Penjadwalan ulang laga-laga kompetisi Eropa yang tertunda, terutama Liga Champions, menjadi proses rumit. Penyebaran Covid-19 yang terus meluas turut mempersulit UEFA mencari tanggal ”aman” untuk dilanjutkannya liga itu.
Oleh
Herpin Dewanto Putro
·3 menit baca
NYON, SELASA — UEFA bakal menentukan nasib Liga Champions Eropa dalam sebuah telekonferensi yang akan digelar pada hari ini, Rabu (1/4/2020). Pembahasan ini pun seperti mengurai benang kusut karena menyusun jadwal baru laga Liga Champions yang tertunda akibat pandemi Covid-19 akan sangat rumit.
Pembahasan tersebut akan diikuti para sekretaris jenderal asosiasi sepak bola di bawah UEFA yang berjumlah 55 asosiasi. ”Dalam pembahasan ini akan dilaporkan perkembangan yang telah dicapai dua kelompok kerja yang dibentuk dua pekan lalu dan membahas beberapa opsi mengenai penjadwalan ulang laga-laga,” tulis UEFA dalam pernyataan resminya.
Liga Champions akan menjadi topik utama selain topik-topik lainnya, seperti Liga Europa, kompetisi domestik, transfer pemain, dan kontrak pemain. Situasi yang berkembang saat ini di Eropa menjadi dasar pertimbangan dalam penentuan keputusan tersebut.
Perjalanan Liga Champions musim ini terhenti pada babak 16 besar ketika baru empat laga yang bisa digelar. Empat tim sudah lolos ke babak perempat final, yaitu Paris Saint-Germain, RB Leipzig, Atalanta, dan Atletico Madrid. Namun, laga-laga lainnya, seperti Real Madrid-Manchester City, Chelsea-Bayern Muenchen, Lyon-Juventus, dan Napoli-Barcelona, baru menjalani laga pertama dari dua laga yang harus dijalani.
Melihat penyebaran Covid-19 yang terus meluas di Eropa, UEFA kemudian memutuskan menunda final Liga Champions. Penundaan ini juga mencakup Liga Europa dan Liga Champions putri. Saat itu, UEFA masih meminta waktu untuk menentukan jadwal yang baru.
Final Liga Champions dijadwalkan pada 30 Mei 2020 di Stadion Ataturk Olympic di Istanbul, Turki, sedangkan final Liga Europa pada 27 Mei 2020 di Stadion Energa Gdansk, Polandia. Adapun final Liga Champions putri seharusnya juga berlangsung pada Mei mendatang.
UEFA kini menghadapi tantangan sulit karena kompetisi domestik di Eropa juga diragukan bisa kembali digelar sebelum akhir Juni mendatang. Presiden UEFA Aleksander Ceferin sudah mengatakan kepada surat kabar La Repubblica bahwa kompetisi domestik pada musim ini terancam tidak tuntas jika pada akhir Juni belum bisa bergulir kembali.
Sama seperti nasib kompetisi domestik, ajang Liga Champions atau kompetisi antarklub Eropa lainnya akan menjadi kacau jika terlalu lama tertunda dan baru bisa digelar setelah Juni. Pada Agustus, kompetisi domestik musim yang baru seharusnya sudah bergulir lagi. Klub-klub kembali disibukkan dengan liga maupun kejuaraan domestik lainnya.
Praktis, UEFA harus mempertimbangkan kemungkinan apabila pandemi ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun. Menjadwal ulang final Liga Champions musim 2019-2020 pada tahun depan bukan solusi terbaik karena tahun depan masih ada ajang Piala Eropa dan Copa America yang tertunda.
Konsep ”final four”
Sekretaris Kompetisi UEFA Giorgio Marchetti seperti dilaporkan AS menilai konsep final four merupakan solusi terbaik untuk menuntaskan Liga Champions musim ini. Dengan konsep tersebut, semua laga perempat final dan semifinal digelar hanya satu laga (bukan sistem kandang-tandang). Sejak babak semifinal hingga final, semua pertandingan di fase gugur lanjutan itu digelar di Istanbul.
Konsep final four merupakan solusi terbaik untuk menuntaskan Liga Champions musim ini. Dengan konsep tersebut, semua laga perempat final dan semifinal digelar hanya satu laga (bukan sistem kandang-tandang).
Saat ini, tercatat lebih dari 10.000 kasus positif Covid-19 di Turki. Apabila keadaan memburuk, UEFA mempertimbangkan untuk mencari lokasi laga final yang baru. Namun, hal itu juga tidak mudah karena pandemi ini merata di Eropa.
Setiap negara Eropa juga mengalami fase wabah dan penanganan yang berbeda. Akhir wabah di setiap negara tidak akan sama. Spanyol dan Italia yang sudah lebih dulu dihantam wabah kemungkinan bisa pulih lebih awal, sedangkan Perancis, Jerman, dan Inggris diperkirakan akan lebih lama.
Permasalahan lain yang perlu dipertimbangkan adalah kualitas kompetisi yang diperkirakan menurun. Para pemain saat ini kesulitan berlatih dan bahkan beberapa di antara mereka telah terinfeksi Covid-19.
Klub-klub yang sudah menemukan momentum dan menjadi kuda hitam, seperti Atalanta atau RB Leipzig, akan merasa sangat dirugikan dengan penundaan ini. Mereka butuh waktu untuk kembali memulihkan penampilan terbaiknya. (AFP/REUTERS)