Cegah Penularan Covid-19, Gunakan Masker dengan Benar di Situasi yang Tepat
›
Cegah Penularan Covid-19,...
Iklan
Cegah Penularan Covid-19, Gunakan Masker dengan Benar di Situasi yang Tepat
Penggunaan masker menjadi salah satu cara melindungi diri dari penularan Covid-19. Namun, masker akan berfungsi maksimal jika dikenakan secara benar, terbuat dari material yang pas, dan digunakan pada momen yang tepat.
Oleh
DEONISIA ARLINTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan masker harus tepat demi mengoptimalkan perlindungan diri dari infeksi virus Sars-CoV-2 yang menjadi penyebab coronavirus disease 2019 atau Covid-19. Ketepatan tak hanya terkait dengan cara pemasangan, tetapi pemilihan jenis masker pun perlu diperhatikan sesuai dengan keperluan pemakai.
Dokter spesialis paru Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Jakarta, Erlina Burhan, dalam konferensi pers dalam jaringan di Jakarta, Rabu (1/4/2020), mengatakan, masker bisa digunakan untuk mencegah penularan Covid-19. Namun, masker hanya salah satu cara untuk mencegah penyakit itu, selain tetap cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menerapkan prinsip hidup bersih dan sehat.
”Masker sebaiknya hanya digunakan oleh orang sakit atau orang yang sedang merawat orang sakit. Selain itu, masker juga digunakan ketika sedang pergi dan berada di kerumunan. Pastikan pula gunakan masker dengan benar,” katanya.
Erlina menambahkan, saat menggunakan masker, harus dipastikan menutup bagian hidung dan mulut. Pastikan juga bagian bawah masker ditarik sampai bagian bawah dagu. Pada kawat bagian atas masker juga perlu ditekan mengikuti tulang hidung. Cara ini diperlukan untuk meminimalkan celah dari bagian masker.
Selain penggunaannya, proses melepas masker setelah digunakan juga perlu diperhatikan. Lepas masker hanya dengan memegang tali yang dikaitkan pada telinga. Setelah itu, pastikan juga cuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Terkati dengan penggunaan masker, Erlina mengimbau masyarakat agar memperhatikan pemilihan jenis masker yang akan digunakan. Masker yang digunakan harus disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan pemakaian.
Setidaknya ada empat jenis masker yang tersedia di pasaran, yakni masker kain, masker bedah, masker N95, dan masker full face respirator. Masker kain bisa digunakan oleh orang yang sehat ketika berada di tempat umum. Penggunaannya bisa berulang kali dengan cara dicuci dengan deterjen dan air hangat.
Meski begitu, prinsip jaga jarak minimal 1,5 meter sampai 2 meter tetap harus diterapkan. Ini kemampuan masker kain untuk memproteksi partikel kecil tidak maksimal. Berkisar 40-90 persen partikel masih bisa menembus masker.
Untuk jenis masker bedah, disarankan digunakan untuk orang sakit atau tenaga medis. Masker ini sebagai perlindungan dari penularan virus melalui droplet atau percikan cairan tubuh yang keluar saat bersin atau batuk. Meski begitu, masker tidak serta merta melindungi pemakainya dari partikel yang terbawa di udara.
Efektivitas penyaringan dari masker bedah untuk partikel berukuran 0,01 mikron berkisar 30-95 persen. Meski begitu, risiko kebocoran paparan virus masih bisa terjadi karena pada bagian kanan dan kiri masker tidak menutupi wajah secara optimal. Masker ini juga hanya bisa digunakan sekali pakai.
Yang penting adalah jaga jarak fisik dan menghindari kontak dengan orang yang demam atau batuk dan pilek. Tentu yang penting juga adalah cuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir.
Sementara masker N95 memiliki efektivitas yang lebih maksimal, yakni mampu menyaring partikel berukuran 0,01 mikron lebih dari 95 persen. Masker jenis ini juga mampu melindungi dari partikel yang terbawa oleh udara. Untuk itu, pemakaiannya hanya untuk tenaga kesehatan yang langsung menangani pasien yang terinfeksi.
”Maker ini tidak disarankan untuk dipakai berulang, hanya sekali pakai. Namun, jika terpaksa, bisa digunakan dengan tata cara khusus, dengan cara menjemur di bawah matahari selama dua-empat hari sampai virus mati,” kata Erlina.
Untuk jenis masker full face respirator, perlindungannya jauh lebih kuat. Efektivitas filtrasi pada partikel berukuran 0,01 mikron bisa mencapai 99 persen. Biasanya masker ini digunakan untuk pekerja industri yang rentan terpapar gas berbahaya. Pemakaiannya juga bisa berulang dengan cara dibersihkan dengan disinfektan.
”Seluruh dunia, dengan adanya wabah Covid-19 ini, memang mengalami kelangkaan masker. Jadi, jangan panic buying. Masker utamanya diperlukan untuk orang sakit. Jika ketersediaan masker tidak mencukupi dan susah diakses oleh orang sakit, justru bisa menjadi sumber penularan. Jadi, masker itu disediakan untuk orang sakit dan tenaga kesehatan,” ujar Erlina.
Secara terpisah, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Ari Fahrial Syam juga mengingatkan agar masyarakat bijak menggunakan disinfektan. Menurut dia, disinfektan sebaiknya hanya digunakan untuk membersihkan permukaan pada peralatan rumah tangga ataupun kantor.
Selain itu, menurut anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), disinfektan tidak perlu disemprotkan langsung ke tubuh seseorang karena bisa menyebabkan iritasi. Apabila terlalu sering menyemprotkan ke lingkungan juga dapat menyebabkan pencemaran.
”Yang penting adalah jaga jarak fisik dan menghindari kontak dengan orang yang demam atau batuk dan pilek. Tentu yang penting juga adalah cuci tangan pakai sabun pada air yang mengalir,” ucap Ari.