlu menjaga kejuaraan dunia MotoGP ini terus bergulir hingga 2041 sesuai kontrak dengan FIM. Selain itu, untuk Superbike kontraknya hingga 2036.
“Kami harus menunggu dan memaksa diri untuk bersabar. Di saat yang sama, kami berharap persebaran virus Korona di Eropa, entah bagaimana bisa dikendalikan dan dibatasi dalam waktu dekat ke depan,” ujar Aki Ajo.
“Saya masih berharap, pada akhir musim ini kami bisa memiliki kejuaraan dunia yang sesungguhnya dengan, misalnya, delapan hingga sepuluh seri di setiap kelas,” ujar Aki Ajo.
Bagi tim-tim Moto2 dan Moto3, pemasukan dari sponsor menjadi sangat penting. Namun, di tengah pendemi global Covid-19 ini, banyak perusahaan yang memangkas pengeluaran, salah satunya anggaran sponsor. Kekhawatiran tidak mendapatkan pemasukan itu membuat tim-tim mau menjalani balapan dalam kondisi apapun yang diputuskan oleh Dorna, termasuk balapan tanpa penonton.
“Kita menghadapi keadaan luar biasa dan saya akan menerima semua syarat, semua solusi, untuk menjaga perusahaan saya, tim saya tetap hidup. Saya bersedia melakukan pengorbanan apapun, prioritasnya adalah menjamin gaji seluruh orang dalam tim saya,” tegas pemilik tim Moto3 Forward-MV Agusta Giovanni Cuzari kepada GPOne.