Dana lebih dari 2 persen produk domestik bruto dunia disiapkan untuk stimulus global akibat pandemi Covid-19. Sebagian dana stimulus itu dialokasikan bagi warga.
Oleh
·2 menit baca
Sekitar 2,5 miliar penduduk bumi sekarang ini menjalani semacam karantina (lockdown) dengan beragam implementasinya di sejumlah negara. Sebagian warga bisa bekerja dari rumah, tetapi tidak sedikit—terutama warga pekerja sektor informal—menghadapi banyak hambatan. Karantina jelas bukan kemauan warga, melainkan kebijakan yang diterapkan pemerintah di setiap negara guna memutus mata rantai penularan wabah Covid-19. Pembatasan ruang gerak sosial (social distancing), salah satu implementasi karantina, dianggap cara paling efektif melawan wabah itu.
Namun, tanpa jaring pengaman sosial dan stimulus ekonomi, kebijakan karantina sulit dijalankan. Perusahaan butuh suntikan kredit untuk menghindari pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan. Pekerja sektor informal butuh bantuan langsung tunai (BLT) sebagai pengganti pendapatan agar mereka tetap bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sebab, mereka tidak bisa bekerja di luar rumah akibat kebijakan karantina. Alasan sederhana itu yang mendasari negara-negara mengeluarkan kebijakan paket stimulus ekonomi yang menyasar langsung warga.
Perlu kiranya dikutip pernyataan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in saat mengumumkan paket stimulus ekonomi di negaranya, Senin lalu, yang diberitakan harian ini, Selasa (31/3/2020). ”Warga menderita akibat virus korona, dan mereka pantas diberi imbalan atas derita dan partisipasi dalam upaya pencegahan (meluasnya wabah),” kata Presiden Moon. Ada semacam pengakuan atas pengorbanan dan kontribusi warga meski Korsel tidak memilih kebijakan karantina, tetapi penapisan secara masif melalui tes cepat massal.
Terkait stimulus, pemerintahan Moon mengalokasikan 9,1 triliun won atau sekitar 7,44 miliar dollar AS (Rp 121,7 triliun) untuk BLT bagi rumah tangga dalam kelompok pendapatan 70 persen terbawah. Rumah tangga beranggota empat orang, demikian tulis harian The Korea Herald, akan disubsidi uang 1 juta won (Rp 13,4 juta).
Model stimulus dalam bentuk BLT juga diterapkan di banyak negara, termasuk di negara-negara maju. Di Amerika Serikat, dari stimulus senilai 2,2 triliun dollar AS, setiap keluarga kecipratan 3.400 dollar AS (Rp 55,6 juta). Perancis, Kanada, dan Australia termasuk negara maju yang menyiapkan skema BLT bagi warganya. Di Australia, pemerintahan Perdana Menteri Scott Morrison menyiapkan 130 miliar dollar Australia untuk menyubsidi gaji sekitar 6 juta pekerja selama enam bulan ke depan.
Keberadaan paket stimulus, yang menurut estimasi angka paling konservatif The Economist bakal lebih dari 2 persen PDB global, penting tidak hanya untuk meredam guncangan sosial akibat kebijakan menanggulangi wabah Covid-19, tetapi juga untuk menjaga keberlangsungan ekonomi dunia. Mengutip ucapan Morrison, di masa-masa sulit seperti sekarang, perekonomian hendaknya terus berjalan.