Penyemprotan Disinfektan Bisa Timbulkan Masalah Baru bagi Kesehatan
›
Penyemprotan Disinfektan Bisa ...
Iklan
Penyemprotan Disinfektan Bisa Timbulkan Masalah Baru bagi Kesehatan
Penyemprotan disinfektan secara langsung ke tubuh manusia dinilai membahayakan. Namun, sebagian pengambil kebijakan bergeming dan tetap melanjutkan pelaksanaannya di lapangan.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
NEW DELHI, RABU — Penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia dinilai tidak cukup mengatasi penyebaran pandemi penyakit Covid-9 yang disebabkan virus korona baru atau SARS-CoV-2. Cairan disinfektan yang langsung ke tubuh bahkan dapat menimbulkan masalah baru bagi kesehatan.
Desinfeksi massal kini telah menjadi pemandangan umum di dunia, mulai dari Turki hingga Meksiko dan pekerja migran di India. Tindakan yang dianggap bisa membendung dampak Covid-19 yang telah membunuh lebih dari 40.000 orang itu dikritik para spesialis penyakit sebagai berbahaya bagi kesehatan.
Beberapa waktu lalu, sejumlah orang mempertanyakan tindakan petugas kesehatan Pemerintah India yang menyemprotkan cairan disinfektan ke sejumlah pekerja migran yang hendak pulang ke kampung halamannya setelah Perdana Menteri India Narendra Modi menerapkan kebijakan penutupan (lockdown) secara nasional sejak 25 Maret lalu.
Tindakan petugas kesehatan di Distrik Bareilly, bagian utara Uttar Pradesh, memicu kemarahan karena cairan tersebut disemprotkan langsung ke wajah para pekerja migran yang tengah berjongkok di sebuah lahan terbuka dalam kondisi sinar matahari yang terik.
Nitish Kumar, salah satu pejabat pemerintah setempat, mengakui bahwa tindakan tersebut tidak tepat. Petugas kesehatan seharusnya menyemprot seluruh bagian kendaraan yang akan ditumpangi para pekerja migran itu kembali ke kampung halamannya.
”Saya meminta ada tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab terhadap kejadian ini,” kata Kumar.
Tidak hanya di India, di sejumlah negara, mulai dari Grand Bazaar di Turki hingga Meksiko, termasuk Malaysia, dan Indonesia, penyemprotan disinfektan ke tubuh mausia secara langsung jamak dilakukan dalam beberapa waktu terakhir.
Penyemprotan disinfektan dipercaya oleh banyak kalangan, termasuk dokter, menghambat laju penyebaran virus korona baru yang menempel pada baju, celana, dan jaket yang dipakai warga.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengingatkan soal dampak lain penyemprotan cairan disinfektan ke tubuh manusia secara langsung. Melalui akun media sosialnya, termasuk akun media sosia perwakilannya di Indonesia, WHO menyatakan, penyemprotan alkohol atau klorin tidak akan membunuh virus yang sudah masuk ke dalam tubuh.
Penyemprotan dengan bahan-bahan tersebut, masih menurut WHO, dapat membahayakan apabila terkena kulit atau selaput lendir, seperti di mata dan mulut.
Dale Fisher, ahli penyakit menular Jaringan Peringatan dan Respons Wabah Global yang berkantor di Singapura, mengatakan, tindakan penyemprotan itu menggelikan dan sesungguhnya mengandung unsur kebahayaan yang lebih besar.
”Saya tidak memercayai kalau tindakan tersebut akan memberikan keuntungan untuk merespons wabah ini. Sebaliknya, tindakan tersebut malah semakin membahayakan karena mengandung unsur racun pada cairan yang digunakan,” kata Fisher.
Paul Tambyah, ahli mikrobiologi pada Asia Pacific Society of Clinical Microbiology and Infection, mengatakan, mencuci tangan dengan metode yang baik dan benar serta membersihkan benda-benda yang sering kali disentuh banyak orang atau warga, seperti tombol lift atau lengan karet eskalator dan tangga, memberikan perlindungan yang lebih baik dibandingkan dengan penyemprotan disinfektan secara massal.
”Banyak pemerintah yang menggunakan cara ini (disinfeksi massal) karena murah dan paling gampang. Namun, mereka tetap harus memperhatikan aspek keamanan terhadap warganya setelah penyemprotan itu berlangsung,” kata Paul Tambyah.
Ketat dan aman
Pemerintah Kota Surabaya adalah salah satu pemerintahan di Indonesia yang bergeming soal penyemprotan disinfektan kepada manusia. Mereka terus memperbanyak jumlah bilik disinfektan dan mendistribusikannya ke banyak titik untuk digunakan oleh warga kota tersebut sebagai salah satu langkah menghambat penyebaran virus korona baru itu.
Tidak hanya bilik penyemprotan, Pemerintah Kota surabaya juga menggunakan teknologi drone untuk menyemprotkan cairan disinfektan.
Juru bicara Pemkot Surabaya, Febriadhitya Prajatara, mengatakan, cairan disinfektan yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari para ahli sebelum digunakan oleh pemerintah. Cairan itu bukanlah cairan alkohol murni atau klorin yang dilarang oleh WHO.
Cairan yang digunakan, menurut Febriadhitya, adalah benzalkonium klorida dengan takaran tertentu yang dinilai tidak membahayakan organ tubuh manusia. Dia membandingkan cairan klorin atau alkohol dengan konsentrasi tinggi yang bisa membuat iritasi kulit dengan sabun mandi atau sabun cuci tangan yang fungsinya melemahkan virus.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan, larutan benzalkonium klorida yang digunakan oleh Pemkot Surabaya sudah banyak digunakan untuk obat tetes mata, larutan pembersih mata, gel rongga mulut, dan obat kumur.
Pemerintah Provinsi Jakarta melaksanakan hal yang sama seperti dilakukan oleh Pemkot Surabaya. Warga Jakarta pun mendukung kebijakan ini. ”Saya pikir ini hal yang bagus. Saya merasa terlindugi dengan baik,” kata Fany Anisa, warga Jakarta.
Di Malaysia, pemerintah juga bergeming soal ini. Beberapa pihak, termasuk mantan pejabat, telah mengingatkan soal bahaya penyemprotan disinfektan secara massal.
Christopher Lee, mantan pejabat Direktur Jenderal Penyakit Menular pada Kementerian Kesehatan Malaysia, mengatakan, menyemprotkan cairan disinfektan ke jalan-jalan raya tidak akan berdampak secara signifikan terhadap perlambatan penyebarluasan virus korona baru. Tindakan itu, menurut dia, hanya membuang waktu dan tenaga.
Sebaliknya, Dirjen Kesehatan Kementerian Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah mengatakan, pemerintah akan mengeluarkan petunjuk bagi pemerintah lokal agar penyemprotan massal itu berlangsung secara benar dan tepat sasaran.
Leong Hoe Nam, ahli penyakit menular pada Rumah Sakit Mount Elizabeth, mengatakan, sebaiknya penyemprotan itu dilakukan untuk menghalau massa berkumpul, berkerumun di jalanan atau di keramaian.
”Akan sangat tepat apabila pemerintah menggunakan water cannon untuk membubarkan keramaian dan membuat warga kembali ke rumah masing-masing,” kata Nam. (REUTERS)