Harga sejumlah barang kebutuhan pokok meningkat drastis di Papua dalam sepekan terakhir. Pasokan barang dari Pulau Jawa dan Sulawesi tersendat akibat penutupan pelabuhan di Papua demi mencegah penyebaran Covid-19.
Oleh
fabio costa
·3 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Harga sejumlah barang kebutuhan pokok meningkat drastis di Papua dalam sepekan terakhir. Kondisi ini dipicu tersendatnya pasokan dari Pulau Jawa dan Sulawesi akibat penutupan pelabuhan di Papua demi mencegah penyebaran wabah Covid-19.
Dari hasil pemantauan tim Staf Bahan Pokok dan Strategis Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja Provinsi Papua, di Jayapura, Rabu (1/4/2020), kenaikan harga terjadi pada telur, gula, dan produk hortikultura, seperti bawang merah dan bawang putih.
Harga telur naik dari Rp 60.000 per rak (isi 30 butir) menjadi Rp 75.000 per rak dalam sepekan terakhir. Adapun harga gula naik dari Rp 14.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 18.000 per kg. Sementara harga bawang merah naik dari Rp 40.000 per kg menjadi Rp 60.000 per kg, sedangkan bawang putih dari Rp 35.000 per kg menjadi Rp 50.000 per kg.
Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, UKM, dan Tenaga Kerja Provinsi Papua Laduani Ladamay mengatakan, naiknya harga sejumlah komoditas itu akibat minimnya stok di gudang. Kapal penumpang yang biasanya juga membawa muatan barang kebutuhan pokok tak bisa lagi memasuki wilayah Papua sejak 26 Maret 2020.
Pemerintah Provinsi Papua menutup bandara dan pelabuhan untuk lalu lintas orang demi mencegah penyebaran Covid-19. Penutupan itu dilakukan hingga 9 April. Kebijakan ini akan dievaluasi kembali apabila terjadi peningkatan kasus pasien positif Covid-19 di Papua. Hingga Selasa, jumlah kasus positif di Papua sebanyak 10 orang.
”Kapal Pelni yang dilarang masuk ke Papua tak hanya membawa penumpang, tetapi juga barang muatan seperti telur, bawang, dan buah-buahan. Selama ini, kapal Pelni diminati para distributor karena jadwalnya ke Papua yang rutin,” ungkap Laduani.
Ia menuturkan, Pemprov Papua akan berkoordinasi dengan manajemen PT Pelni untuk membawa barang kebutuhan pokok saja ke wilayah Papua demi menjaga pasokan dan stabilitas harga. Papua selama ini masih sangat bergantung pada barang kebutuhan pokok yang didatangkan dari luar daerah, terutama dari Sulawesi dan Jawa.
”Apabila terjadi kelangkaan di Jayapura, pasokan barang kebutuhan pokok ke sejumlah kabupaten di pesisir maupun pegunungan seperti Jayawijaya akan terdampak. Jayapura menjadi pusat distribusi barang ke kabupaten-kabupaten tersebut,” tutur Laduani.
Kepala Pelni Cabang Jayapura Harianto Sembiring mengakui, sebelum penutupan pelabuhan, sebanyak 10 kapal Pelni setiap bulan membawa penumpang dan muatan barang ke Papua. Kapal Pelni sudah tak bisa memasuki wilayah perairan Papua selama seminggu terakhir sesuai kebijakan pembatasan sosial dari Pemprov Papua.
”Kami siap berkoordinasi dengan pemda setempat terkait wacana kapal Pelni hanya mengangkut barang ke Papua. Namun, kami juga harus menyampaikan hal tersebut ke Kementerian Perhubungan,” ujar Harianto.
Sementara itu, Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jayapura membagikan bantuan kepada 1.400 keluarga di tujuh lokasi pada Rabu pagi. Penerima bantuan adalah warga yang telah terdaftar sebagai peserta Program Keluarga Harapan.
Wakil Wali Kota Jayapura Rustam Satu mengatakan, bantuan tersebut berupa beras, telur, daging ayam, dan sayuran. ”Pemberian bantuan tidak dilakukan di tengah kerumunan warga, tetapi diberikan per individu untuk mencegah penyebaran virus korona,” ucap Rustam yang juga Ketua Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jayapura.