Hukuman 18 bulan yang dijatuhkan pada Andrea Iannone membuat pebalap Italia itu nyaris mustahil kembali ke MotoGP. Proses banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga pun terhambat oleh jeda sidang akibat wabah Covid-19.
Oleh
Agung Setyahadi
·4 menit baca
VASTO, RABU — Karier Andrea Iannone di ajang MotoGP terancam hancur setelah Pengadilan Disiplin Internasional FIM menjatuhkan hukuman 18 bulan larangan terlibat dalam balapan profesional akibat doping.
Pebalap tim Aprilia yang dihukum sementara sejak 19 Desember 2019 itu dilarang membalap, menguji sepeda motor, dan semua aktivitas pengembangan sepeda motor balap hingga 16 Juni 2021.
Mengingat kontrak Iannone di Aprilia berakhir pada akhir musim 2020, peluang dia kembali tampil di MotoGP berada di ujung tanduk. Apalagi, saat hukumannya berakhir, balapan MotoGP musim 2021 sudah bergulir tujuh seri.
Peluang dia kembali tampil di MotoGP berada di ujung tanduk. Apalagi, saat hukumannya berakhir, balapan MotoGP musim 2021 sudah bergulir tujuh seri.
Situasi itu memastikan semua tempat di tim-tim MotoGP telah diisi pebalap lain yang biasanya dikontrak selama dua tahun, artinya 2020-2022.
Situasi ini dinilai oleh jurnalis GPOne, Paolo Scalera, seperti ”hukuman mati” bagi Iannone. Pebalap Italia itu, saat hukumannya berakhir, juga sudah berusia hampir 32 tahun. Umur juga menjadi faktor pertimbangan bagi tim-tim balap untuk mengontrak pebalap.
Ditambah dengan larangan membalap dan menjadi pebalap penguji, akan sulit menjaga daya kompetitifnya meskipun secara fisik ia masih sangat bugar.
Iannone sadar betul situasi yang dia hadapi saat ini bisa menghancurkan karier balapnya. Dia pun memastikan akan mengajukan banding ke Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Namun, proses banding berpotensi lambat karena CAS menangguhkan tatap langsung untuk sidang dengar pendapat hingga 1 Mei akibat wabah Covid-19. Penundaan berpotensi diperpanjang jika melihat penyebaran virus korona baru yang terus meluas di Swiss, lokasi CAS berada.
”Berita pagi ini sangat memukul saya. Kami tidak mengharapkan hasilnya seperti ini. Kami melihat hukuman secara positif, saya dinilai tidak sengaja (melakukan doping). Namun, kami tetap kalah dengan hukuman 18 bulan. Kami sudah pasti akan banding ke CAS. Tetapi bisa jadi ini (hukuman) semakin buruk,” tegas Iannone kepada Sky Sport 24, kemarin.
Usaha banding
Iannone, dalam pembelaannya, menyatakan, dirinya tidak sengaja mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, yaitu daging steak dalam penerbangan ke Malaysia. Tes antidoping rutin dalam kejuaraan pada 3 November menunjukan hasil positif zat doping anabolic androgenic steroid.
Iannone pun didiskualifikasi pada dua seri terakhir 2019, yaitu Malaysia dan Valencia. Dia dijatuhi hukuman sementara pada 17 Juni sehingga tidak bisa mengikuti serangkaian tes awal musim 2020.
Dia mendapat sedikit harapan bisa membalap musim ini dengan penundaan balapan awal 2020 karena wabah Covid-19. Namun, kini Iannone menemui hasil yang berbeda dan harus berjuang membersihkan namanya.
Usaha Iannone bebas dari hukuman ini didukung penuh oleh Aprilia. ”Dengan memperhatikan nilai-nilai olahraga yang selalu mengilhami operasi kami, dengan garis besar tanpa toleransi pada praktek-praktek apa pun yang dilarang oleh peraturan, Aprilia Racing selalu menegaskan kembali keyakinan penuh kami pada pebalap. Kami melakukannya sekarang dengan penekanan baru setelah hukuman ini dan kami akan mendukung dia dalam bandingnya ke CAS,” bunyi pernyataan resmi Aprilia.
Massimo Rivola, CEO Aprilia Racing, juga menegaskan, pihaknya tercengang dengan hukuman itu.
”Para hakim mengakui itikad baik Andrea dan ketidaktahuan mendapat zat itu menguatkan argumen kontaminasi makanan. Atas alasan ini, hukuman yang dijatuhkan menjadi tidak masuk akal,” ujarnya.
”Berdasarkan motivasi yang ditulis para hakim, Andrea seharusnya dibebaskan, seperti yang selalu terjadi pada atlet-atlet lainnya yang terkontaminasi. Namun, situasi ini membuat kami sangat berharap pada banding yang kami harap akan sangat cepat. Kami ingin Andrea kembali mengendarai Aprilia RS-GP miliknya. Kami akan berada di sisinya hingga akhir masalah ini dan akan mendukung dia dalam bandingnya,” kata Rivola.
Masa sulit
Namun, proses banding ini sepertinya tidak akan segera berlangsung karena wabah Covid-19 yang masih belum terkendali di Eropa, juga di Swiss.
”Kapan saya bisa kembali ke lintasan? Saya tidak tahu. Namun, satu hal yang pasti, apa yang saya alami adalah kasus pertama akibat kontaminasi makanan yang berujung pada skorsing,” tegas Iannone.
”Saya berterima kasih kepada pengacara saya (Antono De Rensis). Dia memperlakukan saya seperti putranya. Tanpa dia, situasi saat ini akan sangat berbeda,” kata Iannone.
”Rentang waktu ini yang terberat dalam hidup saya, sangat sulit untuk diterima. Ini tidak mudah, tetapi setiap hari saya berusaha menemukan kekuatan untuk terus maju dan membuktikan saya tidak bersalah. Saya masih belum mencapai 100 persen, tetapi itu tujuan saya. Kemudian saya ingin kembali membalap sesegera mungkin,” ujar pebalap yang pernah membela tim Ducati dan Suzuki itu.
Iannone juga kembali menegaskan, dirinya tidak sengaja mengonsumsi makanan yang terkontaminasi zat yang dilarang oleh Badan Antidoping Dunia (WADA) itu. ”Ketika kita ke restoran kita tidak mungkin memilih daging yang terkontaminasi dan yang tidak. Tiada seorang pun dari kita yang tahu pasti apa yang sedang kita makan. Dalam keputusan ini, ada inkonsistensi antara regulasi dan kenyataan dalam hidup. Ini perlu dipahami ke depan jika memungkinkan mencari titik temu,” kata pebalap kelahiran Vasto, Italia, 9 Agustus 1989, itu.