Keunikan Wimbledon, salah satunya pengggunaan jenis lapangan rumput, membuat turnamen tenis bersejarah ini sulit untuk dimundurkan. Ancaman wabah Covid-19 membuat turnamen ini terancam dibatalkan.
Oleh
YULIA SAPTHIANI
·3 menit baca
Sebagai kejuaraan tenis tertua dengan segala tradisinya, Wimbledon menjadi turnamen paling prestisius dan unik. Salah satu keunikannya, yakni rumitnya pemeliharaan rumput yang menutupi 18 lapangan untuk pertandingan di All England Club, London, Inggris, membuat penyelenggaraannya sulit dimundurkan.
Tahun ini, salah satu dari empat ajang Grand Slam itu dijadwalkan pada 29 Juni-12 Juli. Namun, wabah Covid-19 yang telah menginfeksi lebih dari 800.000 orang di seluruh dunia itu hampir pasti membuat Wimbledon tak bisa digelar pada waktunya.
Akibat ditutupnya akses ke berbagai negara, turnamen tenis di berbagai level pun dibatalkan atau ditunda sejak pertengahan Maret. Grand Slam lapangan tanah liat, Perancis Terbuka, telah dimundurkan dari 24 Mei-7 Juni menjadi 20 September-4 Oktober, hanya berselang sepekan setelah AS Terbuka, 31 Agustus-13 September.
Memundurkan jadwal Wimbledon, seperti yang dilakukan Perancis Terbuka, sulit dilakukan di tengah padatnya jadwal empat bulan terakhir, dengan asumsi agenda olahraga kembali berjalan normal. Selain Perancis dan AS Terbuka, agenda tenis yang akan digelar pada empat bulan terakhir 2020 di antaranya Piala Laver, Final ATP Next Gen, Final ATP, dan Final Piala Davis.
Hal lain yang membuat Wimbledon sulit diundur adalah faktor rumput. Pemeliharaan rumput sebelum dan selama pertandingan, termasuk lapisan tanah di bawahnya yang harus berada dalam kondisi kering, sangat tergantung pada cuaca.
Meski setiap turnamen di lapangan terbuka diselenggarakan pada musim panas, kondisi cuaca tak sepenuhnya bisa diprediksi. Wimbledon, yang biasanya terganggu hujan hingga suhu cukup dingin, pada 2019 justru berlangsung dalam suhu panas.
Bola memantul lebih pelan dalam cuaca dingin, sebaliknya terasa lebih ringan hingga memantul cepat saat panas. Cuaca ini memengaruhi kondisi tanah hingga menghasilkan pantulan berbeda.
Unik
”Rumput juga sangat bergantung pada cuaca, tumbuh akan lebih bagus saat dingin. Saat panas, rumput itu seolah stres. Tahun lalu, rumput di sini sangat jelek. London diterpa fenomena panas yang belum pernah terjadi dalam 42 tahun terakhir,” tutur Neil Stubley, Ketua All England Club Bidang Lapangan dan Hortikultura kepada The New York Times.
Atas dasar itu, lanjut Stubley, menjadi juara di Wimbledon juga membutuhkan kemampuan unik, karena kondisi lapangan tak selalu sama setiap tahunnya. Pemeliharaan rumput dan tanah dilakukan setiap hari selama 13 hari penyelenggaraan turnamen. Mempersiapkan rumput jenis ryegrass, bahkan telah dilakukan sejak 15 bulan sebelumnya.
Disebutkan dalam laman resmi Wimbledon, sebanyak sembilan ton benih rumput mulai ditanam setiap April, setahun sebelum penyelenggaraan turnamen. Adapun enam ton tanah yang digunakan untuk menutupi 18 lapangan mulai ditebar sekitar Agustus. Setelah dipelihara dengan perlakuan dan ketinggian tertentu pada setiap musim, rumput tersebut harus dipotong agar mencapai tinggi 8 milimeter sepanjang turnamen.
Dengan perhitungan detail untuk menumbuhkan dan memelihara rumput inilah, menggeser waktu penyelenggaraan Wimbledon bukan hal mudah. Karena menggelar turnamen tanpa penonton tak menjadi pilihan panitia, opsi yang sangat mungkin dipilih adalah membatalkan turnamen. Direncanakan, keputusan tersebut akan disampaikan Rabu (1/4/2020).
Wakil Presiden Federasi Tenis Jerman (DTB) Dirk Hordorff mengatakan, panitia telah memutuskan untuk membatalkan Wimbledon tahun ini. ”Saya ada di dalam kepengurusan ATP dan WTA. Keputusan telah dibuat. Mereka akan mengumumkan Wimbledon dibatalkan pada Rabu. Tak ada keraguan tentang itu. Ini adalah keputusan yang memang diperlukan dalam situasi seperti ini,” kata Hordorff.
Jika itu terjadi, Wimbledon pun untuk pertama kalinya tak diselenggarakan dalam era Terbuka (1968). Sejak digelar pertama kali pada tahun 1877, Wimbledon hanya ditiadakan saat berlangsung Perang Dunia I (1915-1918) dan Perang Dunia II (1940-1945).
“Saya pikir, semua orang menunggu Wimbledon. Ini adalah ajang besar yang hingga sekarang masih ada dalam kalender,” kata petenis Inggris Raya, Jamie Murray, pada BBC, Selasa (31/3). Namun, dalam situasi seperti saat ini, petenis spesialis ganda tersebut tak heran jika Wimbledon dibatalkan. (AFP/REUTERS)