Gelombang kedua infeksi Covid-19 bisa berasal dari pasien positif tanpa gejala. Untuk itu, pemeriksaan yang masif dan pelacakan kontak menjadi penting untuk mengidentifikasi potensi penularan baru.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Untuk pertama kali, China melaporkan ada lebih dari 1.300 kasus positif Covid-19 tanpa gejala, Rabu (1/4/2020). Pengumuman tentang kasus itu akan disampaikan setiap hari guna menjawab kekhawatiran publik akan potensi penularan dari orang yang positif Covid-19 tetapi tidak mengalami gejala.
Warga China khawatir seiring dengan dicabutnya kebijakan penutupan wilayah secara perlahan, hal itu justru akan memicu gelombang infeksi baru apabila orang yang positif Covid-19 tanpa gejala tetap tidak mengetahui status penyakitnya karena tidak menjalani pemeriksaan.
Pada Selasa lalu, Komisi Kesehatan Nasional China melaporkan terdapat 1.367 kasus positif tanpa gejala yang berada dalam pengawasan. Jumlah itu termasuk 130 kasus positif baru yang dilaporkan dalam sehari terakhir. Jumlah tersebut menurun dari data sehari sebelumnya, yang mencatat 1.541 kasus positif tanpa gejala.
Untuk menghilangkan ketakutan warga akan kasus positif tak bergejala, dalam pekan ini Pemerintah China telah menginstruksikan otoritas kesehatan untuk fokus melacak kasus positif tanpa gejala dan mengumumkannya kepada publik.
Otoritas yang pertama melakukan itu adalah Pemerintah Provinsi Liaoning. Melalui laman resminya, otoritas kesehatan setempat mengumumkan bahwa pada 31 Maret 2020 ada 52 kasus Covid-19 positif tanpa gejala di Liaoning.
Langkah serupa juga dilakukan otoritas kesehatan di Provinsi Hunan yang menyatakan mendapat kasus positif tanpa gejala di sana, yang semuanya adalah kasus impor.
Selama ini, jumlah kasus positif tanpa gejala di China dirahasiakan dan tidak dimasukkan dalam data kasus nasional yang resmi dilaporkan, kecuali mereka kemudian bergejala. Mengutip sebuah dokumen pemerintah yang tidak dipublikasikan, koran South China Morning Post menyebut bahwa jumlah kasus positif tanpa gejala di China mencapai lebih dari 40.000 kasus.
Hal ini berbeda dengan banyak negara, seperti Jepang dan Korea Selatan, yang sudah memasukkan kasus positif tanpa gejala ke dalam laporan resmi kasus mereka.
Hingga Rabu kemarin pukul 16.25 WIB, data Johns Hopkins University Center for Systems Science and Engineering (CSSE) memperlihatkan, terdapat 82.308 kasus positif Covid-19 di China daratan dengan jumlah kasus meninggal mencapai 3.316 kasus.
Desak data dibuka
Melalui media sosial, warga China mendesak pemerintahnya membuka data jumlah kasus positif tanpa gejala setelah akhir pekan lalu seorang perempuan yang terinfeksi di Provinsi Henan diketahui memiliki riwayat kontak dengan mereka yang positif tetapi tak bergejala.
Beijing telah menerapkan tindakan ekstrem menapis pelancong yang datang untuk mengontrol masuknya kasus impor. Negara itu memberlakukan, misalnya, larangan masuk bagi warga asing dan pemeriksaan bagi warga China yang tiba dari luar negeri. Kebijakan ini memudahkan untuk mengidentifikasi siapa saja yang terinfeksi tetapi tidak memiliki gejala.
Semua pasien positif tanpa gejala beserta orang yang memiliki riwayat kontak dengannya wajib menjalani karantina terpusat selama 14 hari.
Para ahli sepakat bahwa pasien positif tanpa gejala tetap berpotensi menularkan Covid-19 kepada orang lain. Pakar kedokteran respirasi China, Zhong Nanshan, menyebutkan di media pemerintah pekan lalu bahwa setiap satu pasien positif tanpa gejala berpotensi menularkan Covid-19 ”kepada 3 sampai 3,5 orang”.
Selain kasus positif tanpa gejala, otoritas kesehatan China juga menyampaikan adanya kasus Covid-19 impor pertama di Kota Wuhan, episentrum pandemi. Dalam kasus ini, seorang warga China yang belajar di Inggris tiba di Wuhan pekan lalu sejalan dengan dibukanya pembatasan perjalanan. (AFP/REUTERS/ADH)