Ide kreatif muncul tidak hanya saat menulis cerita pendek. Di tengah pandemi Covid-19, para penulis cerpen berinisiatif membuka akses gratis bagi khalayak luas. Inilah jeda yang mereka tawarkan.
Oleh
INSAN ALFAJRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejak Indonesia melaporkan kasus positif Covid-19 pertama pada awal Maret lalu, ruang publik sesak oleh informasi mengenai penyakit yang dipicu virus korona baru itu. Untuk memberikan jeda sejenak kepada warga, sejumlah penulis membagikan karya mereka secara gratis melalui platform daring.
Di Galeribukujakarta.com, misalnya, terdapat puluhan buku yang bisa diunduh pembaca secara gratis. Situs itu mencantumkan bahwa karya tersebut dibagikan dengan seizin penulis.
Sastrawan Kurnia Effendi, misalnya, membagikan kumpulan cerpen Anak Arloji yang pernah mendapat penghargaan sastra dari Badan Bahasa tahun 2013. Menurut Kurnia, buku itu sudah terbebas dari ikatan perjanjian dengan penerbit.
Dia melakukan ini karena ingin berbagi dengan warga yang sedang menjalani bekerja dari rumah. ”Bagi orang yang bengong di rumah, sementara mau beli buku susah, ini solusi,” katanya ketika dihubungi, Rabu (1/4/2020), dari Jakarta.
Dia melanjutkan, ada risiko ketika buku itu dibagikan secara gratis. Bisa saja buku itu dibajak oleh oknum tidak bertanggung jawab. ”Makanya saya kirim hanya satu buku dan yang tidak merugikan penerbit. Yang rugi hanya saya bila itu terjadi,” ujarnya.
Bagi orang yang bengong di rumah, sementara mau beli buku susah, ini solusi.
Anak Arloji merupakan kumpulan dari 14 cerpen yang ditulis Kurnia. Salah satunya (”Anak Arloji”) berkisah tentang Bustaman dan istri yang cemas menunggu kelahiran anak pertama. Dokter kandungan langganan mereka terbiasa menghadiahkan arloji kepada pasien-pasiennya setelah melahirkan.
Namun, ada pasien yang anaknya meninggal setelah berumur satu bulan. Meninggalnya anak itu seturut dengan berhentinya arloji yang dihadiahkan sang dokter. Hal ini membuat Bustaman cemas karena ia juga diberi hadiah arloji setelah istrinya melahirkan. Bagaimana kelanjutan kisah Bustaman? Silakan Anda simak sendiri di ”Anak Arloji”.
Selain Kurnia, penulis Eko Triono yang kini tinggal di China juga membagikan karyanya yang bertajuk Kakek dan Cerita Lainnya. Eko terinspirasi dari orang-orang di Xi’an, China, yang saling mendukung dari berbagai lini saat wabah pandemi.
”Sebagai tukang nulis cerita, hanya hal kecil itu yang kupunya, he-he-he. Dan, kupikir itu bisa sedikit ikut mengisi hari-hari membosankan selama di rumah saja,” ucapnya.
Gerakan untuk mendonasikan karya ini digagas oleh sastrawan Damhuri Muhammad. Menurut dia, sudah ada sekitar 90 judul yang bisa diunduh di Galeribukujakarta.com, dikirim oleh 58 penulis. Selain karya sendiri, ada juga penulis yang mengirimkan koleksinya yang sudah tidak punya ikatan dengan penerbit.
Damhuri menjelaskan, hal ini bertujuan untuk menyiapkan bacaan bagi mereka yang bekerja dari rumah. Dia merasa hari-hari kita sudah dikepung oleh angka-angka dan statistik virus korona. Setiap membuka kanal berita, isinya selalu soal korona. Hal ini tak terhindarkan lantaran memang demikian tugas pers.
”Tetapi, aku pikir, kita perlu sedikit jeda. Jangan mikirin korona terus, nanti malah itu yang membuat sakit,” ujarnya.
Karyawan swasta yang tinggal di Jakarta, Asih Anggraini (23), mengaku sumpek tatkala melihat semua orang di media sosialnya membahas tentang korona. ”Terus jadi mikir, ada enggak sih tema lain yang bisa dibahas selain ini,” katanya.
Tetapi, aku pikir, kita perlu sedikit jeda. Jangan mikirin korona terus, nanti malah itu yang membuat sakit.
Oleh sebab itu, sejak beberapa hari terakhir, dia membaca berita korona hanya pada malam hari menjelang tidur. Itu pun terbatas pada perkembangan terkini mengenai kasus tersebut.
Hingga Rabu (1/4/2020), 1.677 orang terinfeksi Covid-19 di Indonesia. Sebanyak 81 orang sembuh dan 136 meninggal.